26; Art of Getting By

2.3K 393 94
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Makan siang hari ini terasa banget bedanya. Ketika Jaka udah biasa untuk sendiri, atau setelah menikah ditemenin jadi berdua sama Radi, sekarang dia mengalami lagi momen duduk satu meja bareng orang tuanya. Asing adalah kata pertama yang melintasi benak taurus muda itu, dan kedua adalah ingatannya yang mulai main-main.

Jaka tentu nggak akan lupa terakhir kali dia makan bersama keluarga bareng Papi dan Mami diwarnai keluarnya unek-unek batin yang udah nggak bisa ditahan lagi. Malam itu pertama kalinya dia memilih untuk egois dan membangkang sama orang tua; dia bahkan udah siap kalau harus kehilangan ikatan keluarganya saat itu juga. Namun, Radi datangi dia.

Sang mesa lihat dia di titik terendahnya, jadi saksi seberapa kacau serta sampah emosinya. Normalnya orang pasti bakal pilih mundur ketimbang melibatkan diri sama seseorang macam dia. Tapi nyatanya, Radi malah tawarkan peluk penghiburan.

Malam itu Jaka memastikan perasaannya, sesuatu dari Radi buat dia nyaman sekaligus aman. Pelukan hangat anak itu, jujur membekas di ingatannya sejak kali pertama dibagi waktu pulang beli semangka titipan Mami. Jaka masih takut kala itu, karena Radi juga nampak antipati sama dia, sementara dia nggak ingin memaksa.

Masa lalu itu cepat banget, ya, ternyata ... nggak terasa semuanya udah lewat. Sekarang dia sama Radi udah menikah, sebentar lagi bakal dikaruniai anak—tiga anak, Tuhan terlalu baik, dan Jaka berkali lipat bersyukur untuk itu.

"Oh, jadi keturunan kembar di keluargamu itu dari kakek pihak ibu?" Jaka amati Papi ngobrol sama menantunya. Beliau kelihatan lebih cerah auranya ketimbang tadi sewaktu kabur darinya, dan dia baru ngeh kalau Papi itu sama kayak Mami. Kedua orang tuanya itu tatap dan bicara ke Radi dengan penuh sayang, maka nggak heran ketika si aries juga tambah semangat buat membagi cerita.

"Iya, Pi, Kakek dari pihak Bunda punya saudara kembar. Dulu waktu kecil aku sering salah orang saking miripnya, hehe." Keceriaan Radi menular ke satu meja, Mami cubit pipi menantunya sambil nawarin kalau si cantik mau nambah makan buah-iya, tadi Mami potongin pisang sama pepaya khusus buat menantu dan cucu-cucunya.

"Beneran semirip itu? Dulu Papi ada kawan kembar juga, tapi nggak terlalu mirip. Kepribadiannya apalagi, jadi gampang buat dibedain ... hampir kayak temennya Jaka, iya, 'kan, Jak?"

"Hm? Iya?" Jaka dari tadi fokus sama istrinya yang gemesin, dia jadi kaget pas ditanya mendadak sama Papi. Terus apa tadi katanya? Temen dia? Kembar?

"Papi tau Noah sama Wildan?" Tanya Jaka sangsi.

"Ya tau, lah, meski dikit-dikit juga Papi ngerti temennya anak sendiri." Well, dibilang kaget mah iya, tapi nggak yang banget-banget. Dulu Papi sering ngomelin Jaka perkara dia temenan sama anak-anak aneh, jadi pasti beliau tau siapa yang dimaksud mengkhawatirkan itu.

"Nah, temennya Jaka yang dua itu kan keliatan banget bedanya, temen Papi juga sama ... siapa dulu namanya, udah lupa, terakhir ketemu sejak Jaka belum lahir."

[3] The Mahadhi's | ft. NoRen - NaHyuck (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang