BAB 26

2.1K 153 8
                                    

"Ibu, Gala capek mau pulang dan nyerah tapi Gala belum bisa...Gala gak mau nyerah sebelum keluarga Gala kembali seperti dulu."

"Tunggu Gala ya, Bu."














Suara burung mulai terdengar dari balik jendela.

Suasana sangat berbeda dari biasanya, ruangannya begitu sepi namun sangat ramai di luar, begitu banyak langkah kaki tapi kenapa di ruangannya begitu sunyi?

Cahaya matahari menembus dari balik tirai hijau, sinarnya membangunkan sosok kecil yang masih terlelap tidur. Galang membuka matanya perlahan, menatap ke atas lalu setelahnya helaan nafas gusar terdengar.

Dia masih di rumah sakit, bangkit dari acara tidurnya mata Galang langsung mencari sosok Ayah namun tidak ada, sepertinya Galang ditinggal sendirian.

Galang menatap kaca jendela ruang rawatnya, menatap langit biru dan awan yang sangat cantik namun tidak bisa dia nikmati. "Kalau dua hari di rumah sakit... kira-kira berapa biayanya ya?"

Galang ingin pulang, ingin di rawat dirumah saja. Kemarin Galang bilang pada Ayah jika ingin pulang namun Ayah melarang karena kondisinya belum membaik.

"Uang Ayah pasti habis untuk pengobatan Gala..." Galang terdiam sambil menatap sepucuk sticky note yang tertempel di atas nakas.

Ayah keluar dulu nanti saat pulang Ayah kasih kejutan.

"Pasti Ayah lagi cari uang."

Selain jadi dosen, Galang tau jika Ayah mencari kerja sampingan di beberapa tempat untuknya, untuk pengobatannya. Galang hidup hanya menyusahkan Ayahnya.

"Ibu, Gala cuma bisa nyusahin Ayah aja..." Galang bergumam kecil.

Atensinya teralih menatap pintu ruang inapnya saat ada suara dari luar.

Cklek..

Ayah pulang, benar! Ayahnya benar-benar membawa kejutan.

Wajah murung Galang langsung hilang saat melihat siapa yang datang.

"Bunda!"

Galang senang bisa melihat Bunda lagi, terlalu senang Galang sampai ingin berdiri dan melompat namun dirinya tahan karena mengingat tangannya yang diinfus.

Helga datang dengan senyum kecil, menghampiri ranjang si bungsu lalu memperhatikan lamat-lamat tubuh anaknya. Rasa khawatir menyeruak dalam diri Helga, Galang semakin berbeda dari terakhir kali dia lihat. Menyesal, Helga benar-benar menyesal karena tidak merawat Galang dengan benar.... berapa hari bahkan Minggu Helga dengan tega meninggalkan Galang?

"Gala, sini peluk dulu. Bunda kangen sama Gala." Tidak bohong, walaupun memang bukan darah dagingnya sendiri Helga benar-benar menganggap Galang seperti anaknya karena terbiasa bersama dan merawat Galang sedari bayi.

Walaupun memang Helga terkadang bersikap tidak adil namun tidak dapat dipungkiri jika dia sayang Galang seperti dia menyayangi Sadya.

Senyum Galang melebar, bibirnya yang pecah dia abaikan. Tubuh kurusnya segera masuk kedalam pelukan Bunda. Hangat dan nyaman, Galang suka!

"Gala juga kagen banget sama Bunda." Suara Galang serak namun tetap ceria seperti biasa.

Galang senang dipeluk Bunda, kepalanya di elus dengan lembut, dahinya di kecup, Galang juga di suapi oleh Bunda walaupun rasa buburnya hambar... walaupun ingin muntah namun Galang paksa telan karena tidak ingin melihat Bunda khawatir.

"Gala, Ayah berangkat kerja dulu ya. Hari ini Gala seharian sama Bunda karena Ayah akan pulang malam."

Bunda menghampiri Ayah, membenarkan dasi suaminya lalu bersalaman. "Hati-hati di jalan, Mas."

MerpatiWhere stories live. Discover now