31 - CERITA KITA

189 9 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Gue memiliki sosok perempuan cantik setelah bunda gue. Senyumnya menawan, sorot matanya sangat indah. Dia juga sangat manis. Hidup lebih lama, ya cantiknya gue.

**

WARNING!

HARAP BIJAK DALAM MEMBACA
TERDAPAT KATA-KATA KASAR!!

_





"WOI! BABAK PERTAMA UDAH KESALAHAN TEKNIS, BABAK KEDUA APAA ANJING?!"

"LO MAU BUAT TEMEN GUE TEPAR HAH?!"

Bryan berteriak lantang pada kursi tribun di sebelah selatan ketika melihat Leo berkali-kali dijatuhkan oleh lawannya dengan cara sengaja. Bisa-bisanya mereka menjagal kaki Leo yang hendak melemparkan bola untuk mencetak poin. Sungguh! Permainan terlihat sudah tidak sehat sejak babak pertama tadi.

"ITU BISA CEDERA BANGSAT!"

"Kalem, Bro!" Tenang Ardo menepuk bahu Bryan menenangkan.

"SIAL!"

"TOLOL LO, DARI SEKOLAH MANA ANJ!"

"BEGO! LO APAIN WAKIL GUE ASU!"

Satya menatap semua anggotanya yang sedang menahan emosi sedikit kewalahan. Jika sudah menyangkut wakil ketuanya, peringatannya kemarin untuk tidak terpancing emosi sungguh tidak berguna. Ia juga sama, beberapa kali Satya mengepalkan kedua tangannya melihat Leo yang sepertinya dengan sengaja ingin dicelakai. Seolah lawan temannya itu tahu, bahwa Leo yang diunggulkan dari pertandingan kali ini.

"Anying, lutut Leo tuh rawan cidera keparat!" Pekik Ardo tertahan. Ia gemas, lawan Leo berkali-kali membuat Leo jatuh dengan posisi lutut membentur lapangan.

"WOI! WASIT MANA WASIT?! SINI GUE GANTIIN!"

"LO BUTA HAH!? PELANGGARAN BRENGSEK!"

Suara umpatan terdengar berkali-kali terlontar dari tribun sebelah selatan yang dipenuhi oleh perkumpulan jaket berwarna hitam itu. Banyak juga beberapa penonton yang gemas dengan lawan tim SMA Garuda yang sangat tidak santai dalam bermain. Mereka yang mendukung kapten basket itu juga merasa marah, lantaran Leo berkali-kali dibuat menahan emosi.

Di tengah lapangan sana Leo berlutut. Ia terjatuh karena tersandung oleh kaki lawannya yang sengaja melintang ketika ia sedang menguasai bola. Sial! Leo mengumpat tertahan. Cowok itu meninju lapangan kuat hingga membuat tangannya tergores. Napasnya terengah tidak tenang, sorot mata tajamnya menatap tribun yang diisi oleh sahabatnya. Leo dapat melihat, bahwa mereka mengharapkan akan kemenangannya di antara amarah yang menggebu-gebu.

Pritttt!!!!

Istirahat untuk menuju babak selanjutnya. Detik itu juga, Leo terkapar dengan napas yang tidak sabaran. Beberapa tim PMR sudah datang membantu Leo dengan memberinya oksigen buatan. Dengan sedikit sempoyongan Leo berjalan menuju tepi lapangan untuk menghampiri Pak Dinarta dan juga teman-teman suporternya.

ABOUT HIM : LEO DIRGAN FALANIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang