05 : Menggoda Pujaan Hati

122 22 10
                                    

"Nanti aku jemput itupun jika kamu tidak keberatan." Katanya pada War yang kini menahan tersipu malunya sebab seluruh mata mahasiswa yang ada di depan kelas War tertuju lurus pada mereka. War menggenggam erat tali ranselnya lalu dia mengangguk malu-malu.

Sepanjang perjalanan pulang, wajah cerah War tidak pernah luntur. Pasalnya dia dijemput oleh Anan sesuai dengan janjinya.

"Akhir pekan ini kita jadikan pergi main?" Ucap Anan untuk memastikan.

War kaget, dia lupa sehingga tadi dia terlanjur janji pada putranya.

"Gak jadi?" Kesimpulan Anan berdasarkan raut wajah War.

"Maaf."

"Gak apa-apa. Mungkin kamu sibuk. Kalau begitu bagaimana dengan minggu depannya lagi?"

"Itu, bagaimana ya. Sebenarnya minggu depannya lagi itu anniversary nya orang tuaku. Bagaimana kalau akhir bulan aja, kebetulan hari jumatnya tanggal merah. Jadi bisa lama kita pergi mainnya."

"Sepertinya itu ide yang bagus. Tapi apa kamu tidak berniat mengundang aku ke acara anniversary orang tua kamu?" Pancing Anan ingin War mengundang dia.

War meragu, kemudian dia berkata, "Maaf..." Belum saatnya dia mempertemukan Anan dengan orang tuanya. Dia tidak ingin Anan terluka.

"Sebenarnya itu acara yang tertutup, jadi yang diundang hanya keluarga inti." Ucap War beralasan.

Anan manggut-manggut mencoba mengerti. Terlalu cepat mungkin meminta War tuk mempertemukan dia dengan orang tuanya.

"Kamu marah?"

Anan menggeleng kemudian dia mengusap kepala War sebentar dan kembali lagi fokus mengendarai mobilnya.

⏩⏩

"Gak masuk dulu?" Tawar War ketika pintu mobil sudah tertutup. Dia memegang erat-erat tali ranselnya dengan perasaan yang campur aduk. Dia sangat ingin mempertemukan Anan dengan putranya namun di satu sisi dia takut.

Anan menggeleng, "Lain kali aja."

"Baiklah kalau begitu," War mencoba untuk mengerti.

"Kalau begitu besok aku jemput ya!" Ucap Anan kembali menghidupkan mesin mobilnya.

War mengangguk pelan, "Hati-hati!"

"Ehm, nanti aku kabari jika aku sudah sampai di rumah." Respon Anan membuat War tersipu malu. Sebegitu pentingnya dia bagi Anan.

Melihat War yang tersipu malu, membuat dia tersenyum simpul.

"Apa adek suka cake?" Tanya dia tiba-tiba sebenarnya dia ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan Anan.

Anan menggeleng, "Dia suka salad apalagi seafood. Kenapa? Kamu mau bikin cake buat adek?"

"Rencananya sih gitu, tapi karena adek tidak suka..."

"Tapi aku suka, apalagi itu dari kamu." Potong Anan sukses membuat War salah tingkah.

"Ya udah, kalau begitu aku tunggu cakenya ya..." Seru Anan kemudian mobilnya pun berlalu dari hadapan War yang kini tersenyum sembari melambai. Anan seperti putranya, sama-sama penyuka cake.

⏩⏩

Tok... tok... tok...
Ada yang mengetuk meja belajar Perth. Dia yang semula begitu serius dengan buku pelajarannya, seketika mengarahkan manik gelapnya pada orang yang telah mengetuk mejanya.

Perth tertegun melihat keberadaan Naji di hadapannya. Cowok itu tengah menenteng beberapa buku pelajaran di tangannya.

"Bu guru bilang, jika aku tidak mengerti, aku bisa bertanya padamu." Siapa sangka mereka bisa bertemu di tempat les.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Apr 23 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Never Let Me Go!Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora