Prolog

161 50 3
                                    






Dari banyaknya buku yang ku baca, agaknya hanya buku satu ini yang mampu membuat ku berpikir tak rasional.

Segala macam bentuk pemikiran aneh terus bergelayut dalam benak penikmat sastra yang amatiran ini.

Salah satu buku yang membahas tentang kehidupan pada masa orde baru dulu, aku tidak ingin membahas terlalu banyak. Yang jelas membacanya membuat ku membayangkan bagaimana terancamnya kehidupan saat itu.

Mengenai para aktivis yang di kabarkan menghilang dan di duga di culik oleh pihak militer saat itu.

Orang-orang yang di anggap berkhianat kepada negara di musnahkan satu persatu dari tanah air, kabarnya ada juga yang di pulang kan. Tapi segala macam bentuk siksaan saat mereka di culik akan tetap membekas dalam benak mereka, itu pasti.

Aku penikmat sastra yang masih amatiran, genre buku yang sering ku baca juga tak jauh-jauh dari cerita fiksi tentang komedi. Adakalanya juga saat aku ingin membaca tentang novel-novel fantasi.

Aku terbilang sangat malas membaca novel yang memiliki cerita yang berat, contohnya seperti buku Sekarang ini, otak ku di paksa untuk berpikir kritis padahal sebelum di suruh berpikir saja otak ini sudah kritis.

Teriknya matahari siang itu tak mematahkan semangat ku dan teman-teman ku untuk menjajakan dagangan bazar kami.

Anak-anak yang satu universitas dengan ku nampak sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Aku dan Doro kebagian menjaga stan makanan. Setiap orang yang lewat di depan stan kami akan di berhentikan oleh Sera perwakilan dari jurusan psikologi dan Buncis dari jurusan hukum, untuk di berikan sampel jualan.

Acara bazar yang di adakan kampus membagi setiap jurusan menjadi kelompok yang berisikan sekitar 11-an orang, aku kebagian kelompok bersama anak-anak sastra, hukum dan psikologi. Yang berasal dari jurusan ilmu politik hanya aku dan Doro saja di kelompok ini.

"Cis panas!"

"Oh jadi maksud Lo gue gak kepanasan gitu" Buncis memotong ucapan Sera dengan terburu-buru,

"Jun kalau mau baca kenal tempat juga dong, gantian sana jaga di depan" kata Sera,

Aku menatap dia sekilas, lalu kembali terfokuskan ke arah novel yang sedang ku baca.

"Dari banyaknya insan di dunia kenapa hanya kamu yang ingin ku cekek!"

Doro terkekeh, ucapan sarkas dari Sera sudah pasti dialamatkan kepada ku.

Aku berdiri, menyisakan ruang duduk untuk Sera berganti posisi dengan ku. Perempuan itu langsung bergerak semangat dan memberikan nampan sampel nya ke arah ku.

"Cis"

"Hmmm?"

"Panas" aku mengeluh,

Buncis melongos,

Tangan nya dengan telaten menyodorkan sampel dagangan kami ke arah seorang ibu-ibu yang lewat bersama anak laki-laki nya.

Soal dagangan, kami menjual makanan street food dengan memberikan tema ala-ala Korea. Ada sosis bakar, sate usus, topokki yang lebih mirip lobak di potong-potong dan ada bakso bakar.

Stan kami pagi tadi ramai di kunjungi tamu, tapi semenjak menunjukkan pukul 11 siang tadi, stan ini sudah sepi oleh pengunjung.

"Bery enak ya cuman jadi pengantar paket" kata ku,

"Paket apa'an?"

"Tuh" aku menunjuk dengan dagu ku, Buncis langsung menangkap sosok bery yang sedang sibuk memasukkan bahan-bahan dagangan ke dalam kulkas berukuran kecil.

Bercerita Kepada Malam Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin