Chapter 6 : Keinginan

21 6 0
                                    

Cafe Happy

       Haura dan Zivan pun mencari tempat duduk untuk memesan makanan. Cafe Happy ini adalah terkenal dengan tempat nongkrong yang mahal dengan menu yang enak-enak dan mewah. Serta tempat yang aesthethic juga buat foto-foto. Sambil keduanya menunggu pesanan datang, mereka berdua berbincang-bincang.

"Ra.. aku mau hubungan kita lebih serius setelah kamu wisuda. Agar kita segera halal, tidak lama berpacaran. Karena pacaran kita kan gak seperti orang-orang pada umumnya yang sampai di luar batas ketentuan kalau belum menikah. Aku ingin melamarmu dan mengenalkan kamu kepada keluarga  aku secara resmi." Ucap Zivan yang membuat mata Haura kaget dan melotot.

"Van, apa gak terlalu cepat ya? Aku masih gak ingin menikah dulu. Jangankan menikah, terbersit sedikit saja masih gak ada. Selain itu aku masih ingin lanjut S2 mengejar impian aku." Sanggah Haura yang sangat kaget dan entah kenapa ia belum siap sekali untuk menikah. Dan seketika ia merasakan hatinya mulai agak berbeda pada Zivan. Bukannya malah senang, malah gundah dan gelisah seperti ragu buat lanjut ke jenjang yang lebih serius. Apalagi yang selalu muncul dalam mimpi indahnya bukan Zivan, tapi Zaidan. Sehingga alasan itu pulalah yang membuat Haura masih belum mau menikah secepatnya.

"Ra, menikah sambil S2 juga tidak apa-apa kok. Justru aku tetap support kamu apa saja yang mau kamu lakukan asal hal yang baik, aku tidak akan melarang. Apalagi buat lanjut kuliah. Aku sangat mensupport hal itu." Ucap Zivan.

"Ya, aku tahu Van. Tapi, jujur untuk saat ini yang aku inginkan hanyalah fokus kuliah dulu. Dan menikah itu gak sembarangan dan semudah yang di pikir Van karena acara pernikahan acara yang sakral. Karena juga harus siap semua mulai dari mental, kesiapan, materi, dan lain-lain. Menikah itu bukan main-main Van,  apalagi 1 kali seumur hidup." Tambah Haura.

"Baiklah kalau kamu memang belum siap, aku akan selalu menunggumu kapan pun itu kamu mau dan siap. Kamu masih mencintai aku kan ya dan mau menungguku?" Tanya Zivan karena mulai merasa ada yang mengganjal pada Haura.

"Ya jelaslah Van, kenapa kamu tanya begitu? Kamu ragu sama aku ya?" Jawab Haura sambil bertanya kembali.

"Gak kok, aku selalu percaya sama kamu. Oh ya, Tapi kamu mau kan ya aku ajak ke rumah sakit setelah makan bentar lagi? Aku kenalin ke bunda sama ayah aku. Nenek aku lagi sakit. Aku mau jenguk nenek aku."

       Haura merasa tidak enak karena ia sudah menolak Zivan untuk menikahinya dalam waktu dekat setelah wisuda. Karena tidak enak padanya, akhirnya ia mengiyakan untuk ikut ke rumah sakit menjenguk neneknya. Ia anggap hanya sebatas kenalan biasa dulu pada keluarga Zivan, belum ke tahap yang lebih serius.

"Ok kalau begitu Van." Jawab Haura.

       Lalu keduanya pun keluar dari Cafe Happy dan seperti tadi, posisi Haura di depan, Zivan di belakangnya sambil memberi tahu arah menuju ke rumah sakit.

                                 *****

Rumah Sakit Ludira Husada Tama

       Sesampainya di Rumah sakit ludira husada tama, Tegalrejo, Yogyakarta. Keduanya pun menuju ke ruangan tempat nenek Zivan di rawat. Lalu Zivan pun menghampiri ayah dan bundanya. Seketika memeluk ayah dan bundanya.

"Bagaimana keadaan nenek yah? Bun?" Tanya Zivan.

"Alhamdulillah sudah membaik". Ujar Pak Dirgantara, Ayah Zivan.

"Alhamdulillah.. sakit apa memangnya?" Tanya Zivan lagi.

"Seperti biasa, namanya juga orang tua ya kembali kambuh sakitnya nenek Van, kolesterol dan darah tingginya naik. Tapi sekarang sudah tidak apa-apa." Jawab Ibu Rahayu, Bunda Zivan.

Suddent MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang