03. malming

42 7 3
                                    

─────────────────

Tentu kalian pasti tau, apa rutinitas sepasang muda - mudi menyambut malam minggu seperti ini.

Contohnya Caca, sejak sore tadi gadis itu sudah uring - uringan. Jangan tanya kenapa, sebab sudah pasti jawabannya karena Jevan ── pacar sialannya itu.

Sudah ratusan pesan dan puluhan panggilan telepon yang Caca layangkan. Namun bak angin lewat, sampai sekarang tak ada tanda - tanda jawaban darinya.

Jumat kemarin ── Caca sudah mohon - mohon ke Jevan, buat malmingan ke one place yang pengen banget Caca tunjukin ke Jevan. Ya, emang kemarin sih ngomong iya - iya, tapi besoknya udah beda cerita.

Caca ini sudah hafal betul, sifat - sifat yang menjamah di dalam tubuh kekasihnya itu. Jevan itu ga ada sosweet - sosweet nya, cuek, dingin, suka ingkar janji tapi ──

Doi juga suka bikin baper anak orang.

But remember, periode bikin bapernya cuma bisa ditemui sekali dalam beberapa bulan. Sebab dihari biasa, Jevan selalu berhasil membuat Caca naik darah.

Kalau Jevan mayoritas memiliki kepribadian diatas, maka Caca adalah kebalikannya. Caca itu punya persentase energi 101% , cerewet, sksd pake buanget, suka ngejulid ── pokoknya yang random - random itu ada pada Caca.

Ya ── awalnya Caca kira, ia dan Jevan bisa saling melengkapi. Eh ternyata, sifat Jevan yang lebih dominan ada di hubungan mereka.

Ya Caca sih fine - fine aja, kalo ga karena demen kelewat demen ── Caca juga udah mutusin Jevan dari jaman megantropus dulu.

" Dipelet apa gue, sampe bisa sedemen ini sama itu kulkas 30 pintu. "

Gumam Caca yang sudah malas menunggu kepastian yang tidak ada pasti - pastinya sama sekali.

Sambil menghapus make up tipis yang tadi menempel diwajahnya, Caca kembali bergumam,

" Ya salah Jevan sendiri sih ! Ngapain jadi orang ganteng banget, ya gue jadi naksir lah. "

" Ganteng sih ganteng, tapi ── persentase ngeselinnya udah ga ketolong. "

Kini setelan baju yang sudah ia rencanakan untuk malming itu, sudah berubah menjadi piyama bergambar micky mouse.

" Dahlah, mending turu ae wes ! "

Dengan selimut yang sudah ditarik sejajar dengan bahunya, Caca memandangi langit - langit kamarnya.

" Awas lo Jev ! Pokoknya gue sumpahin, suatu saat nanti, lo ganti yang bakal ngejar gue sampe nangis - nangis ── Tunggu aja ! "

Setelah berucap itu, Caca langsung terlelap di dunia mimpi. Pelor emang beda ya temen - temen.

─────────────────

Drrt...Drrt...Drrt...

Sudah hampir sepuluh kali, panggilan telepon itu masuk di ponsel Caca. Dan baru panggilan ke sebelas yang berhasil mengusik tidur nyenyaknya.

" HISHHHH ── ini alarm ganggu aja sih ah ! Gue banting juga lama - lama. "

Dengan mata yang masih dipenuhi kantuk, Caca mengira bunyi tadi berasal dari alarm yang disetelnya. Ia menggeser ikon tengah bermaksud untuk mematikannya.

Namun bukannya mati, dari seberang sana malah terdengar sebuah suara.

" Ca, gue di depan. "

Tebak siapa ── Caca sendiri masih belum tersadar sepenuhnya. Ia masih nglindur mengira suara itu adalah alarmnya.

tujuh belasWhere stories live. Discover now