Warning! 18+
Sebuah mobil berhenti di halaman rumah Aron Wardana. Pintunya terbuka, kemudian si pengemudi yang tak lain adalah Jagad turun tergesa. Langkah pria itu lebar-lebar menuju rumah.
Ini masih jam kantor. Harusnya lelaki itu masih mengurusi pekerjaan yang menggunung. Namun, Jagad menyempatkan datang ke rumah Mama demi bicara serius dengan Janu.
Menginjak ruang tamu rumah, mata Jagad bergerak liar mencari keberadaan kakaknya. Saat ketemu, segera ia hampiri.
"Kamu gila, Mas?!"
Suara Jagad menggelegar. Rahangnya mengeras, alis matanya nyaris menyatu. Baju pria itu tampak bergerak naik-turun agak terburu.
"Kamu mau tunangan dengan perempuan yang Mama jodohkan?"
Janu yang duduk di sofa menghela napas. Pria itu kemudian mengangguk tenang.
Victoria melempar tatapan sinis pada putra keduanya. Mendekat, wanita itu mencubit paha si anak.
"Kenapa kamu terdengar tidak senang? Perempuan pilihanku kali ini sudah sesuai dengan seleranya Janu!"
"Mas!" Jagad mengusap wajah. Ditatapnya sang Kakak dengan sorot marah. "Kamu mau menyerah sama dia? Bukannya kamu bilang mau tungguin dia sampai pulang?"
Dia.
Dia yang Jagad maksud membuat Janu mengulas senyum sedih.
"Dia baru pergi setahun dan kamu udah mau tunangan sama cewek lain? Mas Janu!" Jagad kembali berteriak tak terima.
Janu menendang pelan bokong adiknya. "Ini bukan hutan, jangan teriak-teriak," peringatnya.
"Aku nggak lagi bercanda, Mas Janu."
Janu mengangguk. "Ini cuma tunangan. Kamu bereaksi seolah aku akan menikah besok."
Jagad menggeleng. Ia tahu bagaimana perangai kakaknya. Janu tak akan sebercanda itu soal hati perempuan. Kalau Janu sudah mengiyakan pertunangan, mustahil pria itu akan ingkar soal pernikahan.
Menarik napas, berusaha meredam emosinya yang menggelegak, Jagad meraup wajah dalam telapak tangan.
"Mas, ini baru setahun." Ia berusaha membujuk. "Dia nggak mungkin selamanya di sana. Gimana kalau setelah kamu bertunangan, dia pulang? Kamu sungguh mau menyerah sama dia, Mas? Bukannya kamu mencintai dia?"
Victoria yang melihat kegetiran di wajah anak keduanya menggeleng iba. Wanita itu memilih untuk diam saja. Tak ingin membuat sang anak semakin patah hatinya.
"Kalau dia pulang, andai kata dia benar pulang di tahun ini." Janu memajukan tubuh, menatap Jagad serius. "Ada jaminan dia akan mau menikah denganku? Kita sama-sama tahu siapa yang dia mau, Jagad."
Si adik membisu. Hatinya remuk. Emosinya masih tinggi. Namun, akal sehat membuatnya tak mampu berbuat apa-apa. Memang, apa yang ia mau?
Menyuruh Janu membatalkan rencana pertunangan dengan perempuan lain itu? Misal kakaknya bersedia, memang ada jaminan gadis itu akan kembali ke sini? Andaikata pun gadis itu memang pulang ke sini, memang ada yang bisa memastikan dia mau dipinang Janu?
Semua orang juga tahu kalau gadis itu menyayangi Janu seperti halnya menyayangi Regan. Walau terkesan selalu cari gara-gara, perempuan satu itu selalu menghormati Janu selayaknya kakak. Tidak lebih.
"Kamu tahu, Jagad." Janu bersuara lagi. Kali ini pria itu terdengar sedih. "Aku mencintai dia. Aku bersedia menikahi dia, walau dia harus dipaksa nantinya. Namun, aku tak akan mampu membuatnya bahagia."

YOU ARE READING
Beautiful Dayita
RomanceKabur dari rumah, Dayita menumpang, lalu merecoki hidup tiga bersaudara. Janu, Jagad dan Jaris dianggap Dayita sebagai malaikat yang dikirim untuk sedikit mengobati hati. Tiga pria itu menolongnya tanpa pamrih. Namun, tak Dayita duga ia akan menget...