11

550 99 15
                                    

Musim yang baik jadinya aku pindah ke Karya Karsa untuk beberapa part:((

Sedih banget ternyata ada yang ngepost gitu di akun lain tanpa konfirmasi ke aku:""

Kalo kamu baca terus part-partnya ada yang bolong maaf yaa:(

Tapi yaudahlah, kalo ada yang mau baca langsung ke Karya Karsa aku ya.

Enjoy!

---

"Jadi mau melihat dari sudut pandang yang mana?"

Vanka menelengkan kepala. Semua ide sudah ia sampaikan, outline kajian juga sudah ia buat. Tapi pertanyaan Bumi masih juga membuatnya jadi dilema.

Bumi menyandarkan tubuh pada sandaran kursi. Menatap si cantik yang kini menekuri layar laptop. Memutar-mutar pensil di jemari kirinya.

Pikiran Bumi mulai berkelana kemana-mana. Pada hari dimana mereka bertemu pertama kali, lalu duduk bersisian di halte bus. Hingga mulai mengobrol satu dua kalimat.

Intensitas pertemuan mereka makin tinggi karena Bumi menjadi dosen di banyak kelas yang diambil oleh Vanka. Lalu obrolan keduanya makin melebar.

Ajakan Bumi membawa Vanka penasaran lalu ikut mengetahui pekerjaan lain laki-laki itu diluar kampus. Hingga kini mereka duduk bersama di meja kantin membahas tugas yang akan dikerjakan oleh Vanka.

Tiba-tiba Vanka mengangkat kepala. Mata mereka langsung bertemu. Binar jernih si gadis terkunci dalam tatapan tajam namun teduh itu. Membuatnya tak mampu bergerak.

Diselaminya kedua pancaran yang memunculkan rasa penasaran di hati Vanka. Siapa Bumi sebenarnya, bagaimana laki-laki itu memiliki banyak pekerjaan dan saling bertolak belakang. Namun saat teringat tentang pertemuan terakhir mereka, Vanka langsung mengalihkan pandangan.

Tangan Bumi reflek terangkat. Jemarinya tanpa sempat dicegah menyelipkan rambut Vanka ke belakang telinga. Gerakan yang membuat keduanya kompak kembali terpaku.

Dari balik bulu matanya, Vanka mengintip. Tampak kaget dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Bumi.

Ditempatnya duduk, Bumi juga kaget dengan gerakan refleknya. Tatapan Vanka menghanyutkan. Ketika mata itu tidak lagi menatapnya lalu tertutup oleh helaian rambut cantik sang gadis, ia hanya tidak ingin kehilangan atensi tersebut.

Hanya saja ia tidak menyangka, gerakan kecil itu membuat keadaan mereka semakin canggung.

Keduanya kompak berdehem ketika Bumi sudah kembali menarik tangannya. Vanka kembali menekuri laptop sedangkan Bumi menenangkan dadanya yang entah kenapa mulai berdentum pelan.

"Sorry,"

Vanka menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Saya masih bingung maksud pertanyaannya."

Melihat topik pembicaraan sudah kembali dibuka, Bumi tersenyum kecil. Ia memajukan tubuh. Gerakan yang kini justru membuat Vanka semakin tidak fokus.

Jemari laki-laki itu menunjuk beberapa poin yang diketik oleh Vanka di layar laptopnya. Namun karena terlalu dekat, bahu kanan Bumi secara tidak sengaja menyentuh bahu kirinya. Rasanya Vanka ingin menarik tubuhnya mundur, tapi ia tak kuasa melakukannya. Sama seperti ketika lengan laki-laki itu memeluk pinggangnya posesif.

Ada getaran yang disukai oleh Vanka ketika mereka tidak sengaja bersentuhan. Kepalanya mendadak kosong.

"Kajian ini mau dibawa kemana arahnya? Dari standar audit yang dilanggar atau dari cara penyajian laporan keuangan yang direkayasa?"

Imperfect Princess [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang