§• Bab 08 •§

3 0 0
                                    

Sekotak susu coklat ia letakkan di atas meja depan Kyra. Cewek itu yang tengah fokus menyalin catatan Andres menjadi terganggu. "Buat gue?"

Andres hanya berdehem sebagai jawaban. Ia berdiri sambil bersandar di meja Kyra, memperhatikan kesibukan Kyra di atas mejanya. "Kalau dipaksa ternyata lo bisa ngehafal yang gue kasih."

Kyra tersenyum bangga, seolah perkataan tadi adalah pujian baginya. "Apa mungkin gue salah satu orang cerdas?"

"Nggak sampai sebegitunya bodoh." Saking geramnya Andres sampai menyentil dahi Kyra, membuat sang empunya meringis sembari mengelus pelan dahinya.

"Kyraa, ada kakel yang nyariin lo!" seru teman sekelas Kyra dari pintu masuk kelas.

Kyra dan Andres sontak menoleh ke cowok itu. Karena penasaran Kyra langsung beranjak dan menemui kakak kelas yang disebut kawannya tadi, sementara Andres mengamati dari tempatnya.

Cewek bermata almond itu menghadap pada cowok yang tingginya hampir sama dengan Andres. Kyra sempat memundurkan kakinya saking terkejutnya ia pada cowok di hadapannya ini. Kalau ia tak salah tebak dia adalah salah satu anak buah Zinan yang pernah menculiknya. Geram dengan keberadaan cowok itu tanpa sadar tangan Kyra sudah meraih kerah Sean dan menunjukkan mimik tak suka.

"Ngapain lo dateng ke sini?" tanya Kyra dengan gerakan bibir saja agar teman sekelasnya tak mendengar apa yang ia katakan.

"Bisa lo lepasin dulu? Gue nggak mau cari ribut di sini," kata Sean mengangkat kedua tangannya sebagai tanda damai.

Kyra melepaskannya dengan sedikit mendorong tubuh tinggi itu, ia berdecak kesal karena nyatanya salah satu dari mereka bersekolah di SMA Shidarta juga. "Mau apa lo ke sini?" tanyanya sinis.

Sean mengeluarkan secarik kertas dari kantong seragamnya. Kemudian ia berikan pada Kyra. "Dari ketua generasi pertama. Katanya setelah dibaca lo bakal tahu siapa pengirimnya."

Dengan kasar Kyra merampas secarik kertas itu, ia juga memperkuat siaganya pada Sean. Ia membuka lipatan kertas tersebut sebelum membacanya. Tak banyak yang ditulis di situ, hanya tiga kata yang tertulis. Namun, sanggup untuk Kyra mengetahui siapa pengirimnya dari kata terakhir yang dia tulis. Tatapan tajam Kyra kembali pada Sean, auranya seakan ingin membunuh siapa saja yang mengajaknya bicara sekarang. Ia sampai meremas kertas di tangannya saking kesal pada sang pengirim.

"Bilangin ke si bangsat ini buat jangan ngusik hidup gue lagi. Buang juga surat kotor ini." Kyra mendorong tubuh Sean dengan menempelkan kertas itu ke dada Sean. "Lo juga pergi sana, jangan pernah lo nunjukin wajah lo itu di depan gue lagi, ngerti?"

Lantas Kyra berbalik badan untuk kembali ke tempat duduknya lagi, tapi terhenti dengan suara Sean.

"Sepulang sekolah dia nunggu lo di pintu gerbang."

"Terus?" Tubuh Kyra berbalik setengah dengan lirikan mata tajam pada Sean. "Apa urusannya sama gue?"

"Dia mau nyelesain kesalahan pahaman yang dia buat."

"Gue nggak peduli." Setelah mengatakan itu Kyra benar-benar berjalan ke tempat duduknya dan kembali menghadap pada buku-buku di hadapannya.

Beberapa anak yang berada di dalam kelas ikut mendengar pembicaraan mereka tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi dan ada yang bilang bila dirinya cukup berani untuk beradu argumen dengan kakak kelas yang masih menjabat sebagai OSIS. Ah, hampir Kyra lupakan. Ia melihat pin hitam di dekat nametag Sean tadi, yang artinya pin tersebut menandakan bila dia adalah anak OSIS. Tapi bagi Kyra, peduli setan mau dia OSIS atau bukan jika sifatnya seperti setan tetap ia perlakukan secara buruk.

"Lo nggak lagi buat masalah sama anak kelas tiga kan?" tanya Andres tetap di posisinya tadi. Ia hanya mengawasi dari jauh tanpa tahu apa maksud yang mereka bicarakan.

KyrankaaWhere stories live. Discover now