CHAPTER THREE

220 21 3
                                    

Happy Reading!
▬▭▬▬▭▬▬▭▬▬▭▬




Peat menyusul Noeul ke kamarnya, saat masuk ia melihat Noeul sedang duduk di tepi ranjangnya sambil melempar bola golf dengan kesal pada dinding dan memantul lagi kearahnya.

Raut wajahnya terlihat sedang menahan tangisnya.

"Noeul." Panggil Peat.

Noeul tidak menggubris panggilannya.

"Kau marah ya? pada ku juga?" Tanya Peat.

Tetap saja tidak ada jawaban yg keluar dari mulut Noeul.

Sampai Peat mengambil bola golf nya, Noeul menatapnya dan berdiri lalu menangis di pelukan kakaknya.

Saat dirasa Noeul mulai agak tenang, Peat melepas pelukannya mengajak adiknya duduk.

"Aku tau ibu marah padaku, tapi kenapa ibu bicara seperti itu? ibu sangat membenci ku." Ujar Noeul.

"Tidak Noeul, kau pasti salah paham, bukan itu maksud ibu."

"Salah paham apa? aku beritahu ini."

Noeul bangkit dari duduknya ia mengambil beberapa foto keluarga dan menunjukkan pada Peat.

"Lihat ini, ibu memelukmu dengan kasih sayang, sedangkan aku? aku tidak dihiraukan."

Peat hanya menatap adiknya.

"Dan ini, ini, ini, semua nya sama aja." Ujar Noeul sambil melempar foto fotonya.

Peat berdiri berusaha menenangkan adiknya.

"Jangan bodoh Noeul, aku rasa kau hanya berpikiran aneh aneh saja."

"Kak, yg merasakannya lah yg tau, ibu hanya sayang pada kakak, dan aku? aku merasa seperti anak angkat dirumah ini." Ujar Noeul.

"Apa maksud mu? ibu menyayangi mu seperti menyayangi ku juga, aku tidak mau mendengar mu menjelekkan ibu."

"Jangan bicara lagi dengan ku kalau tidak mau mendengarkan nya."

"Ya, aku juga tidak mau bicara."

"Keluar dari kamar ku." Ujar Noeul.

"Ini kamar ku juga."

"Ini bukan kamar mu."

"Ini kamar ku dan aku tidak ingin keluar dari sini, jangan meminta apa apa lagi dari ku." Ujar Peat.

"Tidak akan."

Dan ya berakhir lah dengan perdebatan kecil kakak beradik ini.

▬▭▬▬▭▬▬▭▬▬▭▬

Malam itu setelah perdebatan mereka, Noeul sedang bersiap untuk pergi ke acara Fort, sedangkan Peat ia sedang membaca bukunya.

"Aku tidak mau tinggal dirumah, manusia tidak di hargai, aku mau pergi." Ujar Noeul.

Peat tertawa kecil mendengar ujaran adiknya, Noeul membuka dompet miliknya.

"Jaman apa ini? mau pergi saja tidak punya uang."

Peat ternyata cukup peka, saat mendengar ucapan adiknya ia mengambil dompet di tas kerjanya.

"Ya Tuhan tolong kasihani Noeul." Ujar Noeul, ia sedang memberi kode pada kakaknya.

Peat melempar dompetnya pada ranjang Noeul yg ada di sampingnya.

"Huh! aku tidak butuh sumbangan." Berbeda dengan ucapannya, Noeul mengambil semua uang yg ada di dompet Peat.

"Kau mau pergi kemana?" Tanya Peat yg bangkit dari ranjangnya.

"Fort mengadakan pertunjukan dan aku di undang."

HAPPINESS | BOSSNOEULМесто, где живут истории. Откройте их для себя