Prolog

468 11 3
                                    

"Terimakasih atas bimbingan mu, meski seharusnya itu adalah kewajiban ku"
_Sean Albert Estevan_

°°°°°°°°°

"Apakah masih ada yang belum menyetorkan hafalannya?" Tanya seorang wanita cantik dengan senyum manis serta menggunakan setelan muslimah yang semuanya berwarna senada.


"Sudah semua mbak" ucap para santriwati secara serentak.

"Baiklah kalau begitu sekarang mari kita membaca doa dan setelah itu balik ke kamar masing-masing."

Sesi berdoa pun dimulai setelah itu semua para santriwati berpamitan dan pulang ke asrama masing masing.

Keyzia asqiyah gibran, adalah seorang anak dari Kiai Gibran Al hafidz dan ustadzah Fatimah Az-Zahra, sang pemilik pondok pesantren Al Kautsar. Keyzia masih berkuliah di salah satu universitas ternama yang berlokasi di Jakarta.

Di waktu senggangnya ia sering menyempatkan diri untuk membantu menyimak hafalan para santriwati. Keyzia juga meminta semua santriwati untuk memanggilnya dengan sebutan "mbak", karena ia lebih senang apabila di panggil dengan sebutan itu.

Sesampainya di ndalem perempuan yang akrab disapa dengan sebutan Jia itu mengucapkan salam.

"Assalamualaikum ummah, Abah Jia pulang" mendengar salam dari putri mereka gibran dan Fatimah pun menjawab nya.

"Wa Alaikum salam anak umah Abah" jawab gibran dan Fatimah secara serentak.

Setelah itu Keyzia meraih tangan Gibran dan Fatimah secara bergantian, lalu menciumnya. Setelah itu Keyzia berbincang sebentar dengan ummah dan abahnya mengenai perkembangan santri yang diajari oleh keyzia.

Di sela perbincangan tersebut, keyzia teringat bahwa nanti malam dia dengan sahabatnya akan pergi ke sebuah kajian. Mengingat hal itu Keyzia pun memutuskan untuk sekalian meminta izin kepada Gibran dan Fatimah.

"Eh iya umah Abah, boleh nggak nanti malam Jia sama Ulfa dengerin kajian di masjid Al Azhar?" Tanya keyzia pada kedua orang tuanya.

"Boleh dong nak, tapi ingat kamu harus hati-hati, dan bisa menjaga diri kamu" jawab Fatimah.

"Dan kalau ada apa-apa langsung hubungi Abah" timpal gibran pula yang juga ikut memberikan pesan.

"Yeiii makasih ummah Abah, tenang aja Jia bakal hati hati kok" ucap keyzia sambil kegirangan atas persetujuan kedua orang tuanya tersebut.

°°°°°

Seorang lelaki dengan postur tubuh atletis, memiliki paras yang tampan dengan kemeja putih yang ia kenakan menambah kesan kewibawaannya.

Lelaki itu kini sedang termenung di meja kerjanya yang terlihat sangat berantakan akan alat tulis kantornya.

"ya ampun kenapa sih hidup gua nggak pernah tenang, padahal gua lagi nggak ada masalah, gua juga udah move on dari mantan gua, tapi kenapa ni hidup nggak pernah tenang" keluh nya sambil mengacak-ngacak rambutnya sendiri.

Sebuah ide terbesit di pikiran nya. Hal yang menjadi satu-satunya cara untuk kembali membuat pikiran lelaki itu menjadi tenang.

"Apa nanti malam gua ke club aja ya, udah lama juga gua nggak minum nih" ucapnya sambil memijat pangkal hidung nya.

Pria yang sedang termenung dan berbicara sendiri di sebuah meja kantor tersebut adalah Sean Albert Estevan. Seorang pemilik salah satu perusahaan terkenal di Jakarta.

Dia adalah anak dari Arthur Estevan dan Selin Elizabeth yang juga memiliki perusahaan terkenal di Jakarta. Namun perusahaan yang Sean pegang sekarang adalah hasil usahanya sendiri berkat kerja keras dan kepintaran nya.

Syukron Ya Habibati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang