1.1 Tur Konser ✔

33 3 11
                                    

Siapa yang tidak mengenal grup musik pop asal Indonesia yang satu ini? SerasiSwara, grup musik berisikan 13 pemuda berbakat. SerasiSwara terbentuk pada tanggal 1 Mei 1977, dan berada pada naungan agensi HarmoniGroup Entertainment.

Perjalanan yang ditempuh 13 pemuda absurd ini tidaklah mudah, bertahun-tahun berjalan melewati berbagai rintangan dengan suka dan duka. Sampai akhirnya mereka sampai di titik di mana mereka berhasil melewati semuanya. Kesuksesan, ketenaran berhasil mereka capai. SerasiSwara menjadi grup musik populer pada masanya, mereka berhasil menciptakan lagu-lagu indah bersama. Walaupun popularitas ada di mana-mana, pasti ada saja orang-orang yang tidak menyukainya. Maka dari itu, jalan yang mereka tempuh belum berakhir.

SerasiSwara baru saja menyelesaikan konser di Jawa Timur. Lebih tepatnya di Kabupaten Madiun, Kecamatan Kebonsari, Desa Sukorejo. 13 pemuda itu mengadakan konser dua malam di lapangan yang mampu menampung sekitar lima ratus orang.

Aang Hendra, pemuda itu membanting diri di sofa. "Gelo, capé pisan!" ujarnya mengeluh.

Kedua pemuda lainnya ikut membanting diri di sofa bersama Aang.

"Iya benar, capek banget. Air mana air!" Dika Kertarajasa, pemuda berhidung mancung seperti prosotan sedikit bersandiwara dengan pura-pura tidak bisa menggapai sebotol air di atas meja hadapannya.

Bisma Paramudya, pemuda yang duduk di samping kiri Dika merasa tak suka dengan tingkah laku pemuda berhidung mancung itu. Tatapan mata itu menatap julid ke arah Dika, setelahnya mengambil sebotol air dan meneguknya dengan rakus.

"Uripmu kakehan drama," ujar Bisma setelah meneguk setengah dari sebotol air.

"Ya ora apa-apa kebak drama, aku sing nggawe drama. No coment, ora usah ngurusi uripe wong liya," balas Dika dengan aksen Jawa masih kurang, setelahnya mengambil sebotol air dan meneguknya.

"Lumayan juga kowe bahasa Jawa ne," puji Bisma menilai-nilai.

"Siapa dulu gitu loh, Dika!" balasannya berbangga diri.

"Eh gak jadi, kutarik omonganku yang tadi." Mendengarnya membuat Dika langsung menatap datar ke arah Bisma. Ingin rasanya dia memiting leher dan menjitak kening pemuda yang lebih muda satu tahun dari dirinya ini. Tidak ada sopan santunnya pada yang lebih tua, pikir Dika.

"Capek tapi bahagia bukan?" timpal pemuda paling pendek bernama lengkap Adiputera Sentosa. Pemuda mungil itu berpenampilan layaknya anak sekolah dasar yang didandani ala gangster sama penata rias. Berbeda dengan anggota lain yang terlihat sangar. Sepertinya pemuda mungil itu salah masuk pergaulan.

"Semua itu karena cuan," balas Janari Brawijaya. Si pemuda berambut panjang itu tersenyum miring.

"Itu memang benar, tetapi penggemar juga adalah penghilang rasa lelah paling ampuh," ujar Wisesa Sutresna Nandang berpendapat.

Wisesa, pemimpin karismatik asal Bogor. Alis tebal, bulu mata lentik, garis mata yang tajam membuat dia terlihat seperti pemimpin keras, padahal aslinya dia mempunyai hati selembut sutra. Bahkan kenyamanan para anggota menjadi prioritasnya.

Sebelas pemuda di tampung di sebuah ruangan klasik dengan nuansa mewah. Tiga buah sofa terbuat dari kayu jati dengan posisi membentuk huruf "U" itu diduduki sebelas pemuda yang tengah berbincang. Di tengah-tengah mereka terdapat meja, tiga belas botol berisi air atau bahkan habis berjajar tidak berpola di atasnya.

"Ngopi heula supados pikiran jernih deui. Yok, ngopi dulu!" seru pemuda jangkung berotot menaruh sebelas kopi di atas meja bersama nampan. Rakha Nataprawira, si pemuda manis dengan senyum gingsul yang membuat para penggemar klepek-klepek dibuatnya.

Amor (the musician's amorous turmoil)Onde histórias criam vida. Descubra agora