05. Tersiksanya murid kelas 12

26 11 0
                                    

(Bagian 1)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Bagian 1)

Shireena melirik Kiara yang duduk di kaki kasur, perempuan itu sedang memasang kaos kakinya. Rambutnya diikat kuncir kuda, sama seperti miliknya, dua kakak beradik itu juga mengenakan seragam sekolah yang sama. Bahkan Shireena baru menyadari, tas miliknya dan milik Kiara berwarna cream, hanya merk tasnya saja yang berbeda.

"Kemaren lo seharian ke mana?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut Shireena, ia bertanya tanpa menoleh sebab sedang menunduk sambil membolak-balikkan lembar buku tugasnya. Sedangkan Kiara yang ditanyai diam saja, tak menghiraukan pertanyaan dari sang kakak.

Merasa tak mendapatkan respon, Shireena menutup bukunya, kini menolehkan kepala, melemparkan tatapan dengan kening berkerut.

"Kiara?"

Perempuan yang berbeda satu tahun lebih muda darinya itu selesai memasang kaos kaki, Kiara bangun dari duduknya dan bersiap keluar dari kamar.

"Kiara, gue lagi nanya sama lo," ucap Shireena, menghentikan Kiara yang sudah meraih knop pintu.

Kiara berbalik. "Apa?"

Mendengar suara Kiara yang terdengar tak enak membuat Shireena menghela napas. "Lo kenapa, sih?"

"Apaan? Nggak jelas banget. Tadi manggil kenapa? Gue mau cepet berangkat ini," katanya, raut wajahnya menunjukkan kekesalan.

Melihat itu membuat Shireena jelas keheranan, ini masih pagi, seingatnya mereka tidak terlibat pertengkaran sebelumnya.

"Gue nanya, kemaren, hari Minggu, lo ke mana aja seharian?"

"Main," sahut Kiara. "Udah, kan?"

Shireena berdiri sambil menggendong tas ranselnya, setelah memastikan tak ada lagi barang yang tertinggal, ia beranjak dan mendekat ke arah Kiara yang sedari tadi bergerak dengan gelisah, terlihat terburu-buru.

"Main? Tumben banget–"

"Ya, kenapa, sih? Ribet amat." Setelah berucap dengan ketus, Kiara segera menarik knop pintu dan keluar dari kamar. Meninggalkan Shireena yang terperangan melihatnya, ditambah Antoni yang juga keluar dari kamar dengan acuh berjalan menuruni tangga.

Tak ada sapaan hangat dari seorang Ayah. Ah, tak ada yang bisa diharapkan dari Antoni, Shireena tau itu.

Shireena menatap jam dinding dari sudut ruangan di koridor lantai dua. Pukul 06.20 WIB, 10 menit sebelum bel masuk sekolahnya berbunyi. Mendapati hal tersebut membuat Shireena turun dan sempat melirik ke arah dapur, ada Ayumi yang sedang menyiapkan nasi di piring suaminya.

Shireena melengos. Belum jauh kakinya meninggalkan ruang tamu, Ayumi memanggil membuatnya menoleh, ibunya itu mendekat dengan dua kotak bekal.

"Nih, nanti di sekolah kalau sempat buat sarapan, dimakan dulu. Kalau nggak sempat, berarti buat makan siang. Satunya kasih ke Kia, dia tadi nggak denger waktu Mama panggil."

Kelabu dari Arkan [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang