Talk About Feelings

1.8K 246 30
                                    

annyeong kiyoversee......

WOW LAMA BANGET AKU GA UPDATE YA

oke ga usah banyak basa-basi cuss buruan baca!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

oke ga usah banyak basa-basi cuss buruan baca!
.

.

.

"Apa yang membuatmu tidak percaya?" Tanya Taehyung.

"Seharusnya kau sudah tahu jawabannya jika sudah mendengar cerita Jimin."

Taehyung menarik nafasnya panjang dan menghela perlahan. Menyandarkan punggungnya di sofa kemudian membuka tiga kancing kemeja teratasnya. Hari ini cukup melelahkan. "Jangan kau hilangkan kepercayaan mu hanya karena satu manusia berengsek. Cinta memang tidak nyata, tapi cinta bisa dirasakan. Aku mengatakan ini karena aku sudah mengalaminya. Aku tidak pernah melihat cinta tapi aku merasakan cinta." Jelas Taehyung menjelaskan perasaannya yang sangat dalam untuk mendiang sang istri.

Nara jadi tertarik dengan obrolan ini. Jarang-jarang ada laki-laki yang menganggap cinta itu indah. Apa mungkin selama ini ia lebih sering bertemu dengan laki-laki hidung belang?

"Seperti yang kita tahu perasaan itu bisa berubah tergantung situasi dan waktunya. Itu sebabnya aku menganggap cinta tidak nyata dan tidak mau percaya." Sangkal Nara mengutarakan opininya.

"Sekarang aku bertanya." Taehyung memperbaiki posisi duduknya menggunakan kedua pahanya sebagai tumpuan tangannya. "Apakah cinta mu untuk Jimin masih kau rasakan?"

Pertanyaan macam apa ini? Nara mengerjap-ngerjapkan matanya meresapi pertanyaan dan memikirkan jawaban. Ini ia harus menjawab jujur atau bohong ya? Pasalnya kalau melihat Jimin dan Jimin memperlakukannya seperti dulu ia merasakan getaran aneh dalam relung hatinya. Tapi jika sendirian dan mengingat apa saja yang pernah ia alami, perasaan cintanya sirna.

Taehyung menarik satu sudut bibirnya lalu bersidekap dada. "Kau masih cinta." Taehyung tersenyum. "Mencintai kenangan kalian." Imbuhnya dengan suara lirih.

"Kenangan?"

Taehyung mengangguk pelan. "Ketika orang yang kita cintai sudah pergi baik berpisah karena sebuah masalah atau berpisah baik-baik, yang kita cintai adalah kenangannya. Meski perasaan cinta itu semakin lama semakin memudar, ketika kita mengingat kenangannya maka secara otomatis kita merasakan rasa itu lagi."

"Kau begitu?" Tanya Nara.

"Iya."

Nara mengulas senyum tipis, menganggukkan kepalanya pelan menatap ubin lantai. Pikirannya mengawang jauh membayangkan bagaimana laki-laki ini bersikap romantis kepada mendiang istrinya dulu. Mungkin istrinya adalah orang yang paling bahagia karena di cintai hebat oleh laki-laki yang menjadi pendamping hidupnya. Bahkan ketika sudah tiada pun, suaminya masih menyimpan apik kenangannya.

𝐂𝐚𝐥𝐥 𝐌𝐞, 𝐃𝐚𝐝𝐝𝐲Where stories live. Discover now