Chapter 11 : Perjanjian

20 5 2
                                    

       Setelah wisuda, tak berapa lama kemudian Haura berniat langsung melanjutkan S2. Ia berencana melanjutkan S2 ke UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dengan mengambil jurusan yang sama seperti S1 nya di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan pendidikan. Tak lama kemudian muncullah notifikasi dari Whatsapp nya yang ternyata dari Zaidan.

"Assalamualaikum, ra... oh ya sebelumnya Happy Graduation ya... aku dengar kamu katanya mau S2 ya?" Tanya Zaidan.

"Waalaikumsalam. Ya benar. Kenapa?" Tanya Haura kembali.

"Aku juga ada rencana S2 ra. Kamu mau S2 di mana?" Tanya Zaidan lagi.

"Kepo amat sih." Jawab Haura ketus.

"Jangan galak-galak dong ra... tapi meski kamu galak tetap cantik, gak pernah hilang. Hehehe..." Ujar Zaidan menggoda.

"Di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Kenapa?" Tanya Haura dengan tidak mau memperlama topik dengannya.

"Wah di situ? Terus dari Yogjakarta gimana itu? Ngekos apa gimana?" Tanya Zaidan dengan masih penasaran.

       Haura malas membalasnya. Ia cuekin dan ia kira akan bebas dari Zaidan setelah lulus. Nyatanya ia masih di hantuinya terus menerus seperti ini. Ia pun melihat kuotanya tinggal sedikit. Karena WiFi di rumahnya error. Akhirnya Haura keluar dari rumahnya naik sepeda motor untuk membeli kuota internet. Ia mencari konter yang paling dekat dengan rumahnya. Sesampainya di konter, ia masuk dan langsung menyerocos.

"Mas paketan Internet nya berapa saja ya harganya?" Tanya Haura.

"Mau yang berapa lama masanya mbak?" Tanyanya sambil menoleh setelah merapikan kartu-kartu di meja. Yang tak lain adalah Zaidan yang membuat Haura kaget sekali dan tercengang.

"Lhoh kok kamu? Nguntit aku lagi ya? Dari dulu kuliah sampai lulus gak bosan ya mengikuti terus. Jangan bikin aku semakin ilfeel ya." Cerocos Haura dengan mimik muka kesal dengannya.

"Kenapa kaget? Oh ya kan jarang ke konter ya. Ini kan memang tempat kerja aku. Kalau gak percaya tanya saja sama teman-teman aku yang kerja di sini." Ucap Zaidan menantang.

"Ya mbak, ini konter milik mas Zaidan. Kami di sini karyawan-karyawannya." Tambah salah satu karyawannya.

"Masih gak percaya ya?" Tanya Zaidan.
"Jadi ini yang mengikuti sebenarnya siapa? Berarti kamu. Kan yang punya konter aku di sini." Tambah Zaidan.

       Haura malu sekali sampai seperti tidak punya urat nadi dan wajahnya seperti kepiting repus merah merona, karena sudah menduga dan menuduh Zaidan yang tidak-tidak. Padahal dirinya yang salah.

"Ya sudah gak jadi. Banyak konter lain" Ujar Haura dan mau pergi dari situ.

"Tunggu, ra..." Zaidan mengejarnya sambil berusaha bersikap tetap baik padanya.

"Aku minta maaf, bukan maksud aku tadi menuduh kamu mengikuti aku. Mungkin ini sudah takdir ketemu lagi meskipun tidak ada di kampus." Ucap Zaidan.

"Dengar ya, gak ada yang namanya takdir kalau semua dengan urusan kamu." Jawab Haura jutek.

"Ya sudah kalau begitu. Mau kamu cari konter di manapun juga gak ada yang dekat sini, ra. Cuma konter ini yang paling dekat." Ucap Zaidan.

"Belagu amat sih. Baru juga pemilik konter, bukan pemilik pabrik." Ucap Haura.

"Ya sudah aku minta maaf sekali lagi, sebagai gantinya aku beri kuota gratis buat kamu terserah mau berapa saja. Bagaimana?" Tanya Zaidan.

"Ok kalau gitu." Jawab Haura.

"Tapi dengan 1 syarat ya. Kamu mau mengobrol sama aku sebentar saja, Ra... Ucap Zaidan memohon.

       Mau tidak mau Haura pun menurutinya karena tidak tega dengan raut wajah Zaidan yang memohon. Karena yang ia pikirkan juga lumayan dapat kuota gratis. Kapan lagi.

Suddent MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang