Chapter 78: Gunung Bersalju Suci

35 8 0
                                    

Zhang Qiling berdiri di pegunungan yang tertutup salju dengan ekspresi serius di wajahnya. Aku tidak tahu emosi macam apa ini, tetapi aku tahu bahwa pegunungan yang tertutup salju ini memiliki arti khusus baginya.

Aku membayangkan hatinya tidak bisa kosong saat ini, karena semua yang ada di sini pasti punya asal usul tertentu, tapi aku bahkan tidak punya arah untuk berspekulasi.

Zhang Qiling berdiri seperti ini untuk waktu yang lama.

Kami tidak bergerak pada malam itu. Sebaliknya, kami menggali sarang di salju, menutupinya dengan terpal, menyalakan kompor tanpa asap, dan bermalam.

Keesokan harinya, kami berangkat lagi dengan membawa perlengkapan kami dan melanjutkan perjalanan menuju pegunungan.

Sepanjang perjalanan, aku terus bercerita tentang indahnya dunia, bercerita tentang semua tempat yang belum pernah dia kunjungi dan semua makanan lezat di sana. Dia tidak pernah berbicara atau menunjukkan tanda-tanda kebosanan.

Kenyataannya, aku tidak tahu apa yang dia minati, jadi aku menelusuri semua pengalamanku sebelumnya bersamanya, mencari sesuatu yang sepertinya dia sukai. Misalnya, dia selalu melihat ke luar jendela jadi kupikir dia mungkin punya preferensi yang sspesia untuk bepergian.

Pada awalnya intensitas bujukanku cukup tinggi, namun pada akhirnya jalan semakin sulit untuk dilalui dan tenaga fisik yang dibutuhkan semakin besar sehingga aku hanya bisa berdiam diri. Setelah berjalan beberapa hari berturut-turut, kami sampai di puncak gunung yang tertutup salju. Tidak ada permukaan kosong yang terlihat. Saat aku berdiri di tempat tinggi dan melihat ke belakang, aku perhatikan bahwa tidak ada satu desa pun yang terlihat.

Sekilas, aku bisa melihat Pegunungan Changbai terbentang sejauh mata memandang, dengan ribuan puncak dan lembah, banyak di antaranya tidak dapat diakses. Aku tidak dapat memastikan apakah rute yang kami ambil kali ini sama dengan rute yang kami ambil terakhir kali memasuki gunung.

Aku ingat ketika Shunzi membawa kami ke sini, dia memberi tahuku nama beberapa puncak, termasuk Tiga Gunung Suci dan Gunung Yaozi. Penampakan puncak-puncak tersebut saat itu tampak berbeda dengan apa yang aku lihat sekarang. Aku juga ingat bahwa Pan Zi telah menceritakan segala macam lelucon, tetapi gunung-gunung dan orang-orangnya berbeda sekarang.

Kami mendirikan tenda pada malam ketiga. Itu sangat dekat dengan garis batas yang kutetapkan untuk perpisahan kami, yang kuperkirakan hanya tinggal sehari lagi.

Kami menemukan tempat yang kering dan menyalakan api. Sambil duduk di depannya, Zhang Qiling menatapku dalam diam untuk pertama kalinya.

Aku juga menatapnya lama sekali. Karena dia terus menatapku seperti ini, aku mulai bertanya-tanya apakah fokus tatapannya sebenarnya tertuju padaku. Namun, ketika aku mengetahui bahwa dia benar-benar sedang menatapku, aku merasa sangat aneh. “Apakah ada yang salah denganku? Apakah ada monster di belakangku?” Aku bertanya padanya beberapa kali, tapi dia tidak menjawab. Aku tahu dia tidak terlalu normal pada saat-saat biasa, tetapi aku jelas tidak bisa- dan tidak perlu- memahami situasi ini sekarang. Namun setelah beberapa saat, dia tiba-tiba meminta rokok.

Aku menyerahkannya kepadanya, berpikir bahwa dia akan mengunyahnya seperti sebelumnya, tetapi aku tidak berpikir dia akan memasukkannya ke dalam api dan menyalakannya. Kemudian dia benar-benar mulai merokok.

Wah, dia benar-benar pandai merokok, kataku dalam hati ngeri.

*) sejauh yang kubaca/ku tonton, baru kali ini ada scene Xiao Ge ngerokok. Apa sebenarnya ada, cuma aku gak ngeh ya?🤣

Di bawah cahaya api, dia tiba-tiba bertanya, "Berapa lama kamu akan mengikuti?"

Mau tak mau aku terkejut, "Itu tidak ada hubungannya denganmu, ini urusanku sendiri."

Grave Robber's Chronicles Vol.8 (The Finale)Where stories live. Discover now