01: Gadis bermata Emerald

70 15 1
                                    

(Emerald aslinya lebih hijau lagi ya guys)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Emerald aslinya lebih hijau lagi ya guys)

•••••

Bunyi burung di pagi hari menandakan ada harapan baru yang bisa di bangun dan diwujudkan. Sayangnya itu hanya berlaku untuk orang-orang berjiwa bebas. Tidak untuk gadis manis yang sedang duduk di atas jendela yang di tumbuhi dedaunan liar berbunga berwarna kuning. Tanaman liar itu jarang sekali di cabut karena sulit. Menara yang cukup tinggi adalah penyebabnya.

Tidak mungkin kan gadis itu memanjat menara hanya untuk menyingkirkan tanaman liar ini? Itu sama saja membunuhnya.

Pafiliun di sebelah utara memang tidak terlalu tinggi. Namun paling tidak terawat dan jarang sekali di lalui orang. Bahkan untuk sekedar mengecek pipa saja rasanya bisa dihitung jari.

Orang-orang yang kemari setiap harinya hanya untuk membawa makanan yang ditunjukkan untuknya saja. Setelah itu mereka pergi meninggalkan.

"Amerta." Gadis itu memandang cukup lama langit di atas. Entah perasaannya saja atau apa, langit hari ini tampak lebih cerah dari biasanya. Burung-burung jadi betah mengepakkan sayap di atas, siulannya mencoba menggoda siapapun yang mendengar.

"Apa arti dari nama tersebut?" gumamnya bingung. "Aku adalah Amerta. Amerta Raline... eum.. Lake."

"Aku putri Raja Dominic. Tidak, bukan lagi." Amerta tersenyum getir. "Kemarin Yang Mulia sudah mengatakannya bukan? Seharusnya kau ingat, Amerta. Kau harus tahu diri. Masih untung kau hidup saat ini."

"Huaaahhh tidak terasa ya sebentar lagi aku akan berusia 18 tahun!" seru Amerta senang.

"Ah... Bagaimana aku merasakannya jika setiap harinya kau hanya makan dan tidur saja?!" gerutu Amerta.

Hari ini adalah pelantikan Pangeran Darius untuk menjadi seorang Raja murni dari keturunan asli anggota kerajaan Tweddia. Persiapan itu sudah dilakukan sejak Darius umur 7 tahun hingga saat ini. Tidak heran banyak rakyat dan kerajaan kerabat sangat menanti pelantikan tersebut.

"Cantik sekali mereka..." Amerta semakin terkesiap melihat banyak putri dari kerajaan lain masuk ke dalam gerbang istana menggunakan kereta kuda.

"Astaga! Pria itu tampan!" Ya ampun! Di situasi begini Amerta masih saja terpesona.

Tidak heran memang. Ini area kerajaan. Pasti banyak para pangeran tampan dan putri bangsawan yang berkumpul.

"Adikku." Suara itu hampir membuat Amerta terjungkal dari jendela di paviliun ini.

"Astaga, bisa kau duduk dengan benar?" Darius mendekat. Mencoba menarik Amerta menjauh dari jendela namun Amerta menghindar.

"Apa Kakak lupa kalau kita tidak boleh sering bertemu?" gumam Amerta pelan.

Darius terdiam. Suara riuh di aula dan di luar kastil terdengar keras. Mereka sudah tidak sabar menantikan raja baru kerajaan Tweddia.

"Semua orang menunggumu." Amerta tersenyum sangat manis. "Meskipun aku di sini. Aku selalu berdoa agar kelak Kakak menjadi raja hebat di negri ini. Aku akan menagih janjimu, Kak. Kau bilang akan membawaku berkeliling pelosok negri ini. Aku menunggunya..."

Curse & LoveWhere stories live. Discover now