Escape Date

81 10 2
                                    

Biarkan Yeji lepas dari penderitaanya barang sejenak. Tidak bisakah? Tidak bisakah bahkan jika hanya sehari? Dia bisa rusak jika terus-menerus tertekan seperti ini.

"Apa kau mau pulang ke rumahmu?"tanya Yeonjun yang menatap kekasihnya itu dengan khawatir. Yeji sejak tadi, sejak mereka meninggalkan rumah sakit dan masuk ke mobil hanya diam membisu. Senyumnya masih mengembang walau hanya sedikit tapi matanya tidak tersenyum. Yeonjun bisa mengerti bahwa Yeji merasa down atas kondisi Karina yang makin memburuk. Berpikir bahwa mungkin dengan kembali pada keluarganya Yeji akan merasa baikan, Yeonjun rela untuk melepaskan kekasihnya itu sebentar.

Tapi Yeji menggeleng dan tersenyum kecil.

"Tidak Oppa, tapi...,"Yeji menjilat bibirnya dan ekspresi wajahnya seperti ragu.

"Bolehkah aku menjauhi kota ini barang sejenak?"tanya Yeji setelah menghela nafas panjang.

"Sendirian?"tanya Yeonjun sedikit takut. Iya, dia takut berpisah dengan Yeji. Walau tadi dia sok mau bertindak heroic dengan mengembalikan kekasihnya itu pulang ke rumah tapi sejujurnya dia tidak rela.

"De-dengan Oppa jika tidak keberatan,"Yeji menundukkan wajahnya, menyembunyikan rasa malunya. Yeonjun hanya tersenyum menyaksikan tingkah gadis kesayangannya itu dan hanya mengusap-usap kepala Yeji.

"Kita pergi sekarang,"ucap Yeonjun setelah mencium pipi Yeji lalu mulai menjalankan Lamborghini miliknya.

Yeji merasa dilemma terhadap perasaannya sendiri. Dia merasa hina dihadapan Yeonjun tapi dia membutuhkan Yeonjun. Dia masih takut akan bayang-bayang Beomgyu tapi dia ingin lepas barang sejenak. Tidak bolehkan seorang pendosa berharap untuk bahagia? Lepas dari bebannya barang sejenak? Pertanyaan itu terus berputar-putar dibenaknya. Boleh kan Yeji bahagia dulu? Melupakan kehidupannya yang nista dan hanya berpikir bahwa dia milik Yeonjun, dia berada disisi Yeonjun, di dunia Yeonjun tanpa ada siapa pun atau apa pun di dunia ini yang mengusik kehidupan mereka? Oh, jika dipikir-pikir Yeji sangat menyayangi pria disampingnya ini, dia sangat bahagia setiap Yeonjun berada disisinya.

"Oppa, saranghae,"ucap Yeji yang sejak tadi memandangi wajah Yeonjun yang sedang menyetir. Yeonjun menoleh sejenak dan sedikit kaget dengan penuturan gadis itu.

"Gosh! Yeji, Oppa sedang menyetir,"Yeonjun sedikit terlihat frustasi karena dia ingin sekali membalas pernyataan cinta Yeji sambil mendekapnya erat. Yeji tertawa kikuk melihat Yeonjun yang mulai gelisah itu.

"Oppa, fokus pada jalan,"ucap Yeji.

"Ya, tapi tidak dengan pernyataan cintamu dan tatapan matamu sepanjang jalan padaku,"kata Yeonjun mencoba fokus dengan jalan. Yeji masih tertawa kecil.

"Wae? Aku tidak boleh memandang orang yang kusukai?"

Ok. Sekarang Yeji sudah mulai berani. Yeji sudah dewasa nampaknya, mulai terbiasa dengan hubungan mereka dan mulai belajar menggoda Yeonjun. Yeonjun tertawa dalam hatinya tapi dia juga merasa gugup karena ketika Yeji yang menggodanya, dia benar-benar mati kutu. Yeonjun memutar otaknya bagaimana supaya mengembalikan Yeji pada posisi yang digoda.

"Boleh, jika kita sudah berada di tempat tidur nanti. Boleh,"balas Yeonjun. Sekarang wajah Yeji sudah seperti kepiting rebus. Tempat tidur katanya? Maksudnya tidur seperti biasa kan? Seperti hari-hari kemarin? Hanya tidur bersebelahan, berpelukan yah dan semacamnya kan tanpa ada hal berlebihan yang lain?

Yeonjun tersenyum penuh kemenangan melihat rona merah diwajah Yeji dan gadis jenius itu sudah tidak mampu berkata-kata lagi.

Yeji mencoba membuang pikiran joroknya. Tidak, tidak, tidak bisa! Tapi ya, kenapa tidak? Yeji sudah melakukannya sebelumnya. Tapi, oh tidak! Sial! Itu tidak bisa kan?! Yeji melakukannya bukan dengan Yeonjun tapi dengan Beomgyu! Yeji sekarang merasa stress lagi.

Soon, We'll Be Found [REMASTERED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang