00: Prolog

124 12 1
                                    

Istana Tweddia yang berada di selat barat dihuni oleh ratusan orang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Istana Tweddia yang berada di selat barat dihuni oleh ratusan orang. Setiap hari banyak orang yang menelusuri lorong demi lorong dalam kastil megah tersebut, tentu tak luput dari pengawasan prajurit-prajurit di sana. Jika ada orang luar yang masuk ke dalam Istana pasti orang itu akan di periksa, bahkan akan di geledah paksa jika gelagatnya sangat mencurigakan.

Itu adalah salah satu penyebab mengapa istana Tweddia banyak di kenal oleh masyarakat. Namun bukan hanya itu. Istana Tweddia dikenal karena mempunyai raja berdarah dingin. Di setiap pertempuran tidak ada sejarahnya raja itu kalah dari musuh.

Raja tersebut di kenal dengan sebutan Raja Dominic. Lelaki berusia 40 tahun yang sudah mempunyai istri dan anak.

Namun itu tidak menjadi penghalang bagai Raja Dominic untuk terus berkembang menjadi kuat. Karena obsesinya pada kemenangan dan kekuasaan Raja sampai mengasah secara paksa kemampuan putra sulungnya agar menjadi kuat dan bringas sama sepertinya.

Saat itu kehidupan di Tweddia masih berjalan mulus. Darius, putra sulung keluarga Tweddia di kirim ke asrama untuk melakukan pelatihan bersama guru yang juga membimbing Dominic sampai menjadi raja hebat yang terkenal akan keberingasannya.

Darius saat itu meninggalkan sang Ibunda yang tengah hamil besar. Darius akan menjadi seorang kakak, sebentar lagi. Namun untuk saat ini dan beberapa tahun ke depan mungkin Darius masih belum bisa menemui calon adiknya.

Dan tepat pada malam bulan purnama suara bayi merengek terdengar dari kamar raja bernuansa merah darah. Suaranya tampak keras. Ada jeritan wanita yang kesakitan pula. Di luar Raja Dominic tampak gusar. Beberapa penasehat dan kerabatnya mencoba menenangkan yang hasilnya nihil.

"Aaakkkhh!!"

"Ada apa?!" teriak Dominic terkejut.

"Siapa yang berteriak?!" Penasehat berdiri di samping Dominic dengan sigap.

"Maafkan saya, Yang Mulia! Ta-tapi saya benar-benar terkejut melihat tanda aneh di punggung bayi Anda!" ujarnya ketakutan.

"Maafkan saya, Yang Mulia! Ta-tapi saya benar-benar terkejut melihat tanda aneh di punggung bayi Anda!" ujarnya ketakutan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Celaka! Itu tanda keramat!" Perdana menteri memekik tiba-tiba. "Yang Mulia Raja, maaf saya lancang bicara. Tapi tanda itu adalah simbol kutukan. Dahulu kala ada bayi yang memiliki tanda serupa dengan bayi Yang Mulia. Bayi itu menyebabkan kematian pada kedua orang tuanya tidak lama setelah bayi itu dilahirkan."

"Berani-beraninya kau! Kau menganggap bayi ku adalah kesialan?!" teriak Dominic keras. Urat-urat dilehernya tercetak jelas menandakan bahwa lelaki itu emosi.

Jelas Raja Dominic emosi. Bayi itu adalah darah dagingnya. Anaknya dan juga Adera. Tentu Dominic tidak akan membiarkan orang lain menyebut bayinya pembawa sial.

"Maafkan saya, Yang Mulia!" Perdana Menteri itu menunduk ketakutan.

"Yang Mulia, tapi apa yang dikatakan Perdana Menteri benar. Kejadian seperti itu bukan hanya sekali saja. Diketahui sudah ada 3 anak yang memiliki tanda itu termasuk bayi Anda," tutur tabib yang ada di sana.

"Dan kalian percaya akan hal kolot itu?" delik Dominic. Pria itu lalu menerobos masuk ke dalam kamar. Tidak ada yang berani menyusul. Di dalam Dominic sempat terdiam begitu melihat wajah Adera yang tengah tersenyum bersama bayi itu.

