1. Perjanjian Kontrak

85 46 160
                                    

'Tuhan akan datang memberikan pertolongan di saat yang tepat.'

Adyatama menatap tajam ke arah gadis yang berada di depannya. Di kepalanya sudah ada rencana untuk bisa membuat gadis yang bernama Kinaya itu tidak bisa menolak permintaannya untuk menjadi indra perasa sekaligus indra penciumannya. Ia tidak boleh melewatkan kesempatan yang sudah Tuhan berikan kepadanya.

Bagaimana pun juga dirinya harus mendapatkan gadis itu sebagai orang yang akan mencicip semua tester percobaan masakannya. Adya yang mengetahui kalau Kinaya memiliki indra perasa dan penciuman yang di atas rata-rata ini langsung memutuskan untuk mengejar gadis itu untuk mendapatkan persetujuannya. Dan di sinilah mereka berdua. Berhadapan dengan selembar kertas yang berisi kontrak perjanjian antara Adyatama dan Kinaya.

Kinaya membaca kontrak yang sudah dituliskan oleh Adyatama. Dirinya tidak boleh melewatkan satu poin pun dari perjanjian mereka berdua. Kinaya sepakat membantu Adyatama untuk mencicip masakan yang sedang ia develop untuk mengikuti kontes memasak se-Asia. Sebenarnya Kinaya tidak ingin melakukan hal ini karena urusannya sendiri sudah banyak. Tapi ia terpaksa karena tidak punya pilihan lain.

Kantornya memintanya untuk bisa mendapatkan kontrak ekslusif dari seorang food photografer ternama bernama Harsa Madhava. Jika Kinaya tidak bisa mendapatkan kontrak tersebut, maka dirinya harus dipindahtugaskan ke kantor cabang yang ada di Bali. Sebenarnya ia bisa saja pindah berkantor di Bali, tapi jika hanya beberapa hari saja. Dirinya tidak bisa meninggalkan neneknya yang sudah renta di rumah sendirian selama ia berada di Bali.

Dari teman dekatnya yang bernama Shanna, Kinaya mengetahui kalau Harsa berteman baik dengan Adyatama. Lelaki yang sempat menawarkan kontrak dengannya untuk mencicip resep masakannya, tapi Kinaya menolak.

Sekarang situasinya lain. Kinaya merasa dirinya lebih membutuhkan kontrak itu ketimbang Adyatama. Saat mendengar syarat yang diberikan oleh Kinaya, Adyatama langsung setuju. Lelaki itu berjanji akan membujuk Harsa supaya bisa menandatangi kontrak dengan kantor Kinaya.

"Kalau lo udah membacanya, bisa tanda tangan sekarang nggak?" tanya Adyatama tidak sabaran.

"Lo nggak sabaran banget sih," gerutu Kinaya sambil mengeluarkan pena dari dalam tasnya lalu menandatangani kontrak yang sebelumnya sudah ditandatangani oleh Adyatama.

Adyatama tersenyum puas saat melihat tangan Kinaya menandatangani kontrak yang di dalamnya penuh dengan kedustaan. Tentu saja Kinaya tidak akan menyadarinya karena Adyatama membuatnya seteliti mungkin sehingga Kinaya tidak bisa mengkhianatinya dan mencuranginya.

"Terus kapan gue mulainya?" tanya Kinaya.

"Sekarang juga!" suruh Adyatama.

"Hah?"

***

Seminggu yang lalu.

Dunia memasak adalah segalanya bagi Adyatama. Dirinya tidak pernah berkecimpung di bidang lainnya sejak kecil. Di usianya yang masih 10 tahun, ia pernah memenangi kontes koki cilik dan bercita-cita menjadi seorang chef ternama yang dikenal di seluruh dunia. Ambisinya ini mengantarkan Adyatama yang dipanggil Adya oleh orang-orang terdekatnya ini menjadi seorang pemilik restoran fushion yang bernama Kembang Rasa. Nama ini diberikan oleh almarhumah neneknya yang dulunya juga merupakan seorang chef ternama di Indonesia.

Sebelum membuka restoran ini, Adya pernah menjadi executive chef di hotel milik ayahnya. Tapi karena Adya tidak ingin bergantung pada orang tuanya, ia pun memberanikan diri untuk membuka restoran yang memadukan antara kuliner Indonesia dengan barat. Sayangnya, restoran yang baru buka satu tahun itu mengalami defisit pendapatan karena terkena dampak dari covid. Adya terpaksa memberhentikan setengah karyawannya. Tabungannya pun sudah terkuras habis dan hanya menyisakan beberapa rupiah saja untuk biaya hidupnya.

Dirinya yang sudah bertekad untuk mandiri, berusaha dengan segala cara untuk mengembalikan situasi ekonomi di restorannya. Saat itu, Adya mengetahui kalau ada kompetisi memasak se-Asia yang berhadiah hingga 1 miliar rupiah. Dirinya bertekad untuk meraih juara pertama dan mendapatkan hadiah uang tersebut. Tapi sayangnya, beberapa bulan sebelum kompetisi berlangsung, ia terkena covid.

Tidak seperti pasien covid lainnya yang indra perasa dan penciumannya sudah kembali secara perlahan setelah sembuh, Adya justru malah semakin kehilangan indra perasa dan penciumannya. Lidahnya tidak bisa merasakan rasa apapun. Hidungnya pun juga tidak bisa merasakan bau apapun. Adya sudah memeriksakan dirinya ke dokter, tapi jawaban dari dokter tidak bisa memuaskan Adya. Penyakit yang diderita Adya memang bisa sembuh, tapi membutuhkan waktu yang cukup lama. Adya juga harus rutin melakukan terapi rutin dua kali seminggu.

Tapi Adya tidak memiliki waktu banyak. Kompetisi memasak Asia sudah akan berlangsung dua bulan lagi. Semakin dekat harinya, Adya semakin gelisah untuk memikirkan apakah ia harus mundur atau terus maju dengan risiko ia bisa dipermalukan di hadapan umum dan karir chefnya menjadi terancam. Seorang chef yang tidak bisa mencium aroma dan merasakan rasa pastinya akan menjadi bahan gunjingan di mana-mana. Tentu saja kondisi ini bisa mempengaruhi restoran miliknya.

Adya sudah meminta pertolongan sahabat dekatnya, Harsa untuk membantunya mencicipi makanan yang ia buat saat sedang melakukan developing recipe. Harsa merupakan teman Adya sejak SMA. Keduanya sudah bersahabat dekat karena sama-sama tertarik dengan dunia kuliner. Tidak seperti Adya yang memutuskan untuk menjadi chef, Harsa yang juga menyukai fotografi memilih profesi sebagai food fotografer dan food stylist. Namanya sudah sangat terkenal di dunia kuliner karena tidak sedikit chef dan juga pemilik restoran yang memakai jasanya.

"Gimana menurut lo?" tanya Adya sambil menyodorkan sepiring fettucini yang dimasak dengan bumbu balado dan irisan daging sapi asap di atasnya kepada Harsa.

Harsa mengambil garpu lalu mengambil fettucini dan menyuapkannya ke dalam mulut diikuti oleh irisan daging sapi asap yang masuk kemudian.

"Hmm, enak," ucap Harsa datar.

"Gue juga tahu masakan gue enak. Maksud gue, gimana detail rasanya?"

"Ya enak. Lo jangan suruh gue mikir detail rasa! Asal enak, bagi gue udah cukup."

Adya mengela napas panjang lalu menghempaskan tubuhnya di sofa panjang yang juga diduduki oleh Harsa. Harsa memang berkecimpung di dunia kuliner, tapi sahabatnya itu tidak bisa menggambarkan rasa dari masakan yang dibuat oleh Adya. Lama-lama Adya menjadi frustasi. Dirinya sudah berkali-kali meminta Harsa untuk memberikan pendapatnya dengan detail mengenai masakan yang ia buat. Apakah ada yang kurang dari bumbunya hingga bagaimana teksturnya.

Sejauh ini Harsa hanya mengomentari tentang penampilan fisik dari masakan Adya. Hal ini sebenarnya juga membantu Adya, tapi penilaian juri pastinya akan lebih terfokus pada rasa dan tekstur dari makanan yang disajikan. Harsa pernah membujuk Adya untuk meminta teman sesama chef atau koki restorannya untuk mencicip masakan Adya, tapi sahabatnya itu terlalu paranoid. Adya tidak ingin ada orang yang tahu mengenai resep yang sedang ia kembangkan.

Pasalnya beberapa teman chefnya sering kecurian resep rahasia dan hal itu bisa memperkeruh keadaannya sekarang yang sudah rumit. Saking paranoidnya, Adya bahkan hanya mengembangkan resepnya di dapur apartemennya. Dengan begitu, tidak ada satu pun karyawannya yang tahu apa yang sedang ia persiapkan. Jika ia memakai dapur restorannya, karyawannya pasti akan tahu dari peralatan masak dan bumbu dapur yang berkurang.

"Ada apa lagi?" tanya Harsa saat melihat raut wajah sahabatnya yang muram.

"Apa tidak ada orang yang bisa mencicip masakan gue dengan benar dan bisa dipercaya?"

Harsa hanya bisa menjawab dengan mengangkat bahunya. Ia tidak mau ambil pusing dengan sikap sahabatnya yang terlalu rumit sehingga ia memutuskan untuk kembali menghabiskan fettucini miliknya yang tersisa.

***

A Taste of RomanceWhere stories live. Discover now