30

4.5K 217 12
                                    

***
Tidak terasa, Kanaya dan Abidzar sudah memasuki usia 6 bulan. Artinya kedua buah hati Salma dan Rony tersebut sudah bisa diberikan makanan pendamping alias MP-ASI. Konon diusia 6 bulan ini seorang bayi sudah bisa mencerna makanan tentu saja dengan tekstur yang tidak sama dengan makanan orang dewasa. Yang lembek dan lembut saja.

Oh iya, seminggu yang lalu Rony juga sudah melakukan launching Cafe pertamanya. Pada saat launching tersebut Salma datang bersama kedua buah hatinya. Salma dan Rony datang ke tempat launching dengan masing-masing menggendong bayi mereka. Salma dengan Abidzar dan Rony dengan Kanaya. Manis sekali.

Beberapa orang yang datang ke acara launching tersebut menangkap banyak momen bahagia keluarga kecil itu hingga hampir satu Minggu beberapa foto dan video kegemasan keluarga itu menjadi topik pembicaraan di media sosial.

'Keluarga ideal'

'Rony itu family Man banget yah'

'Apasih amalan yang dilakukan sama Salma sampe bisa punya suami kayak Rony yang ganteng banget terus punya anak kembar sepasang yang gemes-gemes banget'

'Minimal sekeren Salma Salsabil yah gaes'

Dan masih banyak lagi komentar netizen lainnya.

Rony dan Salma hanya bisa bersyukur sambil membatin bahwa justru merekalah yang bersyukur bisa saling melengkapi dan mendapatkan satu sama lain.

***

'Aaa..ayok buka lagi mulutnya sayang'
Salma masih berusaha untuk memasukkan satu sendok lagi makanan ke dalam mulut Kanaya. Anak gadisnya ini gelisah sekali. Berbeda dengan kakanya, Abidzar. Anak lelakinya itu terlihat lebih tenang dan lahap saat disodorkan makanan ke dalam mulutnya.

"Sayang..kayaknya Naya udah kenyang deh"
Rony yang duduk disamping Salma ikut menimpali. Ia tengah memangku Abidzar. Beberapa kali Ia juga sempat menyuapkan makanan ke dalam mulut Kanaya dan Abidzar.

"Iya, yah..apa dia gak suka sama menunya ?'
Tanya Salma dengan ekspresi yang murung.

"Gak kok..tadi aja dia lahap banget. Mungkin dia udah benaran kenyang."

Salma meletakkan kembali piring makanan Naya diatas meja. Menyendorkan sendok berisi air kedalam mulut Kanaya.

"Ghu..ghu..aaa"
Kanaya memekik girang.

"Ya Allah lucu banget sih..dia haus rupanya".

Rony tersenyum lebar mendapati pemandangan tersebut. Ia tahu betul sejak subuh Salma sudah sibuk berkutat di dapur, mempersiapkan makanan pendamping untuk kedua anak mereka itu.

Sejak hari-hari sebelumnya Ia sudah mengulik banyak ide menu makanan MPASI di berbagai sosial media dan buku bacaan parenting. Ia bahkan memilih untuk berbelanja sendiri bahan-bahan makanan yang akan dimasaknya itu. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk kedua buah hatinya.

"Makasih yah sayang..kamu Ibu yang hebat"
Tiba-tiba sekali Rony mengucapkan kalimat tersebut, membuat Salma senang tapi, juga malu.

"Karena kami juga Ayah yah hebat Mas"

"Sedang kuusahakan sayang"
Jawab Rony tak kalah manis.

Rony membersihkan sisa-sisa makanan di mulut Abidzar sementara Salma membersihkan sisa-sisa makanan di mulut Kanaya. Kemudian mereka bangkit dengan gendongan masing-masing.

"Naya berat banget Masyallah.." ucap Salma ketika menaiki anak tangga menuju lantai dua kamar mereka.

"Iya, Naya emang gembul banget. Dia emang rajin nyusu kan Ca ?"

"Iyasih, dia kuat banget nyusunya. Kalau Abidzar rada males dia. Mungkin mau jaga body hahaha"

"Biar sixpack kayak bapaknya mungkin"

Salma mendelik

"Dih..perut buncit gitu dibilang six pack."

"Ngeledek kamu Ca..buncit-buncit gini tapi, bisa bikin kamu gak bisa tidur kalau gak nyubit-nyubitin dulu hahah"

"Dih...pede"

Salma kehabisan kata untuk membalas ledekan Rony, sebab yang dikatakan Rony itu adalah sebuah fakta.

