Konten

424 64 15
                                    

Sore yang panas kini menyelimuti Jogja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore yang panas kini menyelimuti Jogja. Motor, mobil, kendaraan umum bahkan delman, berlalu lalang menutupi luasnya jalan raya. Para turis berambut pirang pun terlihat mencolok di tengah ramainya jalanan Malioboro. Entah karena pengaruh El Nino, atau mereka yang tak terbiasa akan cuaca. Hari ini matahari terasa membakar kulit mereka saking panasnya.

Empat orang anak yang berada di tengah keramaian itu tak henti-hentinya menampakkan raut bahagia di wajahnya. Meski keringat dan rona merah menyelimuti wajah, mereka tak gentar untuk tetap melanjutkan berdagang. Dalam hati, keempatnya merasa bangga, tak sia-sia rasanya berjalan sejauh 4 kilometer dari rumah. Gorengan yang mereka bawa kini laku keras.

Satu kotak gorengan yang selalu laku setengahnya, kini habis tak tersisa. Bahkan, 3 kotak gorengan yang mereka bawa kali ini juga hanya tersisa beberapa. Ucapkan terimakasih pada Shaka kali ini. Berkat dirinya, para pejalan kaki yang ada di sekitar Malioboro merasa tertarik.

Tadi siang-tepatnya setelah pulang sekolah, mereka berempat berkumpul di teras masjid membawa 10 bungkus kertas origami. Bermodalkan tutorial YouTube di ponsel pak Ustadz, mereka berhasil membuat berbagai macam bentuk hewan maupun tumbuhan dari origami tersebut.

Rencananya, mereka akan memberi hadiah itu untuk para pembeli gorengan nanti. Lima ribu gorengan, satu origami dengan bentuk acak. Dengan kata lain, mereka tidak bisa memilih bentuk origami.

Namun tiba-tiba saja, mbak Vera—pemilik pohon mangga yang dipetik Shaka kala di pantai, memberikan 5 bungkus permen milkita pada mereka secara cuma-cuma.

"Tadi suami Mbak beli permen 5 bungkus, yang 4 rasanya susu semua. Jadi buat kalian aja. Toh, kalian masih pada pinyik-pinyik," kata mbak Vera tadi siang.

Tentu dengan senang hati mereka menerima hal itu. setengah bungkus mereka makan dan setengahnya lagi untuk pak Ustadz. tentu mereka merasa bersalah karena menghabiskan kuota internetnya.

"Gorengannya Kak! Beli lima ribu, bonus permen milkita sama origami karya kita." Azzam berteriak penuh semangat.

"Mbaknya cantik banget, kiw," celetuk Bima tiba-tiba.

"Eh? Yang bener dek? Makasih loh," balas orang tadi.

"Adek jualan gorengan? Kakak beli 10 ribu dong."

Bima menyeringai, inilah teknik marketingnya. Pujilah seseorang, niscaya orang itu akan membeli gorengan.

"Ini Mbak, bonus dua permen milkita sama origami lope-lope buatan aku. Khusus untuk kakak, karena bikinnya dari hati," goda Bima seraya menyerahkan gorengan pesanan orang tadi.

"Duh, bisa aja. Tapi hati-hati loh, kamu nanti kena marah suami kakak," ujar orang itu menakut-nakuti.

"Eh? Udah punya suami? Hehe, maaf Bang, Mbaknya terlalu cantik soalnya. Semoga langgeng ya, biar besok bisa jalan-jalan lagi terus belum gorengan kami," balas Bima kikuk.

Ombak Bintang || TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang