20. Give Up One Day

97 60 43
                                    

Jennie menarik kembali ingusnya yang akan kembali keluar, dan melakukannya berkali-kali. Ella, Rania, dan Selina menatap gadis itu ilfeel. Tidak biasanya gadis pembersih itu seperti ini.

Mereka berempat sedang berada di ruang UKS. Menemani Jennie yang tengah bersedih. Entah apa istimewanya Nando hingga membuat Jennie galau berat.

"Buang-buang waktu nangisin cowok modal burung doang!" kesal Rania bersedekap dada dan meniup kukunya yang baru ia kutek berwarna ungu mengkilat.

"Katanya full effort. Padahal cuman full ketikan,"

"Lo gak pernah pacaran, mana tau yang namanya cinta," ucap Jennie.

"Pernah lah, lo gak tau gue juga pernah pacaran sama Nando. Tapi karena dia ngincer tubuh gue aja ya udah, putus solusinya."

"Terus dia pake lo?" tanya Basta membuka tirai di samping brankar. Dia datang bersama Jarrel, Raksa dan Gareen. Sedangkan Zaga, dua Minggu ini dia sangat sibuk mengikuti kegiatan olimpiade, jadi tidak punya banyak waktu untuk sekedar berkumpul.

Raksa juga biasanya sering ikut, tapi entah kenapa sekarang dia tidak lagi ikut olimpiade. Jika di tanya pun Raksa akan menjawab bahwa dia malas untuk berpikir.

Gareen melirik sekilas Jennie lalu balik menatap Selina yang sedang melihat Jarrel dan Ella. Gareen mendekati Selina dan memberikannya permen yang ia ambil dari tas Basta.

"Anj! Ternyata lo yang suka ngambil permen gue!!" geramnya memukul kepala Gareen pelan namun sedikit terasa sakitnya.

"Buat gue mana?!"

"Beli sendiri, punya kaki itu harus di manfaatin!"

Jennie mencebikkan bibirnya kesal. Selina memberikan permen itu kepada Jennie,tapi Jennie mengabaikannya, gadis itu malah asik berbicara dengan Rania.

"Emang benar lo pernah di jodohin?" tanya Jarrel menatap Ella sambil merangkul bahu gadis itu.

Ella diam tidak mau menjawab. "Nenek lo, masuk rumah sakit ya?"

Jarrel tau Ella sedang mengalihkan pembicaraan. Entah kenapa akhir-akhir ini Ella tidak lagi mau berbicara tentang masalah keluarganya pada Jarrel.

"Lo mau ikut gue? Jenguk mama, siapa tau dapat restu." ucapnya sambil tertawa renyah.

"Gue takut, mama lo." gadis itu menghela napasnya berat. "Gue capek, Rel. Nyerah satu hari bisa gak sih?"

"Heh!"

"Makanya ikut gue nanti pulang sekolah. Kita ke rumah sakit jenguk nenek." Jarrel mengelus pelan rambut Ella.

"Dunia serasa milik berdua...." celetuk Gareen sambil berdeham pelan. Mereka kompak menatap Jarrel dan Ella yang sedang bermesraan di belakang mereka.

"Setenang inikah hidup tanpa pacaran?" Gareen menyilangkan kedua kakinya dan berlagak sedang merokok, padahal yang ia pegang hanya pulpen.

Selina memberikan permen yang tadi Gareen kasih, dan memberikannya kepada Ella. Ella menatapnya bingungnya, dan baru sadar ternyata selama dua Minggu ini Selina sudah mulai mengikuti mereka. Pasti dia belum mengetahui tentang hal yang tidak Ella sukai.

"Sel, gue gak suka permen," tolaknya dengan halus.

"Oh sorry gue gak tau, El." 

"Polos banget si, lo. Gue yang gak terlalu dekat sama Ella aja tau kalau dia gak suka permen." ujar Jennie menatap Selina sinis.

Ini anak punya masalah apa sama sepupu gue? batin Rania melihat tatapan Jennie kepada Selina. Sangat sinis dan tidak bersahabat.

"Dia kan baru gabung sama kita, wajar lah kalau dia gak tau. Lo gak kita ajak, cuman kita kasian aja." terang Gareen balas menatap sinis Jennie.

"Ya udah lo semua pergi! Gue gak butuh belas kasian!!"

"Sejak kapan dia gabung sama kita?!" Rania berucap dengan cepat membuat mereka kaget karena gadis itu mengeluarkan suara cemprengnya.

"Suara toa lo Rania! Bisa gak sih lo izin dulu kalau mau bunyi," geram Basta.

Rania berdecak kesal. "Emang lo tuhan? Idih ogah gue izin sama lo!"

"Sorry Sel," Rania tertawa kecil sambil menatap Selina yang malah sedang menatap Jarrel.

"Gue curiga lo suka sama Jarrel." celetuk Jennie yang mulutnya langsung di tutup oleh tangan Rania.

Mereka langsung melihat Selina yang tampak gugup. Raksa segera membawa gadis itu keluar dari UKS, melihat wajah tidak bersahabat dari Ella membuat ia mengerti arti tatapan Ella kepada Selina.

"Kan gue udah duga. Selina suka sama lo, Rel," seru Jennie dengan heboh.

"Kalaupun dia suka sama gue. Yang gue sayang cuman Ella." Jarrel tersenyum lebar merangkul pundak Ella.

Melihat dari wajah keduanya. Mereka seperti anak kembar saja. Rania diam-diam memotret keduanya yang sedang tertawa. "Foto gue bareng Jennie, cepetan nanti gue bayar pake permen."

Basta memajukkan sedikit kursinya agar lebih dekat dengan Jennie. Gareen pun ikut berfoto dan masuk ke tengah-tengah mereka.

"Apaan sih! Emang lo itu perusak banget," kesal Basta karena tidak jadi berpoto bersama Jennie. Gareen cengengesan sambil memamerkan giginya yang putih dengan kedua gigi taringnya berada di sebelah kanan dan kiri.

"Lagi Ran, banjir gue belum siap. Gak ganteng gue." Gareen mengatur posisinya agar terlihat keren. Rania berdengung kesal.

Jennie melirik sekilas Gareen di sampingnya. Dia mengambil ponselnya di atas meja. "Sok ganteng lo. Bukannya ganteng malah mirip monyet,"

Gareen berbalik badan menatap Jennie. Namun karena tidak hati-hati, ponsel Jennie jatuh kelantai hingga mengakibatkan ponsel itu retak. Jennie berteriak histeris.

Our Beloved Memories (End)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant