Rindu yang paling dalam adalah rindu kepada orang tua.
-Syahlaa Aliza-
Syahlaa mengamati satu per satu foto yang tersusun rapi dalam sebuah Album. Tangan kanan Syahlaa sibuk membuka lembaran-lembaran pada album berwarna hitam yang sudah mulai usang, sedangkan tangan kirinya sibuk memegang senter. Karena ruangan kamar Syahlaa sengaja dimatikan lampunya. Sesekali ia tertawa melihat bentuk ia ketika masih kecil. Yakni berbadan gempal, memiliki pipi yang tembam dan juga ompong.
Dibukalah lembar selanjutnya. Di sana terpampang nyata foto Syahlaa yang berada di tengah-tengah kedua orang tuanya. Mamah dan Papahnya.
"Syahlaa rindu...," lirih Syahlaa dengan suara parau.
Air matanya sudah tidak dapat dibendung lagi. Syahlaa menangis senggugukan di dalam kamar kecilnya.
"Pah... Syahlaa rindu. Syahlaa janji gak bakal minta ini-itu lagi. Dan Mamah... Syahlaa janji gak akan ngelarang Mamah jadi artis lagi kalau Mamah tinggal di sini, bersama Syahlaa juga Omah. Syahlaa mau seperti dulu lagi. Syahlaa rindu banget..."
"Walaupun kalian selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing bahkan terkadang melupakan adanya Syahlaa. Tetapi tetap saja Syahlaa merindukan kehadiran kalian." Syahlaa menyeka air matanya yang sudah membasahi pipinya.
"Melihat betapa harmonisnya keluarga di luar sana. Selalu bersama, orang tua yang selalu ada waktu untuk anaknya. Ayah yang sibuk mencari nafkah namun tidak lupa memberikan waktu untuk anaknya, dan juga Ibu yang selalu berada di rumah mengurus anaknya. Walaupun Syahlaa tidak pernah mendapatkan itu semua, karena kebanyakan waktu Syahlaa bersama Bibi. Tetap saja Syahlaa rindu kalian. Kalian yang sudah membuat Syahlaa hadir ke dunia ini." Syahlaa tak kuasa menahan tangisnya. Ia memeluk album tersebut dengan pelukan yang sangat erat.
Hampir setiap malam Syahlaa seperti ini. Menangis dalam kegelapan mungkin sudah menjadi kesehariannya. Karena kerinduan yang selalu bertambah akan kedua orangtuanya. Sengaja lampu kamarnya dimatikan, karena ia tidak mau ada yang melihat air matanya.
"Mah...Pah..." lirih Syahlaa dengan bibir yang bergetar.
"Syahlaa?"
Syahlaa sontak terkejut. Ketika tiba-tiba saja lampu kamarnya menyala. Ia langsung melemparkan pandangannya ke arah saklar. Dan ternyata di sana sudah ada Omah yang memanggil nama Syahlaa. Ah sial, ternyata Syahlaa lupa mengunci pintu. Syahlaa dengan gerak cepat menghapus air matanya. Tidak mau sampai Omahnya tahu.
"Besok kita jenguk Papah ya," ucap Omah yang sudah duduk di samping Syahlaa. Ia memeluk cucunya itu sembari mengelus kepala cucunya dengan penuh kasih sayang.
"Syahlaa tidak mau Omah."
"Kamu selalu saja begitu."
"Omah tahu 'kan? Kalau aku ke sana. Media bakal tahu kalau aku anak mereka. Syahlaa gak mau sampai itu terjadi. Rahasia yang selama ini Syahlaa tutup-tutupi masa terbongkar begitu saja? Syahlaa gak mau." Tubuh Syahlaa bergelayut manja di tubuh Omahnya. Syahlaa merasa nyaman seperti ini.
"Terus sampai kapan kamu menahan rindu sama Papah dan Mamah kamu?"
"Gak tahu Omah..."
"Kalau kamu sudah siap, kabari Omah."
"Oke. Oh ya Omah? Waktu di Yogyakarta Omah tinggal sama siapa? Soalnya terakhir aku ketemu Omah pas aku masih kecil dan masih ada kakek. Sebelumnya kita gak pernah sedekat ini 'kan Omah?" tanya Syahlaa sembari mendongak ke wajah Omah.
"Setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Dari kejadian ini, kamu bisa dekat sama Omah. Bukan begitu?"
"Hehe iya Omah."

YOU ARE READING
Ketua Rohis Vs Cegil [SELESAI]✔️
Teen Fiction"Aku mencintaimu!" "Jangan cintai saya! Cintai Allah!" "Kalau aku mencintaimu karena Allah?!" "..." Keputusan Papahnya untuk menyekolahkan Syahlaa di Madrasah, ternyata membawa pengaruh baik untuk Syahlaa. Ia bertemu dengan seseorang yang ia cintai...