Prolog

2.4K 151 9
                                    

---

Hiruk pikuk pesta berubah menjadi teriakan histeris. Dari berbagai sudut semua orang langsung sibuk menyelamatkan diri masing-masing. Beberapa keamanan dengan sigap mengarahkan para tamu untuk dievakuasi.

Sedang beberapa lainnya mulai mengejar beberapa orang serba pakaian hitam yang membopong seorang gadis yang sekuat tenaga berusaha melepaskan diri.

Sang gadis dilemparkan ke dalam van hitam yang langsung tancap gas dengan kekuatan penuh keluar dari gedung acara. Tangannya langsung diikat ke bagian belakang tubuh. Kepalanya langsung ditutup dengan kain hitam yang berbau sangat apek. Kakinya yang sibuk menendang dipukul sangat keras dengan benda yang sepertinya terbuat dari besi karena terasa dingin kala menyentuh kakinya yang terbuka.

"Langsung keluar dari Jakarta. Gak usah buang waktu hindarin mereka."

Sudah sering menjadi korban penculikan membuatnya berusaha tenang. Ia harus mendengarkan obrolan para laki-laki yang sepertinya ada tiga orang ini. Satu orang pengemudi, satu orang yang duduk di samping kirinya dan satu orang yang terdengar dari suaranya duduk di bagian belakang.

"Langsung eksekusi?"

"Gak boleh ninggalin jejak apapun. Di tikungan ketiga nanti, lo berdua langsung lompat."

Telinganya makin tajam mendengar. Sepertinya mereka sudah mengatur dengan baik dan sudah tahu harus melakukan apa.

"Kalo ini anak juga ikut lompat?"

Diam sejenak. Ia menerka-nerka apa yang terjadi hingga akhirnya kaki kirinya ditarik dengan kasar. Gaunnya dirobek hingga paha membuatnya sontak menjerit.

"Iket ke bangku depan. Iket sampai lutut biar dia gak gisa kabur."

Tepat setelah tubuhnya tertarik kedepan dengan kaki kiri yang terikat tali sangat erat hingga terasa perih, sebuah letusan terdengar dari bagian belakang mobil. Membuat semua orang berseru.

"Cepet juga gerak mereka,"gumam si pengemudi.

"Gimana ini? Gak jauh lagi udah tikungan."

"Mereka juga kejar pake helikopter."

Ketiganya berdecak.

"Buka pintunya. Hitungan ketiga kita semua lompat!"titah sang pengemudi. Si gadis bisa mendengar pintu di samping kiri dan kanan terbuka. Tangan kasar yang sedari tadi memegangi lengannya menghilang berganti dengan desau angin yang dingin.

"Satu."

Tidak tahu apa yang ada dihadapan sana membuatnya langsung panik.

"Dua."

Terlebih lagi sepertinya para penculik ini siap melarikan diri.

"Tiga."

Van itu hilang kendali. Ia bisa mendengarkan mobil menabrak sesuatu hingga tubuhnya jatuh ke bagian bawah dengan kaki terikat erat. Sebelum ia merasakan mobil itu mulai meluncur jatuh berguling-guling.

Ia tidak bisa menjerit. Kepalanya yang tertutup sempurna dan hanya gelap diujung mata. Tangannya terikat tanpa bisa dilepas dan kakinya juga menempel erat pada kursi penumpang depan.

Bunyi ambruk terdengar sangat jelas sebelum telinganya pengang. Ia tidak bisa bergerak sama sekali. Badannya serasa remuk. Kakinya terhimpit sempurna. Tidak ada harapan. Mungkin memang ia sudah harus menemui takdirnya malam ini.

Kesadarannya mulai hilang. Matanya mulai memberat. Sebelum telinganya benar-benar menuli, ia bisa mendengar seseorang meneriakkan namanya.

---

Bertahun-tahun yang lalu~

Pemakaman sudah selesai. Orang-orang sudah mulai meninggalkan rumah duka. Hanya beberapa yang masih tinggal untuk membantu merapikan sisa-sisa kegiatan tadi. Mungkin kasihan karena anak-anak yang ditinggalkan masih belum dewasa.

"Maaf ya, le, bude gak bisa bantu banyak."

Anak laki-laki itu menoleh. Tersenyum sopan pada perempuan paruh baya yang kini mengelus bahunya.

"Gak apa-apa, Bude. Udah dibantu ngurusin bapak saja saya udah bersyukur sekali."

Perempuan itu mengangguk.

"Nanti kalo kamu butuh pekerjaan boleh dateng ke Bude ya, bisa jadi kasir di minimarket atau minimal yamg bersih-bersih sama antar jemput galon atau gas."

Ia tidak mengerti awalnya namun ketika matanya menemukan sang ibu yang masih menangis memeluk kedua adiknya, ia langsung paham. Tugas bapak yang telah tiada sudah turun menjadi tanggung jawabnya.

"Terima kasih banyak, bude. Besok saya langsung ke tempat bude."

"Gak usah langsung besok juga, nak. Pelan-pelan saja. Minggu depan juga gak apa-apa."

Dengan ringkuh ia tersenyum sopan. Berterima kasih sekali lagi.

"Kalo butuh apa-apa jangan sungkan ya. Bude atau Pakde pasti akan bantu semampu kami."

Anak laki-laki itu kembali mengangguk. Lalu mengantarkan wanita paruh baya yang ia panggil bude itu menuju pintu. Mengucapkan terima kasih untuk kali terakhir.

Berharap dalam hati bahwa ucapan yang baru saja ia dengar itu benar-benar bisa ia jadikan pegangan. Karena ia tahu bahwa setelah ini hidupnya tak akan sama lagi.

---

Hallo, apa kabar? Aku membawa cerita baru. Belum tahu akan mengarah kemana, tapi mungkin seperti cerita-ceritaku sebelumnya, setelah ada cerita ringan kita akan berkelana dengan tokoh-tokoh yang bisa bikin kita jadi mikirin hidup dia hehe

Btw ada yang bisa menebak ini cerita siapa?

Komen pertama yang benar aku kasih hadiah.

Selamat berkenalan.

Oh iya, untuk cerita aku akan post lebih dulu di Karya Karsa sebelum post di Wattpad. Jadi kalo mau baca lebih dulu boleh mampir ke KK aku ya, tapi kalo mau baca gratis juga boleh banget tungguin aku update disini aja hehe

Love

--aku

Imperfect Princess [FIN]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin