20

6K 493 28
                                    

"Berani kau menceritakan segalanya, akan kupastikan nasib sodaramu sama dengan Zoro."

"Kau sudah tahu, aku tak pernah main-main dengan ucapanku. Jangan sampai kau menjadi manusia paling menyedihkan karena kehilangan kembaranmu."

"Katakan Zi, kau tahu sesuatu kan?" Kenzo memegang kedua bahu sempit sang kembaran. Ia yakin Kenzi tahu sesuatu yang mungkin bisa menyelesaikan masalah ini.

Tapi Kenzi hanya diam, ia takut. Apalagi saat mendengar Zoro mati karena kecelakaan yang disengaja sebuah aksi pembunuhan berencana, ia yakin ucapan orang itu tak main-main.

Kenzo menghela napas lelah, baru saja Eric pulang. Setidaknya submisif itu berhenti memukul Kenzi.

"Zi, katakan pada kami kau tak mungkin melakukan hal itu kan?" Evano berucap sendu, ia percaya pada kedua putranya. Selama ini mereka anak baik, walaupun Kenzo nakal tetap saja ia tak akan berani melenyapkan orang.

"Tidak, aku tak melakukannya. Bukan aku, walaupun aku mengirim pesan ancaman itu hanya sebuah gertakan. Percayalah padaku, semua itu bukan aku yang melakukannya," tutur Kenzi setelah sedari tadi diam.

"Lalu kau tahu siapa pelakunya?" tanya Kenzo lagi, tapi dibalas gelengan ribut Kenzi. Tanda kembarannya berbohong.

"Lebih baik kau pergi dari sini, Eric tak akan membiarkan pelaku pembunuh Zoro berkeliaran, dan di mata dia kau pelakunya," ucap Kenzo tiba-tiba. Jalan satu-satunya saat ini Kenzi harus pergi meninggalkan rumah. Agar ia bisa menyelamatkan dirinya Kenzi.

"Apa maksudmu Ken?" Jeano menghampiri si kembar.

"Bukti chatt dari Kenzi, itu akan menunjukkan jika Kenzi bersalah ditambah kita terlibat masalah rumit. Ini tak baik untuk Kenzi, Dad kau bisa kan mengirim dia ke luar negeri?" tutur Kenzo.

Jeano tampak berpikir, masa depan Kenzi jelas dipertaruhkan. Apalagi banyak bukti yang sangat menyudutkan Kenzi, apalagi tadi Eric mengirim video cctv berupa Kenzi yang bertemu Zoro disebuah cafe dan terlibat pertengkaran kecil.

Kenzi sendiri tampak berpikir, jika ia masih di sini. Ia bisa saja dipenjara karena mungkin pengacara sang ayah akan kalah, ditambah jika ia dipenjara ia tak mau sampai kehamilannya membesar di penjara. Bagaimana dengan anaknya nanti? Saran Kenzo cukup membantu. Keluarganya bisa mengirim ia ke luar negeri, sekaligus menghindari manusia gila itu.

"Jika aku lakukan saranmu, bukankah itu seperti manusia bersalah yang kabur?" cetus Kenzi, ia masih ragu.

"Urusan itu aku akan berusaha membicarakannya dengan Eric. Ia hanya tengah emosi makanya ia berlaku seperti itu, sekarang kau bisa pergi." Kenzo meyakinkan. Biarlah urusan di sini ia yang tanggung, saat ini Kenzi harus diselamatkan.

Mau bagaimana lagi semuanya setuju, bahkan Jeano langsung memesankan tiket penerbangan paling awal. Evano dengan telaten menyiapkan koper, hatinya sakit harus jauh dengan sang putra tapi jika ini untuk kebaikan Kenzi, maka Evano akan mendukungnya.

Kenzi hanya mampu terisak melihat Evano yang memasukan barang-barangnya ke dalam koper, sedangkan Jeano sibuk mengurus keuangan dan juga menyiapkan segala yang akan dibutuhkan Kenzi. Ini sudah hampir malam, jadi Kenzi akan pergi besok pagi.

"Semua akan baik-baik saja." Kenzo menarik Kenzi ke dalam pelukannya. Ia mengelus punggung rapuh itu. Rasanya seperti mimpi saat keduanya selalu bersama kini harus terpisahkan. Kenzi semakin erat memeluk Kenzo, ia akan sangat merindukan kembarannya ini. Zombie tolol kesayangannya, ia akan merindukan Kenzo.

"Ken ... aku akan sangat merindukanmu," ungkap Kenzi lirih, berusaha mati-matian menahan isakannya.

Di dunia ini manusia yang paling Kenzi benci adalah Zoro, manusia paling bajingan dan menjijikan. Apa yang Kenzo katakan jika Zoro itu sosok tenang dan bijaksana, itu sungguh bualan nyatanya manusia paling munafik itu Zoro.

"Jaga Eric Ken," bisik Kenzi. "Dia dalam bahaya," lanjutnya.

Kenzo mengerutkan keningnya, sudah ia duga Kenzi tahu sesuatu tapi pasti ada alasan kuat kenapa sodaranya ini enggan membuka mulut.

Evano sudah selesai menyiapkan segalanya, kini ia menggatin
kan pelukan Kenzo. Ia yang memeluk Kenzi bergantian.

"Jaga dirimu baik-baik di sana, tolong beri kami kabar, katakan jika ada yang mengganggumu. Ingat kau punya papa, daddy dan Kenzo. Kenzi anak hebat, Kenzi bisa melakukannya eum." Evano melepas pelukannya, menangkup kedua pipi Kenzi menciumi pipi sang anak yang semakin membulat itu.

"Kenzi akan merindukan kalian," ucapnya serak.

Jeano yang sedari tadi diam hanya bisa membuang pandangannya, selama ini Kenzi paling dekat dengannya, ia tempat anak itu mengadu bahkan jika Kenzo menjahilinya Kenzi akan berteriak memanggilnya. Tapi mungkin mulai sekarang tak akan ada lagi teriakan itu, Jeano akan sangat merindukan putranya itu.

"Dad ... " Kenzi menghampiri Jeano yang mati-matian menahan air matanya agar tak terlihat lemah.

"Aku akan baik-baik saja, aku akan terus menghubungi kalian. Mungkin untuk saat-saat ini aku tak akan menghubungi kalian tapi nanti aku akan terus mengabari kalian," tutur Kenzi, ia tahu super heronya tengah sedih.

"Kenzi akan mengadu pada bulan jika tak bisa mengadu pada daddy, di sana mungkin tak akan ada lagi yang menjahili Kenzi macam Kenzo, jadi daddy tak usah khawatir." Kenzi mengusap tangan kekar itu.

Jeano menggeleng pelan, ia benar-benar takut. Putranya ini seorang submisif, ia jarang keluar rumah sendirian tapi saat ini sekalinya keluar Kenzi akan pergi jauh.

"Jangan ingkari ucapanmu, teruslah memberi kabar." Jeano memeluk tubuh kecil itu. Keluarga yang Jeano dan Evano bangun dengan harmonis harus berpisah, selama ini tak pernah ada tangis penuh luka dan menyakitkan tapi hari ini, semua menangis karena perpisahan.

"Daddy akan mengurus surat-surat pindahmu, sekolah yang benar di sana. Setiap bulan daddy akan mengirim uang, jangan khawatir," ucap Jeano lagi.

Perpisahan yang menyedihkan, tiba-tiba dan sangat terpaksa. Kenzi akan berdiri diatas kakinya sendiri, ia masih bisa sekolah di sana, karena tinggal beberapa bulan lagi lulus. Ia harus bisa melahirkan dan merawat bayinya sendirian. Tak apa, keluarganya tak harus tahu, Kenzi tak mau mereka kecewa. Ia sangat takut.

Walaupun sejuta luka terus menghantamnya, ia akan tetap berdiri dan akan terus berjalan ke depan. Ia lelah? Tidak, Kenzo dan kedua orang tuanya jauh lebih lelah dan sakit. Terlalu kecil jika ia menyerah begitu saja, Jeano tak pernah mengarinya berlarut dalam suatu masalah sampai harus menyerah, ia bukan satu-satunya yang terluka. Bahkan Kenzo jauh lebih sakit darinya.

Selama kalian akan baik-baik saja di sini, aku juga akan berusaha baik di sana, walau harus sendirian dan kesepian tak apa, ini semua demi kebaikan kita semua. Orang itu berjanji jika aku tak buka mulut, maka kalian akan aman.

Can l be him ? [Sekuel RAIN DAN DESTROYED]Where stories live. Discover now