17 : Kawan Seperjuangan

33 4 0
                                    

"Coba jelasin, kok bisa bareng sama Pangeran Teknik?"

Pertanyaan itulah yang menyambut Nuansa ketika kakinya baru saja melewati pagar rumahnya.

"Umiku udah pulang?" Bukannya menjawab, Nuansa malah bertanya panik.

Belum sempat mendapat jawaban dari Ayu, suara klakson sudah lebih dulu menjawab pertanyaan Nuansa. Najwa datang tepat setelah Adam berbelok ke arah jalan raya.

Umi ngga liat Adam tadi, kan?

"Pasti kamu habis dari luar ya?" Begitulah kalimat yang pertama kali keluar ketika Najwa turun dari mobil.

"Kan umi udah pesen, istirahat dulu sampe bener-bener pulih. Kenapa ngga dengerin omongan, umi?" Omelnya.

Nuansa hanya menghela napas panjang sambil tangannya terus menutup pintu gerbang utama hingga gerbang itu terkunci kembali. Dalam hati ia tak henti-hentinya berdoa, agar uminya tidak marah. Walaupun ia sendiri sebenarnya yakin bahwa uminya akan marah. Belum lagi kalau uminya tahu bahwa hari ini ia tak sengaja bertemu Adam dan bahkan menghabiskan hampir sebagian harinya bersama cowok itu. Nuansa langsung panik. Ia segera mendekat ke sang umi dan mengambil tangannya, untuk salim.

"Maafin Nuansa ya, Umi? Nuansa tadi bosen, jadi keluar nyari angin sebentar."

Kini giliran Najwa yang menghela nafas panjang. Ia berusaha meredam rasa lelah karena pekerjaan yang menguras energinya seharian ini sekaligus rasa khawatir akan kesehatan puteri semata wayangnya itu. Ya, Najwa harus sabar.

"Habis keluar dari mana kamu, Nak?" Tanya Najwa dengan nada yang berubah menjadi lembut.

Bahu Nuansa ikut mengendur, mendengar suara halus itu. Ia akan berkata jujur. Yakinnya dalam hati.

"Hmm, itu Umi, tadi Nuansa abis dari kedai es krim Cemara, kedai es krim favorit Nuansa."

"Sama siapa?"

Deg.

Baru saja otot-ototnya mengendur, kini Nuansa otot-otot itu sudah kembali menegang. Kalau Nuansa bilang bersama Adam pasti uminya akan marah, kan? Seribu persen, uminya pasti marah. Nuansa menggeleng pelan. Tapi kalau ia tidak jujur sekarang, kelak kebohongannya hari ini pasti akan terbongkar juga kan? Aish, Nuansa jadi ingat tentang kejadian gamis itu, yang membuat beberapa hari uminya marah.

Sungguh Nuansa tak mau uminya marah seperti waktu itu lagi.

Jawab aja dengan jujur, Nuansa. Yuk kamu bisa yuk.

Baru saja Nuansa membuka mulut hendak menjawab, tapi Ayu sudah lebih dulu bersuara.

"Sama Ayu, Tante." Ujar Ayu yang langsung berdiri dari posisi duduknya.

Membuat Najwa akhirnya menyadari bahwa ada orang lain di tengah-tengah ia dan juga puterinya.

"Oh sama Ayu. Marwa kok tumben ngga ikut?"

"Ngga, Tante. Marwa lagi ada tugas."

Mendengar pernyataan itu membuat Najwa menjadi lega, ia tersenyum pada dua gadis di hadapannya itu.

"Ya sudah, kalo memang begitu ya tidak apa-apa. Ayo kita masuk ke dalam, kita makan malam sama-sama. Umi ada bawa nasi Padang Uda Wandi, nih." Ujar Najwa menunjukkan dua kantung besar ditenteng di tangannya.

Mata Ayu berbinar, dengan penuh semangat ia mengambil alih dua kantong besar berisi beberapa kotak nasi Padang itu dari tangan Najwa.

"Let's go!"

Berbeda dengan Ayu yang langsung mengekori Najwa, Nuansa justru terpaku di tempat.

"Aish, kenapa Ayu harus bohong sih? Ini aku gimana jelasin sama uminya?" Gerutu Nuansa.

Nuansa | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang