04 : Bertemu Pujaan Hati

151 28 14
                                    

"Kaiden kenapa lagi paman? Kenapa dia sampai tidak mau makan?" Dia terpaksa bertanya pada pengasuh pribadi Kaiden mengingat dia tidak mendapatkan penjelasan dari orang tuanya. Saat ini mereka lagi makan malam bersama seperti biasanya.

Pengasuh Kaiden melirik Jeff lantas Jeff mengangguk. Setelahnya dia menjelaskan kepada War penyebab Kaiden mogok makan.

War menghela nafas, sudah dari dulu dia wanti-wanti orang tuanya tuk jangan terlalu berlebihan menyayangi Kaiden. Kelewat manja kan jadinya dia.

"Ya sudah, kalau begitu biarkan saja!" Ucap War membuat Kaiden yang sedari tadi bersembunyi dibalik pintu segera menghampiri War.

"Papa marah ya? Papa gak sayang lagi sama Kaiden?" Matanya berkaca-kaca seraya memegang kedua tangan War, dia memasang wajah sedih yang amat tersiksa. Tapi sayang, bukan War namanya jika dia luluh. Watak War lebih meniru watak Bible, keras.

"Menyingkirlah, papa mau makan!" Tidak ada kelembutan dalam suaranya, dia bahkan menepis genggam tangan Kaiden. Sejauh ini kedua orang tuanya hanya melihat putra mereka mendidik Kaiden.

"Jangan marah papa... Kaiden makan, jadi papa jangan marah lagi..." Ucap dia kini menarik kursi di sebelah War, dia ingin duduk di dekat War. Dengan hati-hati dia mencoba mendudukkan dirinya di kursi.

Karena dia masih kecil sehingga tangan kecilnya tidak bisa menjangkau nasi serta lauk pauknya. "Papa..." Panggil dia mencoba menarik atensi War dengan menarik lengan baju War. Kaiden hanya takut kepada papanya.

"Lain kali jangan membantah lagi, jadilah anak yang patuh pada kakek maupun kepada bibi dan paman. Paham!"

Kaiden mengangguk, "Papa gak marah lagi kan sama Kaiden?" Cicit dia pada War yang meletakkan makanan di piring Kaiden.

"Jika Kaiden menjadi anak patuh dan penurut, papa gak akan marah dengan Kaiden."

"Tapi Kaiden mau main dengan teman-teman Kaiden papa..."

"Papa tidak melarang Kaiden main dengan teman Kaiden, tapi mainnya di rumah saja."

"Tapi Kaiden bosan papa..." Jujur Kaiden takut-takut, takut dimarahi.

War menghela nafas lalu dia melirik kearah Bible. "Tidak bisa, Kaiden tidak boleh main keluar jika dia tidak didampingi oleh kamu atau dengan daddy dan papa." Dia melakukan ini karena takut Kaiden diculik. Keluarga Pheonix itu Mavia, jadi musuh mereka banyak. Keluarga Mavia berkedok pengusaha.

"Tapi kalau Kaiden terus dikekang, takutnya nanti dia memberontak!" Timpal Freen merasa kedua orang tuanya terlalu berlebihan menjaga Kaiden. "Bukankah kita bisa memberikan Kaiden penjaga. Jika dua atau empat orang masih kurang tuk menjaganya selama dia bermain di luar. Maka berikan dia 10 atau 15 orang penjaga." Tambah Freen dia rasa inilah jalan terbaik untuk kedua belah pihak.

"Untuk saat ini tidak bisa!" Putus Bible secara sepihak.

"Daddy selalu saja begini, terlalu posesif!" Rutuk War terkadang dia jengah dengan orang tuanya yang kelewat posesif.

"Kenapa kakek Bible jahat banget, apa-apa dilarang. Kaiden main keluar dilarang. Kaiden mau bertemu dengan Daddy Kaiden juga dilarang!" Akhirnya unek-unek yang selama ini Kaiden pendam keluar juga. Sudah dari tahun kemarin dia selalu merengek kepada kakeknya untuk dipertemukan dengan Daddynya. Sengaja dia minta pada kakeknya mengingat kekuatan absolut di keluarga ini berada dalam genggaman tangan Bible.

"Harus berapa kali kakek katakan pada Kaiden, Daddy Kaiden sudah meninggal!" Inilah kata-kata yang selalu Kaiden dengar dari kakeknya perihal Daddy nya. Namun giliran Kaiden minta diantar ke makam Daddy nya Bible selalu punya seribu alasan untuk menolaknya.

Never Let Me Go!Where stories live. Discover now