11

764 91 6
                                    

Keesokannya, Nagi memutuskan untuk bertemu dengan Reo disebuah Kafe. Nagi ingin berbincang mengenai hubungannya dengan (Name). Ya seperti meminta solusi pada Reo.

"Tumben sekali kau mengajakku keluar? Bukankah kau selalu meminta aku yang kerumahmu?"

"Aku hanya ingin keluar sesekali"

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan? Aku kesini karena kau menyebutkan (Name), jika tidak ada kaitan dengan (Name) aku malas"

"Reo.. Apa kau menyukai (Name)?"

"Huh? Omong kosong macam apa itu"

"Habisnya, kau selalu berpihak pada (Name) daripada aku. Itu tidak adil Reo, bukankah kita juga berteman?"

"Mungkin dulu, semenjak kau bersama dengan gadis itu aku tidak senang melihatnya"

"Maksudmu Kagami? Ada apa memangnya?"

"Huh.. Kau ini, masih polos seperti biasanya Nagi. Sudahi pembicaraan ini, jadi apa yang mau kau bicarakan?"

"Aku semalam mencoba berbaikan dengan (Name).."

"Berbaikan? Maksudmu? Bukankah ia memutus kontak denganmu?"

"Ya.. (Name) pulang semalam ke rumah"

"APA? Kenapa tidak beritahu? Ayo kita kerumahnya"

"Tunggu Reo, dengarkan dulu. Pasalnya, (Name) sudah punya pacar"

"HUH?!"

"Kecilkan suaramu Reo.."

"Sejak kapan? Kenapa ia tidak bercerita ya.."

"Sejak malam itu. Ia tidak sendiri, namun ia membawa laki-laki menginap dirumahnya"

"APA?"

Lagi-lagi Reo mengeraskan suaranya dan membuat orang disekitar Kafe itu langsung menoleh pada Reo.

"Reo.. Tenanglah. Kau membuat orang-orang jadi terganggu"

"Anak itu.. Habisnya.. Aku.. Argh! Bagaimana bisa (Name) secepat itu melupakanmu dan langsung membawa pacar baru menginap dirumahnya pula"

"Maksudmu? (Name) masih menyukaiku?"

Reo tersadar jika ia keceplosan mengatakan (Name) belum bisa berpaling dari Nagi.

"Kalau kau sudah dengar, tolong jangan beritahu (Name). Kau tahu alasan dia setelah kelulusan tidak ada disini? Itu karena ia berusaha melupakanmu, membawa semua kenangan mengenai dirimu bersama dengan kepergiannya"

"Ia bahkan berusaha mencari kesibukan dengan mencari pekerjaan part time disela-sela kuliahnya, agar tidak terfikirkan tentangmu"

"Namun saat itu, adalah hari kehancuran untuknya. Setelah mendengar jika kau bertunangan dengan pacarmu. (Name) sadar jika dia sudah tidak memiliki kesempatan agar bisa bersanding denganmu"

"Maka dari itu ia tidak datang ke acara pertunangan kalian, karena itu masih terasa menyakitkan untuknya"

"Aku tidak tahu (Name) sebegitunya menyukaiku"

"Itulah.. Padahal (Name) selama ini selalu dekat denganmu, kau saja yang tidak sadar. Dan lebih memilih orang lain yang baru kau kenal"

"Pacar (Name) juga orang baru, bahkan laki-laki itu merupakan Adik tingkatnya"

"Ternyata seleranya boleh juga, bisa juga mendapatkan seorang berondong"

"Reo.. Aku serius"

"Tentang apa? Tinggal berbaikan saja apa itu terlalu sulit?"

To My FirstWhere stories live. Discover now