BAB 13. Sebuah Fakta

10 7 0
                                    

How are you guys? Semoga hari² kalian selalu menyenangkan. Welcome to my story, suka ga suka makasih udh mampir.

~ Happy Reading ~
-
-
-

Dengan berat hati Kanaya ujung-ujung nya menerima ajakan Bintang. Sekarang dirinya tengah bersiap untuk ke apartemen cowok itu. Yah Kanaya akui, Bintang pernah membuatnya terkesan. Bintang sangat pandai dalam matematika namun tidak banyak yang tau. Bahkan saat dipilih ikut Olimpiade dirinya malah menyerahkannya kepada Kanaya. Walaupun begitu, itu sudah jadi masa lalu. Bintang dan Kanaya hanya sebatas patner belajar, tidak lebih.

Kanaya menuruni lantai rumahnya, namun saat sampai ditangga paling ujung. Kanaya melihat sang mama berbicara kepada cowok yang mengajaknya malam ini. Kanaya menghampiri keduanya dengan wajah datarnya.

"Ma aku mau--" tak sempat menyelesaikan perkataannya, Renata lebih dulu memotong ucapan Kanaya.

"Kamu mau pergi bareng Bintang kan? Mama ijinin kok. Lagian mama punya firasat baik terhadap anak ini" Ucap Renata Sambil tersenyum ke arah keduanya

Bintang melempar senyuman tipis kepada Renata "terimakasih telah mempercayai Bintang" Ucap Bintang "tante" lalu menambahkan kata terakhir sebagai penutup perkataannya.

"Oh yaudah, aya pamit dulu" Kanaya menyalimi tangan mamanya begitupun dengan Bintang ikut menyalimi tangan Renata lalu berpamitan dan mereka pun hilang dari pandangan Renata.

***

Sebenarnya Kanaya lumayan takut karena ini the first time dirinya diajak oleh cowok yang sama sekali dirinya tidak tau seluk beluk cowok ini. Namun di satu sisi dirinya teramat penasaran dengan ucapan Bintang. Entah kah karangan atau tidak, Kanaya berdo'a semoga saja sesuatu yang akan mereka bicarakan terbilang penting.

Akhirnya mereka berdua tiba apartemen Bintang setelah perjalanan yang cukup jauh nan canggung. Mereka berdua hanya saling berbicara sepatah dua patah kata saja. Kalau sama-sama gengsi yah pasti begitu. Lagian tidak ada topik yang Kanaya ingin bahas begitupun dengan Bintang.

"Ayo masuk" Kanaya berdiri didepan pintu kamar Bintang sejenak. Dirinya cukup ragu dan bimbang.

"Lo ga bakal aneh-aneh kan kak?" Tanya Kanaya dengan ragu

Bintang memiringkan kepala nya sedikit "aneh-aneh kenapa emang nya?" Kanaya menepis pikiran buruknya. Kanaya masuk mendahului Bintang dengan perasaan campur aduk dan Bintang hanya mengikut gadis itu.

Kanaya cukup terkejut dengan isi ruangan itu. Benar-benar dark. Kanaya melihat-lihat seisi ruangan diikuti oleh Bintang. Sesekali dirinya berdecak kagum dengan desain kamar Bintang. Bahkan terkadang dirinya terkejut ketika melihat barang-barang yang tidak pernah dia lihat sebelum nya.

"Lo suka buat alat elektronik yah? Keren banget" Puji Kanaya sambil memandangi suatu objek buatan tangan Bintang.

"Biasa ajah" Kanaya mencibir di belakang Bintang "minimal makasih" Bisiknya

"Gue denger" Bintang berjalan ke depan sebuah ruangan yang pintunya adalah pintu otomatis. Kanaya mengikut "keren"

Setelah pintu itu terbuka, Bintang pun masuk begitupun dengan Kanaya. Namun vibes diruangan itu seperti vibes horor. Terdapat banyak sekali foto yang tertempel mau pun tergantung. Terkadang foto itu di tandai dengan warna merah. Bahkan Kanaya terkejut kenapa foto keluarga nya ada disini.

Memories Of The PastWhere stories live. Discover now