Chapter 13 : Penjagaan

17 5 8
                                    

       Keesokan harinya setelah Haura 1 hari di kosan, ia pun langsung menuju kampusnya, hari aktif mahasiswa baru pun di mulai. Haura menuju mobilnya, namun ternyata ia sudah di tunggu lebih dulu sama Zaidan yang sudah ada di depan mobilnya.

"Ngapain kamu ada di depan mobil aku? Minggir. Aku mau berangkat." Ujar Haura.

"Aku menunggu kamu. Sudah dari tadi bangun shubuh awal terus beres semuanya ya nungguin bareng ke kampus. Kan sekarang hari pertama." Ucap Zaidan semangat.

"Kamu berangkat saja sendiri. Kan ada sepeda motor. Aku juga bisa sendiri." Ujar Haura ketus.

"Ra, mana kunci mobilmu? sini aku saja yang menyetir. Bahaya kalau kamu menyetir sendiri. Ayah kamu sudah berpesan agar aku menjagamu." Ucap Zaidan.

"What? Asal kamu tahu ya. Aku sudah biasa menyetir sendirian. Dari yogyakarta ke jakarta saja aku bisa. Apalagi cuma dari sini ke kampus yang dekat sama-sama jakarta. Jangan karena abi aku, semua jadi kamu sangkut pautkan menjadi alasan ya." Ucap Haura.

"Ra, kan sesuai kesepakatan juga, aku menjaga kamu di sini, dan kita berteman. Aku juga sudah berjanji sama kamu. Kamu lupa ya? Apa aku ingatkan lagi?" Tanya Zaidan.

"Gak perlu. Aku ingat kok. Ya sudah begini saja, kamu gak perlu menyetir mobil aku. Aku menyetir sendirian. Pakai saja sepeda motor kamu sendiri tuh. Jalan di belakang mobil aku saja kalau memang masih ngotot mau jaga aku seperti yang sudah di bilang abi. Tapi ingat, jangan pernah ikut mobil aku. Kita bukan mahram. Gak halal juga." Jawab Haura.

"Oh jadi kamu mau di halalkan nih agar kita bisa semobil." Canda Zaidan yang membuat pipi Haura langsung merah seketika itu.

"Apaan sih, dan. Gak lucu. Garing." Ucap Haura dengan dada nya berdesir dan pipinya merah dengan perkataan Zaidan.

"Oh jadi mau langsung serius aja nih? Katanya gak lucu. Hehehe..." Canda Zaidan.

"Sudah, aku mau berangkat. Dasar gila." Ucap Haura dan langsung meninggalkan Zaidan yang masih berdiri dan langsung menaiki mobilnya menuju kampus.

       Di dalam mobil, Haura masih merasa deg-degan dengan perkataan Zaidan tadi. Meskipun bercanda, itu seakan sinyal dari dia. Tapi Haura tidak mau kepedean dan baper sama dia. Sambil diam-diam Haura melirik dari kaca spion mobilnya, ia melihat Zaidan dengan helmnya. Ternyata benar sepeda Zaidan mengikuti di belakang mobilnya untuk menjaganya kalau ada apa-apa. Sehingga sampailah mereka di kampus. Dan mereka memarkir mobil dan sepedanya.

"Aku duluan. Kelas aku ada di lantai 2. Makasih sudah mengikuti dari belakang." Ucap Haura.

"Lhoh aku juga lantai 2. Ya sudah bareng saja ayo." Ucap Zaidan Sambil membenarkan kacamatanya.

       Lalu keduanya pun berjalan beriringan menuju lantai 2. Tepat di depan kelas Haura berhenti. Karena kelas Haura berbeda dengan Zaidan. Zaidan di fakultas ekonomi bisnis dan Haura di fakultas ilmu pendidikan.

"Ya sudah. Aku masuk duluan, ya. Ini kelas aku." Tunjuk Haura.

"Ya sudah. Aku belok sana ya. Nanti kalau sudah selesai kabari ya." Ucap Zaidan Sambil menunjuk ke arah kanan di fakultas ekonomi.

"Ok." Ucap Haura lalu masuk ke dalam kelas.

       Begitulah siklus keseharian terus-menerus antara Zaidan dan Haura yang berangkat dan pulang bersama dari kampus ke kosan dan dari kosan ke kampus dengan Zaidan yang selalu naik sepeda motornya mengikuti Haura dari belakang untuk memastikan tidak terjadi sesuatu padanya. Pasalnya, jadwal mereka sama-sama 2 hari kuliah setiap hari senin sama selasa. Jadinya, ke kampus sudah pasti selalu bareng. Dan setiap Haura di telfon sama abinya, abinya tidak khawatir karena selalu ada Zaidan yang menemaninya.

Suddent MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang