§• Bab 02 •§

7 1 0
                                    

     "Hah," Kyra menghela nafas keras saat tubuhnya terlentang di atas kasur. "Fuck, gue kira bakal sepenuhnya punya teman baru, tapi nggak nyangka Rigel sama Lashira sekolah di situ juga. Yaa, bukannya gue nggak suka sama mereka. Tapi kesan anak baru di sekolah itu kayak kurang. Haaaa, emang ekspetasi gue yang ketinggian."

Sambil menatap plafon kamarnya ia tak henti menghela nafas. Angan-angan yang ia bayangkan sebagai anak baru seolah sirna semua. "Eh, tapi. Cowok di samping gue itu siapa namanya yaa. Masa iya selama di sekolah gue nggak tanya nama dia. Shit, apa dia nanti jadi pacar gue yaa? Kan di film atau novel kebanyakan anak baru jadian sama cowok populer di sekolah. Hahaha, ngimpi lo." Kyra menampar pelan pipinya. Ia akui terlalu banyak menghalu akan dijatuhkan juga oleh realita.

Kyra menutup mata pelan, merilekskan seluruh bagian tubuhnya. Sial, ia justru teringat masa lalu kelamnya bersama cowok saat ia masih di Jerman. Sontak ia membuka mata, memukul beberapa kali keningnya berharap ingatan itu sirna. Tapi naas, hal itu selalu saja terngiang di kepala. Seolah kejadian itu akan terus menghantuinya selama ia hidup.

"Ck, gue mandi aja deh. Ngeliat wajah cowok itu di otak gue rasanya pengen ngancurin kepalanya."

Tiga puluh menit kemudian Kyra keluar dari kamar mandi dengan keadaan rambut dibaluti handuk. Ia berjalan pelan menuju meja rias, berkaca sebentar sebelum mulai mengeringkan rambut sebahunya.

"Lapar banget suwer. Kira-kira mama masak apa yaa." Kyra segera turun ke dapur, berharap mamanya masak kesukaan dia.

Ketika ia menuruni tangga, suara mama dan papanya di bawah terdengar tengah berbincang. Kekepoan Kyra membesar, ia terus menuruni tangga dengan telinga terbuka lebar.

"Mama nggak yakin, Pa. Kyra bisa nyari jodohnya sendiri. Kenapa kita harus repot-repot menjodohkan dia."

"Ada anak temen papa yang bikin papa berpikir buat memasangkan dia dengan Kyra. Dia cerdas, cekatan dan bahasanya begitu sopan. Jadi, sebelum dia diambil orang papa berpikir buat mengambil dia lebih dulu."

Percakapan mereka sampai di telinga Kyra. Dia berdecih pelan sebelum pergi untuk mengambil makan, ia tak perlu mendengar kelanjutannya. Ujung-ujungnya mama Kyra pasti setuju dengan usulan papanya. Memang begitu sifat mamanya, mudah tergoda hal menarik. Paling juga yang dimaksud mereka om-om gila kerja.

"Cih, apa gue cari pacar aja yaa biar nggak dijodohin. Tapi masa iya anak baru langsung punya pacar di sekolah barunya. Yang ada gue dikatain cuy," omelnya sembari mengambil lauk ayam goreng yang ia prediksi itu pasti dada ayam.

"Kamu ngomel apa, Kyra?" sahut mama Kyra terlihat berjalan pelan ke arah putrinya.

"Hm? Bukan apa-apa. Mama nggak masak sayur?"

"Itu ada di kompor, baru aja mama angetin."

"Ooh." Setelah mengambil sayur di wajan yang di maksud mamanya, ia duduk berhadapan dengan mamanya. Menikmati tanpa suara.

"Gimana hari pertama sekolah kamu? Aman?"

Kyra mengangguk pelan. "Aman, mama tahu nggak. Ternyata Lashira sama Rigel juga sekolah di sana, kita satu kelas malah."

"Oh ya, enak dong jadinya kamu nggak sendirian."

"Ihh mama, kesan anak baruku kan jadi nggak seru."

"Kamu nggak suka ada mereka?"

"Bukan gitu, di imajinasi aku tuh aku nyari temen baru sendiri. Biar banyak relasi gitu. Aku mau usaha cari temen baru sendiri." Ia mendengus kesal, memakan suapan kelima di tangannya.

"Imajinasi kamu aja yang besar, makanya jangan terlalu berharap sama kenyataan."

"Iya iya. Ma, bentar lagi aku ijin ke luar ya."

KyrankaaWhere stories live. Discover now