BAB 25

2.2K 167 9
                                    

Galang senang! Hubungannya dan Sadya kian membaik. Tadi Galang dan Sadya bermain game bersama di ruang bersantai.

"Kakak pulang dulu."

Galang mengantar Sadya sampai depan pintu gerbang, menatap Sadya yang sedang menyalahkan motor lalu setelahnya tersenyum. Kakaknya keren!

"Hati-hati di jalan, Kakak!" Tangan kurusnya melambai saat motor Sadya perlahan menjauh meninggalkan rumah.

Galang langsung menutup pintu gerbang, berlari masuk ke dalam lalu mengambil satu bungkus kado yang tadi Sadya berikan. Sambil tersenyum Galang membuka kado itu perlahan agar kertasnya tidak sobek terlalu parah. "Waaah." Senyum Galang merekah semakin lebar saat melihat isinya, sebuah baju.

Galang membuka baju yang sedang dia kenakan lalu memasang baju baru dari Sadya. Setelahnya Galang langsung berlari mencari kaca, melihat pantulan dirinya dengan baju baru.

"Lucu." Ucapnya senang.

Baju warna kuning cerah gambar kartun favoritnya, kartun ulat yang biasa dia lihat bersama Kakaknya dulu. Galang terlampau senang bahkan rasa nyeri di dada sampai tidak terasa.

Sibuk berputar-putar di depan kaca sambil tersenyum karena senang dapat hadiah, apalagi hadiahnya dari Sadya.

Saat nyeri dada menyerang semakin sakit gerakan memutar Galang berhenti. Tatapannya teralih menatap jam, sekarang waktunya minum obat dan Galang ingin skip untuk minum obat, kakinya berjalan ke arah meja belajar, tangan kurusnya dengan gesit mengambil buku dan pena.

Rutinitas yang selalu Galang lakukan disaat sakit menyerang yaitu coret-coret buku, menulis rangkaian demi rangkaian kata untuk menahan rasa sakitnya.

Tangannya dengan lihat menulis deret sederet kata di kertas, sesekali bibirnya melengkung membuat senyum tipis.

Gala sayang Ayah, Bunda dan juga Kak Sadya.

Saat sedang asik menulis gerakan Galang terhenti secara tiba-tiba. "Gala mau nulis banyak hal tapi dada Gala sakit banget." Ucapnya.

"Mau tidur aja, siapa tau pas bangun nanti sakit di dadanya hilang." Kakinya melangkah menuju ranjang, membenamkan kepalanya di lipatan bantal, Galang mulai menaikan selimut tebal sambil meringkuk menahan sakit.

Perutnya mual sekali.

Galang memaksakan matanya agar terpejam. "Tidur, Gala. Please jangan sampai masuk rumah sakit lagi...kasihan Ayah."

Galang meremat dadanya, tidak ingin membuat khawatir sang Ayah Galang pun bangkit dari tidurnya lalu berlari mencari botol obat. Minum beberapa obat dalam sekali teguk lalu setelahnya badan menjadi lemas.

Galang meringkuk di sudut dekat lemari, air matanya turun perlahan tanpa kehendaknya. "Gala gak mau sakit..gak mau ke rumah sakit." Galang menggelengkan kepalanya. "Gala akan sering minum obat tapi tolong jangan ke rumah sakit..."

Teringat Ayah yang susah payah mencari uang, Gala tidak tega. Gala tau Ayah mencari kerja sampingan untuk mencukupi biaya pengobatannya yang mahal.

Ayah gila kerja mencari uang agar jika Galang mendapatkan donor jantung uang untuk operasi sudah ada. Biaya transplantasi jantung tentu sangat mahal, di negara tempatnya tinggal pun belum ada jadi mereka harus pergi keluar negeri untuk melakukan operasi.

Jika sekarang Galang ke rumah sakit maka dia akan menyusahkan Ayahnya lagi. Sudah cukup, Galang tidak ingin menyusahkan sang Ayah terus-menerus.

"Jangan sakit, jangan ke rumah sakit. Tolong sakitnya berhenti...Gala gak mau nyusahin Ayah lagi."

Mengingat bayangan wajah sedih Ayahnya malah membuat tangisan Galang semakin kencang, air matanya sulit berhenti dan terus mengalir keluar membasahi pipinya. "Sakit..."

MerpatiOnde histórias criam vida. Descubra agora