"Yang Mulia..." Adera memanggil pelan saat menangkap kehadiran sang Raja. "Ada apa di luar? Mengapa... terdengar sangat kacau? Bisa kau jelaskan?"

"Tidak. Bukan apa-apa." Dominic duduk di tepi ranjang.

Diusapnya wajah berkeringat Adera. Dominic lalu menunduk untuk mencium keningnya. "Kau... tidak merasakan sakit?"

"Aku merasa senang. Senang karena bayi kita bisa melihat dunia."

"Kau benar... Tidak ada alasan seorang ibu kesakitan karena bayinya sendiri," gumam Dominic. Sedang meruntuki kebodohan para petinggi tadi.

"Yang Mulia..." Adera memanggil lagi. Kali ini terdengar sangat pelan bahkan hampir tidak terdengar.

"Maukah kau berjanji padaku? Ini untuk yang terakhir kalinya..."

"Aku berjanji."

"Tolong jaga dia. Dia bayiku, bayimu juga. Ku mohon rawat dia seperti kau merawat Darius. Ku tahu kau mungkin akan membencinya nanti, tapi ini bukan salahnya. Para petinggi hanya mengarang cerita. Tidak ada bayi pembawa sial. Bayi kita istimewa, Raja... Kau... mengerti bukan?"

Adera tersenyum getir.

Merasa ada yang tidak beres dengan istrinya Dominic semakin mendekat bahkan hampir memeluknya. "Ada apa? Kenapa wajahmu pucat? Dan pesan itu... ada apa sebenarnya?"

"Aku mendengarnya... mereka mencoba membuatmu membenci bayi kita. Tapi- Ya-Yang Mulia..." Nafas Adera tercekat tiba-tiba. Matanya melebar saat bertatapan dengan Dominic. Tidak, tatapan itu bukan ditunjukkan untuknya. Tetapi menatap langit-langit kamar yang luas.

Dan dalam hitungan detik mata itu kembali menutup bersamaan dengan tangan dingin Adera yang jatuh dari genggaman Dominic.

"Tidak! Ada apa dengan mu?! Tabib! Pelayan!"

Seluruh tabib kepercayaan Dominic berlari masuk ke dalam kamar bersama pelayan di belakang mereka. Antonio selaku penasehat Dominic dengan sigap berada di sekitarnya.

"Yang Mulia!"

"Apa-apaan ini?! Mengapa semuanya menjadi kacau?! Ada apa sebenarnya?!"

"Istriku-istri ku tidak mungkin—"

"Maaf, Yang Mulia. Ratu Adera sudah tidak bernyawa."

Deg!!

Dominic mematung.

"Tidak mungkin..." lirihnya dengan mata berkaca-kaca. "TIDAK MUNGKIN! KALIAN TIDAK BERGUNA!! ISTRIKU TIDAK SELAMA ITU!! KALIAN DENGAR?! HELENA TIDAK LEMAH!"

"Yang Mulia! Tenanglah!" Antonio menahan dada Dominic yang hendak mengamuk.

Semuanya menunduk dalam ikut merasakan apa yang Raja mereka rasakan. Tentu mereka bersedih dan berduka. Raja Dominic serta Ratu Adera adalah orang yang baik, mereka selalu memberi apa yang rakyat dan pelayan butuhkan.

Tidak ada alasan mereka kelaparan di istana ini. Jangankan di istana, rakyatnya pun sejahtera karena Raja selalu memperjuangkan tanah ini agar tidak diambil alih oleh musuh.

Raja yang biasa mereka lihat kuat dan tangguh kini rapuh seketika saat orang yang dicintainya pergi untuk selama-lamanya. Raja Dominic runtuh, tangisnya terdengar menyayat hati. Beberapa petinggi mencoba menenangkannya dan membantu mengurus jenazah Ratu Adera.

Ini bukan akhir. Kematian Ratu Adera bukan akhir dari kisah ini.

Justru kematiannya menjadi awal cerita ini dimulai.

Bayinya akan tumbuh.

Adera mempunyai bayi yang diberi nama Amerta Raline Lake.

•••••

•••••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Curse & LoveWhere stories live. Discover now