18. young adult

362 36 2
                                    

Day 1 in Semarang. Pagi-pagi buta tanduk Tay sudah muncul akibat New lelet dan malas mandi padahal Tay sudah rapi dengan setelan kantornya sedangkan New masih pada kegiatan awalnya yaitu mengumpulkan nyawa.

Yang benar saja, jam 07.15 New belum siap-siap bahkan nyawanya kalah dengan matahari yang sudah muncul sempurna. Tay berkacak pinggang di sisi New, di samping tempat tidur.

Menyibak selimut yang menutupi kaki New lalu membuangnya ke lantai.

"Wake up!"

New menggeram kecil. "Hmm lima menit."

"New!"

"Apaaaa."

"Udah jam berapa ini... cepetan mandi!"

New mengerutkan kening. "Kemaren janjinya jam berapa? 10 kan? Terus ngapain bangun pagi-pagi, gile. Gue mau tiduuur, sialan gara-gara lo, gue jadi insom brengsek." Rutuk New.

Jam tidurnya kacau karena tadi malam Tay iseng membuka laci nakas dan menemukan kotak remi lalu menjerumuskannya ke dalam permainan sampai pukul 2 pagi.

New yang tidak terbiasa tidur di atas jam 12 malam akhirnya mengalami insomnia sampai pukul 4 dini hari. Sialan, sekarang New merasa tubuhnya sakit semua.

"Masa?" Tanya Tay.

"Si begooo! Lo pagi-pagi mau ketemu siapa hah? Abang tukang bubur?" Tubuh New berbalik membelakangi Tay, berusaha melanjutkan mimpi mencumbu tubuh Selena Gomez, ah jadi ke cut ginikan.

"Serius?"

New berdecak kesal. "Iya baweeel, udah pergi pergi gue mau tidur."

Tay yang masih bingung malah ikut tidur di sebelah New. "Kok gue bisa lupa ya New."

"Hmm faktor U. Emang normal begitu."

"Umur gue udah tua?"

"Banyak omong, gue tendang nih! Ah dieeem, plis deh bos, gue cuma mau tidur. Sejam ajaa, jangan diganggu."

Tay menutup mulutnya dan beranjak dari kasur menuju ke depan cermin yang menyatu dengan lemari. Mematut, all okay, firm jaw, ofc with a handsome face. Sebut saja Tay terlalu percaya diri tapi begitu faktanya, mau disanggah takut dijudge suka merendah, mending apa adanya ya kan.

Memang sesat kalau percaya omongan ngawur New. Umur 28 tahun dibilang tua, cik di umurnya yang sekarang malah masa-masa paling produktif dan hiperaktif.

Lupa itu wajar, namanya juga manusia.

Tay mengencangkan gespernya yang terasa kendor, sekali lagi dia meneliti tubuhnya yang ditutupi kemeja. Tiba-tiba Tay tersenyum setan, even tidak nampak tapi tetap terlihat seksi.

Kepala Tay melongok ke arah kasur, berdehem, kemudian kembali memandang cermin.

...

Dua jam berlalu, kini New sudah full energi. Di depan kitchen set, New merentangkan kedua tangan ke atas, membuat gestur peregangan sambil menguap, menunggu sosis dipanaskan di dalam microwave.

Rencananya New mau sarapan secangkir Energen jahe yang dia bawa dari Jakarta didampingi sosis dan roti tawar. Mengganjal perut sebelum berburu kuliner Semarang pada waktu senggang yang tidak seberapa.

Setelah 2 menit, New mengambil sosisnya dan membawanya ke atas mini bar, menarik bar stool terdekat lalu meminum Energen yang serealnya sudah mengendap di bagian bawah gelas.

Mendadak New teringat Ink, semalam cewek cantik itu mengeluh kram perut dan minta tolong untuk dibelikan koyo. Tentu bosnya bertanya, what is koyo?

Goblok, koyo is obat luar yang ditempel di kulit. Orang mana yang nggak tau koyo? very very tolol abis.

Rasanya ingin sekali mendidik Tay dari taman kanak-kanak, tidak perlu di sekolahkan ke luar negeri atau dimasukkan ke sekolah internasional, cukup di sekolahkan ke sekolah negeri agar otaknya sedikit merakyat.

Pada akhirnya New yang mencari ke mini market dan Tay menunggu di mobil. Sialan, waktu itu New benar-benar merasa diperbudak.

"Morning, New." Sapa Ink, baru keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dispenser.

New tersenyum. "Morning. Breakfast kak?" Katanya menawari.

Setelah menuang air panas ke tumbler, Ink duduk di sisi New. "Masih nggak selera. Btw nanti lo yang nemenin Tay meeting PCM?" Ink menyangga dagunya mengunakan telapak tangan terlihat lesu karena datang bulan.

New mengunyah sosisnya sampai setengah halus kemudian mengangguk. "Hooh, sans. Lo istirahat aja dulu, gampang kalo sama gue mah."

Ink terkekeh ala kadarnya untuk menanggapi rasa pengertian juniornya ini. Lucu, pengen Ink cubit pipi putih kenyal yang bergerak-gerak karena sedang menguyah makanan itu sampai merah.

"Lo kelahiran taun berapa sih New, gue lupa."

"2002. Why?"

Ink mengangguk kemudian menggeleng. "Enggak, gue lupa aja lo kelahiran taun berapa. Ternyata anak dua ribuan, sama kaya adek gue."

"2002 juga?"

"2001 sih."

"Oh sama kaya Fah, Loveta. Mereka cuma beda seminggu, makanya kek anak kembar."

"Berasa tua kalo ngomong sama lo." Ink menghitung mengunakan jari. "Gue kelahiran 95, lo 02. Berapa tuh jaraknya?"

Alis New naik, diam-diam ikut menghitung. "6? 7?"

"Nah. Baru sadar, gue udah tua."

"Apasih pagi-pagi ngomongin umur." Dari arah ruang tamu Tay memprotes, matanya menyisir ke penjuru ruangan. "Bude mana?"

"Gue suruh belanja." Jawab New kemudian menegak Energennya sampai tandas.

"Gue belum sarapan." Katanya dengan nada mengadu.

New memutar mata. "Ya terus?" Tanya New sambil menyuap irisan terakhir sosis ke dalam mulut.

Ink yang tau akan ada perdebatan, langsung menyudahi sebelum boom itu meledak. "Mau sarapan apa Tay? Yang simpel aja tapi."

Tay tersenyum. "Omelette with salad. Simple? Thanks Ink."

Ink mengangguk dan beranjak untuk membuatkan Tay sarapan sesuai request.

New yang melihat?

Huwek.

Sudah besar, masih aja ngerepotin orang.




.....


Vote komentar lanjut.

HATELOVE • тᴀʏɴᴇwWhere stories live. Discover now