Semenjak menikah dan hamil Salma suka sekali mencubit perut Rony, gemas menurutnya. Ia sering mencubitnya sebelum tidur. Ada satu kesenangan tersendiri bagi Salma saat melakukan itu. Rony pun tidak keberatan, justru Ia senang sebab acara malam mereka justru kebanyakan bermula dari sana.

Aaah.. rasanya malu jika mengingat itu, pikir Salma.

***
Salma baru saja membaringkan tubuh Abidzar ke dalam baby box, menyusul adiknya yang sudah terlelap lebih dulu. Kanaya mendapatkan jatah ASI lebih dulu.

Setelahnya, Salma berjalan menuju kamar mandi membersihkan wajahnya.

Sekitar 15 menit Salma sudah keluar dari kamar mandi dengan wajahnya yang sudah lebih segar.

Salma kembali mengecek kedua anaknya, memberikan kecupan pada masing-masing kening Abidzar dan Kanaya.

Salma membawa tubuhnya rebah diatas tempat tidur. Memandangi Rony yang tidak terdistraksi sama sekali dengan kegiatan yang dilakukan Salma sedari tadi. Pria itu terlalu sibuk dengan laptop dihadapannya.

"Ron.." panggil Salma

"Hmmm"
Hanya deheman yang keluar dari mulut Rony.

Salma mendengus.

"Maaf Ca..ini aku lagi ada kerjaan. Kamu kalau ada yang mau diomongin, ngomong aja. Aku dengerin" Jawab Rony.

Sebenarnya Salma takut dengan respon Rony, Ia sudah bisa menebak akan seperti apa reaksi yang akan diberikan suaminya ini terhadap hal yang akan Ia sampaikan ini. Pasalnya, Salma menyadari bahwa ini cukup problematik.

"Emmh..aku mau balik manggung lagi. Aku diajakin Nab.."

"Haah ?"

Sudah Salma duga. Belum juga Ia menyelesaikan kalimatnya, Rony sudah menyela kalimatnya. Kini Rony sepenuhnya sudah menatap kearahnya dan memindahkan laptop dipangkuannya itu diatas nakas samping tempat tidur. 

Salma meremas jari-jari tangannya. Tatapan Rony tidak selembut biasanya.

"Ca..kamu lagi bercanda kan ? Abidzar sama Naya masih kecil. Kamu mau ninggalin mereka dirumah ? Ca..ayoklah. Kita udah bahas dan sepakatin ini sebelumnya kan ?"

"Ron..aku kangen manggung. Please.."

"Gak ada..aku gak bakalan ngasih kamu izin untuk manggung lagi, sampai aku benar-benar yakin dan sampai anak-anak udah bisa ditinggalin. Kamu ini gimana sih mikirnya ? Aku tau Abidzar dan Naya itu cukup pintar dan gak rewel tapi, bukan berarti kita bisa ninggalin mereka begitu aja. Kamu lupa sama janji kita ? Kita akan mencurahkan semua kasih sayang dan waktu kita untuk mereka. Kamu sendiri yang bilang kayak gitu. Kamu lupa ?" Pungkas Rony menatap tajam kearah Salma.

Nyali Salma menciut. Ia sudah tau sebenarnya dengan ujungnya hanya saja Ia ternyata belum cukup kuat untuk menahan air matanya.

Tidak, Ia menangis bukan karena kalimat yang diucapkan Rony melainkan Ia menangis karena merasa bodoh. Ia sudah tau pasti tidak akan diizinkan, harusnya Ia tidak usah mengutarakan keinginannya.

Namun, jujur saja dari dalam hatinya Ia rindu sekali bernyanyi diatas panggung. Sudah hampir dua tahun sejak kehamilannya dan sekarang kedua anaknya sudah berusia enam bulan Ia tidak pernah bernyanyi lagi. Ia rindu.

Ia rindu melihat riuhnya penonton yang berteriak menyebutkan namanya. Ia rindu suara gemuruh tepuk tangan penonton saat Ia mengawali dan mengakhiri lagunya. Ia rindu mendendangkan lirik-lirik indah diatas panggung. Ia hanya rindu pada mimpi besarnya itu.

"Maaf hiks hiks"
Salma membalikkan badannya memunggungi Rony, menarik selimutnya hingga membungkus seluruh tubuhnya.

Rony menyaksikan tubuh Salma bergetar. Pasti perempuan itu menangis. Bukan begitu maksud Rony tapi, Ia hanya tidak tega kepada kedua anaknya.

Rony mendekat. Menyentuh pundak berbalut selimut itu.

"Bukan gitu maksud aku sayaang.."

Salma masih larut dalam tangisnya, tidak berniat menanggapi Rony.

***
Dua part menuju ending

Salam hangat

Salmocean 💙

Tetap DisiniWhere stories live. Discover now