2. Pertemuan yang Ditakdirkan

78 43 151
                                    

'Takdir Tuhan tidak akan ada yang tahu.'

Sejak pandemi covid mulai mereda, restoran Adya mulai kembali ramai. Meski belum bisa seramai saat tahun pertama pembukaannya, tapi perlahan grafik pendapatan restoran tersebut mulai menanjak. Meski begitu, Adya masih harus membayar sisa hutangnya kepada bank supaya restorannya bisa tetap berjalan.

Sebenarnya hutang yang Adya miliki ini disebabkan karena uang sewa gedung restoran yang menunggak. Uang sewa tersebut memang cukup besar sehingga Adya harus merogoh kocek yang cukup besar. Tapi mau bagaimana lagi, Adya sudah terlanjur jatuh cinta dengan gedung tersebut karena merasa sangat strategis jika dijadikan restoran.

Gedung berlantai dua yang berada di kawasan Senopati memang bisa menarik banyak pelanggan. Bukan hanya karena Senopati tergolong dalam salah satu kawasan yang strategis di Jakarta Selatan, tapi kawasan ini juga menjadi spot kuliner ternama yang banyak didatangi pecinta kuliner. Adya pun tidak ingin melepaskan tempat ini meski pendapatan restorannya pada saat covid tidak bisa menutupi uang sewa. Alhasil dirinya terbelit hutang ratusan juta yang harus ia bayarkan dengan segera. Padahal Adya sudah menjual mobil Pajero Sport kesayangannya dan membeli mobil sedan bekas. Tapi dirinya masih kekurangan dana.

Adya selalu datang tepat jam 07.30 pagi. Setengah jam sebelum karyawan restorannya datang. Semua karyawannya akan datang di jam 08.00. Ada dua shift yang diberlakukan di restorannya. Shift pertama mulai jam 08.00 sampai jam 16.00 dan shift kedua yang dimulai dari pukul 16.00 sampai 22.00.

Shift kedua selalu lebih pendek jam kerjanya karena mereka harus pulang malam. Ada sepuluh karyawan yang ada di Kembang Rasa, empat orang waiters, dua orang kasir, dua koki, dan dua asisten koki. Semua keuangan yang ada di restoran tersebut dipegang oleh Adya. Lagi-lagi karena Adya memang tidak percaya dengan siapa pun.

Awalnya Adya memberhentikan separuh karyawannya saat pandemi covid. Tapi setahun kemudian, dirinya kembali membuka lowongan sehingga jumlah karyawannya kembali seperti semula. Beberapa karyawan lamanya yang dulu sempat diberhentikan pun ada yang kembali lagi padanya karena mereka memahami kondisi Adya saat itu.

Jika tidak karena covid, maka Adya tidak mungkin memberhentikan karyawannya. Rata-rata karyawan Adya adalah karyawan lama yang sudah ada sejak dirinya membuka restoran tersebut. Kebanyakan di antaranya adalah adik kelasnya saat SMK dan kuliah. Meski Adya tidak terlalu mempercayai karyawannya, tapi karyawannya terbilang orang-orang yang loyal karena dalam memberikan bonus, Adya bukanlah orang yang pelit.

"Rico, cek bahan-bahan di gudang dan catat apa saja yang perlu dibeli besok!" suruh Adya pada asisten koki dapurnya.

"Baik Chef!" jawab Rico lalu menghilang dari dapur menuju ruang penyimpanan.

Menjelang jam tutup restoran, pengunjung memang tidak terlalu banyak. Di jam inilah Adya baru makan malam. Dirinya membawa sepiring risotto yang ia padukan dengan daging rendang dan segelas air lemon dingin. Ia duduk di balkon lantai dua sambil bersantai menikmati santapannya.

Apanya yang menikmati, Adya bahkan tidak bisa merasakan sensasi dingin dari air lemon yang diminumnya. Dirinya hanya bisa makan dan minum untuk memenuhi kebutuhannya sebagai manusia. Tak lebih. Jauh di lubuk hatinya, ia selalu berharap kalau ada keajaiban dari Tuhan untuk segera mengembalikan indra perasa dan penciumannya.

***

Malam itu restoran tidak terlalu ramai. Bagi sebagian besar restoran, hari Senin menjadi hari yang paling sepi pengunjung. Hal ini dikarenakan hari Senin adalah hari pertama dalam seminggu di mana orang memulai aktivitasnya kembali dan sebagian besar dari mereka lebih suka langsung pulang ke rumah atau memesan makanan secara online karena malas mendatangi restoran.

A Taste of RomanceWhere stories live. Discover now