36. KEJUARAAN SELESAI

485 20 2
                                    

KISAHNYA SELESAI DENGAN KESAN MENYAKITKAN UNTUK KEDUA KALINYA.

PADAHAL PERKUMPULAN MEREKA MASIH KOKOH, RATUSAN PRAJURIT MASIH BERDIRI TEGAK DENGAN TANGGUHNYA :)


****

Leo, aku ingkar janji dulu ya? Aku nangis lagii, nggak ada senyum lebar itu lagi sekarang.

-Zora Resyalonika








Hujan ternyata juga ikut menangis. Menurunkan gerimis tepat pada pagi di mana sekolah mengadakan penghargaan untuk para pemenang kejuaraan yang mengharumkan nama sekolah beberapa hari kemarin. Di lapangan yang basah, mereka semua berkumpul dengan suasana yang berbeda. Para wali anggota tim eskul juga terdiam hening karena terkejut dengan segala hal yang baru saja mereka ketahui.

Pada podium, ada sosok terpenting atas kejuaraan anggota tim eskul SMA GARUDA. Ada Pak Dinarta, yang berdiri tegak namun dengan hati yang terisak. Wajahnya memerah, ia menahan tangis untuk siapapun yang ada di sana. Dipegangnya sebuah kertas dengan tangan bergetar. Dan membacakan apa yang ada di dalamnya dengan suara yang nyaris tidak stabil.

"Selamat Pagi, terima kasih atas kehadirannya kalian semua yang sedang dalam kondisi hati yang sama. Terima kasih atas kehadiran para wali yang dengan senang hati mempercayakan putra-putrinya kepada kami untuk belajar menjadi orang yang berguna."

"Saya Dinarta, Guru para siswa tim eskul yang kedua pundaknya terdapat nama sekolah dan nama orangtua. Saya ucapkan terima kasih kepada anak-anak saya yang berhasil dalam kejuaran maupun yang belum berhasil. Terimakasih sudah berjuang, terima kasih sudah berkorban dan rela jauh dari orang tua demi mimpi kita bersama. Kalian hebat! Kalian pantas untuk di akui oleh dunia."

Pak Dinarta mengusap air matanya dengan kasar. Bahkan mereka semua tahu, bahwa satu sekolah kini menahan tangis dan membiarkan tangisnya turun begitu saja. Sampai satu kalimat dari Pak Dinarta terucap, yang berhasil membuat mereka menangis sekencang-kencangnya.

"Mohon maaf, para tim eskul silahkan maju ke depan untuk menerima menghargaan."

Siapa yang tidak menangis untuk saat ini? Kala melihat sosok ayah yang berani maju ke depan dengan membawa sebuah figura dengan foto putranya yang telah tiada. Sosok ayah yang mewakilkan penghargaan atas nama putranya yang berhasil memenangkan kejuaraan. Seluruh penjuru sekolah bahkan menangis, melihat pak Dinarta yang mengalungkan medali pada sang ayah yang menahan tangis usai kehilangan putranya.

Ayah Leo, dengan tangannya yang cukup erat menggenggam foto sang putra itu, berani berbicara meskipun dengan suaranya yang bergetar. "Saya Darma, sang ayah dari kapten basket yang berhasil mengharumkan nama sekolah ini. Saya bangga dengan putra saya, meskipun saya ayah yang tidak bijak, saya ayah yang buruk!"

"Dia putra saya, dia sosok anak kuat yang kerap sekali mendapat amukan atas amarah saya. Dia anak keras, yang setiap hari mendapat luka dari ayahnya." Darma mengusap air matanya berkali-kali, ingatannya dipenuhi dengan Leo yang mengharapkan kasih sayangnya kala itu.

"Leo pernah meminta pengertian dari saya, Leo juga pernah meminta pelukan dari saya. Tetapi, ketika semua permintaannya terpenuhi dan kami damai, putra saya memilih jalan terbaiknya sendiri. Dia memilih pergi dengan keberhasilannya."

Suara riuh tepuk tangan terharu mulai terdengar. Apapun perihal kehilangan itu memang selalu sakit. Pagi ini semua berduka dengan kepergian kapten basket kebanggaan mereka. Mereka berduka atas kembali kehilangan murid SMA GARUDA.

Di tengah acara, pada bagian selatan lapangan besar SMA GARUDA. Anggota Venzaros memilih pemit. Dan pergi meninggalkan tempat memilukan itu untuk sementara. Dan mereka semua yang ada di sana memaklumi, bahwa betapa hancurnya perkumpulan yang sudah tidak lengkap itu kala kehilangan anggotanya.

ABOUT HIM : LEO DIRGAN FALANIOWhere stories live. Discover now