02: Pelantikan

52 8 0
                                    

Curse & Love

♤♤♤♤

Masih terbayang bagaimana wajah pangeran yang sempat Amerta kagumi dari jauh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Masih terbayang bagaimana wajah pangeran yang sempat Amerta kagumi dari jauh. Kejadian tadi hampir saja membuat jantung Amerta berhenti berdetak. Sebab ada beberapa faktor yang membuatnya lari seperti melihat iblis. Amerta terkejut, juga takut. Amerta tahu alasan mengapa Dominic melarangnya keluar atau bahkan berinteraksi dengan orang.

Bahkan pelayan saja tidak ada yang pernah berinteraksi dengan Amerta. Itu karena mereka takut mendapat kesialan. Karena bukan hanya 1 atau 2 orang saja korbannya.

Dan baru saja—

Pangeran tampan itu berinteraksi dengannya!

Bahkan menyentuhnya.

Amerta bergidik ngeri. Pangeran itu menangkapnya dari ketinggian seolah sedang mengukur seberapa kuat otot lengannya. Mata terang Pangeran tersebut juga jauh lebih indah dari mata Darius. Amerta memejamkan mata, lalu menggeleng cepat.

"Bagaimana jika pangeran itu terluka?!" pekik Amerta ketakutan. Ia merasa bersalah.

Gadis itu melangkah menelusuri lorong istana. Saat matanya menangkap beberapa prajurit gadis itu langsung lari dan mengumpat dibelakang pilar. Tidak boleh ada korban lagi. Amerta akan semakin merasa bersalah.

Saat beberapa prajurit tersebut melewatinya Amerta berlari kencang menaiki tangga ke arah paviliun yang ditinggalinya.

Di dalam Amerta terkejut ketika seseorang menariknya kasar. Orang itu pun mengunci pintu yang membuat Amerta berkerut heran.

"Apa Anda bodoh, Tuan Putri?! Apa yang Anda lakukan diluar sana? Bagaimana jika orang-orang melihatnya?!"

Amerta menggeleng. "Mirai, aku tidak—"

"Kau tidak tahu seberapa cemas saya, Tuan Putri." Mirai mengusap wajah Amerta lembut. "Bagaimana jika para prajurit menangkap Anda? Saya akan menyesal."

"Maafkan aku tapi aku tidak bermaksud membuatmu khawatir. Aku hanya—"

"Apapun alasannya saya tidak akan mendengar itu, Tuan Putri. Ini perihal keselamatan Anda. Itu adalah tanggung jawab saya sebagai pelayan Anda."

"Jangan bilang begitu!" ketus Amerta tak suka. "Kau itu temanku, siapa yang menganggap mu pelayan?"

Meskipun umur mereka terpaut 5 tahun Amerta tetap menganggap Mirai sebagai temannya. Sebenarnya Mirai pun begitu, namun statusnya sebagai anak pelayan membuatnya sadar diri. Mirai tidak ingin memposisikan diri sebagai teman Tuan Putri meskipun kedekatan mereka sudah tidak diragukan.

Mirai tidak akan pernah membiarkan Tuan Putrinya dalam situasi membahayakan. Dia akan melindunginya. Kalau perlu dengan nyawanya sendiri.

"Mirai, bagaimana bisa kau tidak mengalami kesialan setelah berdekat denganku selama bertahun-tahun ini?" tanya Amerta sembari melangkah mendekati meja riasnya. Kaca rias yang dihiasi bunga mawar bertangkai menampilkan wajah cantiknya yang polos tanpa riasan.

Curse & LoveWhere stories live. Discover now