36

769 108 4
                                    


"Alhamdulillah, Nduk, semoga tahun ini rejeki kamu," kata ibunya yang mulai berkaca-kaca. Bikin Lana jadi ikutan sedih aja. Dia mengamini saja doa ibunya, meskipun dalam hatinya Lana masih pesimis. Meskipun lolos SKB, dia ada di peringkat tiga. Sedangkan selisih nilainya dengan peringkat pertama begitu jauh. Dia hanya 319 sedangkan peringkat pertama skornya 353. Persaingannya terlalu ketat.

"Eh, ada bulekmu telepon," ucap Ibu semangat sementara Lana tidak terlalu senang. Buliknya yang satu itu selama ibi cuman bikin sebel aja nggak ada faedahnya sekali ngomong sama dia. Tapi kayaknya ibunya sangat menyayangi adik perempuan satu-satunya itu.

"Assalamu'alaikum Dik, ini ada berita baik, Lana lolos tes tahap dua CPNS."

Lana meringis aja lihat ibunya udah pamer duluan. Padahal Lana mikirnya ga usah bilang-bilang biar nanti klo keterima jadi surprise. Kalau nggak keterima juga dia nggak bakal malu. Tapi  kalau bulek Endang udah tahu gini kayaknya ya semua orang bakal tahu deh kalau nanti dia gagal.

"Apa? Oh...." Raut wajah Ibu Lana tampak kurang baik sehingga membuat putrinya jadi penasaran, mereka ngomongin apa.

"Yah, mereka kan emang udah putus, Dek, nggak ada masalah kalau dia punya pacar baru."

Petir serasa menyambar telinga Lana. Apa? Dia siapa? Arlan punya pacar baru? Biarpun kepo Lana berekspresi biasa aja.

"Bu, Lana mau ke kamar ya, Bu. Mau belajar," dalih Lana untuk kembali bersemedi. Dia kembali kehabitatnya dan menutup pintu. Lana langsung rebahan sambil membuka akun instagram Arlan. Ada foto yang baru saja di posting. Fotonya duduk di gazebo taman belakang rumah Bang Reno. Lana hapal kursi pantai yang dia duduki, karena Lana dulu yang nganterin Kak Agmi beli kursi itu. Di sebelahnya persis ada Siwi. Mereka tersenyum pada kamera dengan natural. Siwi!

Komen yang masuk begitu banyak dan memberikan selamat. Arlan menjawab terima kasih dengan bangga. Jadi benar mereka memang jadian?

Netra Lana terbeliak. Ingin dia melemparkan hape, tapi sayang juga karena dia nggak ada duit buat beli baru. Air mata Lana meleleh perlahan. Dia sudah menduga ini akan terjadi. Beberapa kali dia sampai memimpikannya dulu. Ternyata sekarang semuanya menjadi nyata. Ternyata firasatnya selama ini memang benar.

Lana terdiam sambil menatap langit-langit kamar. Jadi Arlan memang memutuskannya karena ingin bersama dengan Siwi?

Enam bulan... Baru enam bulan yang lalu mereka putus. Bagi Lana luka ini belum kering, tapi ternyata tidak bagi Arlan. Dia bisa mencari pacar baru semudah itu.

"Munafik," lirih Lana. "Harusnya kalau emang nggak sayang sama aku bilang aja terus terang!" ketus Lana. "Kenapa pakai alasan aku yang terlalu posesif segala!"

Lana menutupi wajahnya dengan bantal. Lana tahu. Dia tidak anan pernah menang melawan Siwi yang cantik dan seksi itu. Meskipun berat badannya sudah turun sekarang, Lana masih tetap tak bisa menandingi mantan Raki Jawa Timur itu.

Lana mengusap matanya. Semuanya sudah berakhir. Sepuluh tahun kebersamaannya dengan Arlan ternyata sama sekali tidak ada harganya saat mereka berpisah. Bahkan semudah itu Arlan mencari pacar baru setelah mereka putus.

Lana mengambil tisu untuk mengusap ingusnya dan mengubah posisinya jadi setengah duduk. Karena terlalu banyak ingus, dia sampai nggak bisa napas.

"Mungkin memang sudah takdirnya begini," kata Lana sambil menghela napas. Walau bagaimana pun dia harus merelakan semuanya. Dia harus melepaskan Arlan untuk selamanya.

"Semoga kamu bahagia, Arlan. Dan semoga aku juga bisa bahagia tanpa kamu."

***

Voucher masih ada ya sampai besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Voucher masih ada ya sampai besok.

Prajabatan Cinta [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang