§• Bab 07 •§

2 1 0
                                    

     Andres, Rigel, Lashira dan Nara sudah berada di kamar Kyra sejak dua puluh menit yang lalu. Mereka membawa beberapa makanan ringan, minuman kaleng dan buah-buahan tapi bukan untuk yang sakit, melainkan mereka makan sendiri. Kyra hanya bisa menghembuskan nafas pelan melihat kelakuan Rigel dan Lashira. Nara ingin ikut mereka tapi terlihat malu-malu, sedangkan Andres sama sekali tak menyentuh makanan yang mereka bawa.

"Lo bisa masuk sekolah besok?" tanya Andres yang duduk di sebelah Kyra.

Sebab tak enak jika teman-temannya duduk di karpet sedangkan ia duduk di kasur. Jadi, Kyra ikut duduk di bawah samping Andres sambil tubuhnya dibalut selimut biru motif beruang kutub. "Eum kayaknya bisa, tapi lihat dulu panasnya turun apa nggak besok."

"Eh, Ra. Lo kok bisa kecelakaan sih? Lo meleng apa gimana pas bawa motor?" celetuk Rigel seraya mencomot makanan ringan yang dibawakan mama Kyra sebagai bentuk terima kasih karena sudah menjenguk putrinya.

Kecelakaan? Jadi om itu ngasih alasan gue kecelakaan, batinnya. Kyra mengangkat bahu tak tahu. "Sudah takdir. Mau sehati-hati gimanapun kalau takdirnya kecelakaan ya kecelakaan. Lagi apes gue."

"Keadaan motor lo gimana?"

"Nggak tahu, gue belum cek dari kemarin."

Lashira menghabiskan minuman kalengnya sebelum angkat bicara. "Lihat luka lo dong, Ra. Parah nggak?"

"Iih ngapain sih lihat luka orang," sahut Nara. Ia paling tak suka jika harus melihat luka orang, bukan karena jijik, tapi ia tak kuat harus melihat luka orang apalagi luka habis kecelakaan. Bisa-bisa hal itu membuatnya tak nafsu makan bila teringat luka yang ia lihat.

"Tau ih, janganlah," elak Kyra merapatkan selimut di badannya. Bukan tak mau sebab malu, bisa-bisa kebohongan akan kecelakaan itu terbongkar dengan melihat luka memar bekas pukulan di tubuhnya dan bukannya luka kecelakaan.

"Parah nggak? Apa cuma goresan doang?" tanya Rigel ikut penasaran.

Kyra menggeleng pelan. "Nggak sebegitu parah. Biasa aja."

"Nah, karena nggak parah bisa lah lo tunjukin bentar. Gue penasaran sama luka orang yang habis kena karma karena bolos sekolah." Muka Rigel berubah menjadi seperti Lashira yang senyumnya tak dapat dipercaya.

"Bolos, kapan gue bolos?"

"Lah, kecelakaan lo kan terjadi di jam orang pulang kerja. Terus dari pagi sampai malam kalau bukan bolos apa?" rinci Rigel mengernyitkan dahinya.

Kyra ikut mengernyitkan dahinya. "Lo tahu dari mana?"

"Tu cowok di samping lo, dia semalam kan ke sini dan yang ngide buat jenguk lo pas pulang sekolah juga dia," jawab Rigel menunjuk Andres dengan dagunya.

Kyra menoleh ke cowok di samping kirinya itu. "Lo kemarin ke sini? Kok nggak ngasih tahu?"

"Ya karena lo udah tidur," jawab singkat Andres.

"Udah tidur? Berarti lo juga ketemu sama orang yang nolongin gue dong?"

Andres mengangguk pelan. Ia melihat wajah Kyra yang tampaknya berpikir dari samping. Sejujurnya ia masih ragu bila Kyra benar-benar bolos dan kecelakaan. Ia merasa seperti cewek itu tengah menyembunyikan sesuatu. Jika memang cewek itu menyembunyikan hal yang terjadi pada dirinya kemarin, itu artinya ia tak boleh langsung bertanya di depan teman-teman lainnya. Ia akan tanyakan itu bila waktunya sudah pas.

"Siapa yang nolongin lo, Ra?" tanya Nara spontan. Ia masih tak terbiasa berbicara dengan Kyra yang orangnya susah sekali ia tebak. Di tambah ia pernah menghina cewek itu sewaktu pertama kali pindah. Selama beberapa bulan ini jujur ia cukup mengamati pergerakan cewek itu, namun tetap saja ia tak bisa menangkap jalur pikir Kyra yang sebenarnya. Jika ia menebaknya akan melakukan ini, ternyata cewek itu melakukan hal yang sebaliknya. Jadi, ia masih hati-hati jika harus melontarkan kata dengan Kyra. Takut-takut cewek itu diam-diam menghanyutkan dan akan merugikan dirinya.

KyrankaaWhere stories live. Discover now