Ini adalah bukan tentang kaya atau miskin. Namun ini adalah tentang bagaimana cara nya bertahan hidup tanpa dipenuhi rasa takut dan bagaimana caranya mempertahankan ikatan suci tanpa amaraloka yang dipenuhi rintangan.
Selat Gibraltar adalah dua insa...
Target komen 1,5K ya! Target vote nya 1,1K yaa! InsyaAllah bisa.
Selamat membaca!!
🦋🦋🦋 ---SelBral
Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
"Di mana mereka? Kenapa belum sampai? Seharusnya sekarang udah pulang dong." Seorang wanita dengan hijab terus saja mondar-mandir di dalam rumahnya yang besar.
Wanita itu juga menghela napas beberapa kali, memikirkan sang menantu dan anak yang tak kunjung pulang.
Beberapa pelayan berkumpul. Mereka panik karena nyonya besar panik. Sementara Jasmin duduk manis di sofa, sambil menikmati sepotong roti panas isi strawberry. Itu adalah roti yang baru saja ia beli dari toko roti Cordelia. Yeah ... cabang Indonesia.
"Mom, c'mon ... just sit down and don't panic, right? Oh my god ... pusing aku lihat mom seperti setrika panas." Jasmin menepuk kepalanya.
Gadis dengan manik abu-abu serta rambut coklat hanya bisa menghela napasnya. Wangsa begitu panic. Ya tentu saja panic ... katanya jam sebelas malam sudah di rumah, namun sekarang?
"Tapi harus nya tuh ..."
"Mom ... mereka tuh tadi mampir dulu ke Jeddah ... masjidil haram." Jasmin membuat Wangsa terbelak. Yang benar saja? Tidak ada info apapun dari keduanya. Tapi bagaimana Jasmin bisa tau itu semua? "Sekretaris Heldar yang memberitahu nya ... dua jam yang lalu aku bertanya ..."
Yeah ... Wangsa mau memarahi anak gadisnya namun wanita itu tidak bisa marah. Apa yang Jasmin lakukan? Hanya tersenyum jenaka saja.
"Kamu! Bukan nya kasih tau mom, malah asyik sama roti. Menyebalkan!"
"Kan memang itu tujuan nya ... mom jadi panik ... hehehe." Senyuman jenaka.
"Karep mu aja lah!" Wangsa menjatuhkan bokongnya tepat di sebelah sang anak yang masih saja terkekeh sambil mengunyah.
Namun tiba-tiba saja Jasmin tersedak karena kekehan nya sendiri. "Tuh kan ... kualat kamu." Wangsa menuangkan air yang ada di dalam botol kaca— ke dalam gelas mungil yang lucu. Memberikannya pada Jasmin. Beberapa pelayan sudah pergi meninggalkan mereka berdua.
Tadi Wangsa sudah mencoba menghubungi Gibral. Namun hasilnya nihil. Tidak ada jawaban. Pun dengan Selat. Maka dari itu dia panik. Namun ternyata Jasmin ... ah tidak usah di perpanjang. Gadis dengan wajah datar itu ternyata konyol.