Bab 1

560 47 3
                                    

"Lee Jeno, pemilik perusahaan Leemsee sekaligus sololis terkenal mengumumkan akan segera menikah dengan non selebriti. Begini tanggapan knetz terhadap berita tersebut."

Acara gosip harian yang berada di balik televisi itu sungguh mengganggu konsentrasi Jaemin.

"Sial lagi-lagi nama itu yang ku dengar, nama sialan yang sialnya sangat terkenal," ia menggerutu, pasalnya Lee Jeno sangat sering disebut akhir-akhir ini karena berita pernikahannya dengan non selebriti membuat telinganya pengang dan dirinya ingin menghancurkan televisi yang ada di depannya saat ini juga.

Jaemin menghela, "Sabar Jaemin, kau beli televisi itu dengan menghabiskan banyak keringat. Ingat lah kau miskin, bukannya Lee Jeno yang bisa membeli apapun yang ia inginkan," ia terkekeh miris.

"Ya tuhan kapan skripsi ku selesai, ini membuatku gila!"

Lagi-lagi ia menghela, "Harusnya aku menikah saja," ia merebahkan tubuhnya diatas sofa, "ya jika aku kaya aku akan menikah sekarang juga."

Ia menatap skripsinya yang berserakan di atas meja, "lagi-lagi revisi, kapan aku lulus jika revisiku selalu menyusul tiap saat."

Ketukan pintu terdengar kala Jaemin tengah melihat cat tembok rumahnya yang hampir tekelupas.

"Ya sebentar!"

Pintu terbuka, menampilkan tiga laki-laki tinggi dengan setelan jas rapi, dua orang berrambut mliwis dan satu tak memiliki rambut.

Batin Jaemin mengutuk, "Sial pasti rentenir lagi."

"Bapak ini siapa ya?" Tanya nya hati-hati.

"Anda Jaemin, benar?"

"Siall, ini pasti benar rentenir. Mati aku, uangku habis karena penelitian."

"Ah bapak salah orang mungkin," katanya bersiap menutup pintu.

Namun urung karena salah seorang menahan pintunya kuat, salah seorang lainnya mengeluarkan tab dalam jasnya dan memperlihatkan data-data Jaemin.

"Anda Jaemin, anda tidak punya marga benar? Setelah sekian puluh tahun akhirnya kami menemukan anda, sekarang anda resmi menjadi bagian dari Na," ucap botak disebrang sana panjang lebar.

Alisnya menyernyit, otaknya berusaha mencerna apa yang barusan orang botak itu ucapkan.

"Aku punya marga! Kim, marga ku Kim. Dan siapa Na, apa masih ada marga semacam itu di Korea?"

Si botak menepuk kepalanya yang berkilau, "John tolong beri tahu."

Yang dipanggil John tersenyum lebar, "nak ayahmu Kim Dongyoung bukan? Beliau yang meninggal dua tahun lalu dengan memberikanmu warisan sejumlah hutang besar? Dan sekarang ini kau tengah berusaha mati-matian melunasi hutan itu. Kami punya seluruh catatan hidup milikmu dari mulai kau berumur satu hari hingga saat ini. Namun sayangnya saat usia mu satu hari kau bukan anak Kim Dongyoung, melainkan Na Yuta," katanya panjang lebar.

Siapa lagi Na Yuta, ketua rentenir yang akan membunuhnya? "Kalian rentenir?" Dua kalimat yang meluncur dari birai pink milik Jaemin membuat ketiga orang disana frustrasi.

"Bukan, kami utusan Na Yuta."

"Kalian nabi?"

"Sial bisakan kau serius?"

"Aku serius kalian lah yang tidak, beritahu aku informasi yang lebih jelas. Masuklah dulu, sepertinya kaki kalian kesemutan."

Ketiganya menolak, "baik aku juga menolak untuk diwawancarai, kalian boleh pergi."

Setelahnya seluruh orang itu masuk, namun masih berdiri, "duduklah! Kalian seperti tiang jika berjejer seperti itu."

"Aku ingin mengumpatinya, namun ia anak bos kita," lirih seorang disana.

New Person | NominWhere stories live. Discover now