01

7.4K 500 34
                                    

"Papa akan menikah kan mu dengan anak semata wayang dari ceo perusahaan cahyadi corp, tidak ada penolakan dalam hal ini atau papa akan menyiksa setiap hari"

"Bukannya papa udah nyiksa aku setiap hari? Terus apa yang aku dapatkan di pernikahan ini? Papa akan mendapatkan uang?" Tanya adel dengan nada dingin

"Pastinya, karena tuan aran sanggup membayar 10 milyar untuk mendapatkan mu, setidaknya kau tidak akan ku lukai selama beberapa waktu kan? Jika uang ku sudah habis aku akan bilang sama kamu dan kamu tinggal transfer, mudah kan?"

"Adel nggak bisa hasilin uang sebanyak itu pa, bagaimana adel caranya transfer papa kalo kayak gitu?"

"Jadi anak jangan bodoh, kau akan hidup enak di sana kau akan diajarin yang namanya bekerja di perusahaan, usia mu sudah cukup matang untuk bekerja"

"Sekarang belikan aku dua botol amer" Papa nya langsung melemparkan beberapa lembar uang merah ke arah adel

Adel hanya bisa menghela nafas dan pergi membelikannya minum minuman haram itu, sampai saat ini adel tak memiliki keberanian untuk minum minuman seperti itu meskipun rumah nya berserakan bekas botol nya

"Dasar laki laki tua, tau nya cuma minum, main sama perempuan, dan satu lagi memukuli tangan ku" Gumam adel lalu naik lagi ke sepeda nya

Adel hanya mempunyai sepeda nya, ia tak punya uang untuk membeli motor maupun apa pun itu, meskipun adel selalu mendapatkan uang dari balapan tapi yang ia gunakan adalah motor teman nya

Drtt~drtt

"Hmm halo, napa lu?"

"Lo lagi dimana? Lo nggak lupa kan nanti ada kerja kelompok sama lain nya di cafe"

"Gue lagi di jalan abis beli minuman buat papa, iya kok gue nggak lupa sama kerja kelompok lagipula cafe nya nggak terlalu jauh dari rumah gue"

"Oke nice, pulang rada maleman bisa kan lo? Soalnya habis kerja kelompok main sebentar gitu, main billiard mungkin"

"Bisa bisa, lagipula papa mungkin bakal ke bar malem ini karena dapet uang banyak"

"Seriusan? Kok bisa?"

"Nanti gue ceritain, udah gue mau pulang dulu nanti gue dicariin sama dia"

"Oke oke"

Tutt~tutt

Adel kembali mengayuh sepeda nya sampai ke rumah nya, rumah sederhana tapi banyak luka di dalam nya, memang konsep nya kayak gitu dari dulu

"Dari mana aja kamu? Udah 30 menit lebih kamu pergi, sebagai hukuman nya mana tangan mu? Biar papa pukul pakai rotan" Adel mengulurkan tangan kanan nya

Papanya tanpa ampun memukuli tangan itu sampai memerah dan adel hanya bisa menahan sakit tanpa ingin melawan.

"Sana pergi" Usir papa nya

"Iya"

.
.
.

.
.
.

"Tangan lo dipukul lagi sama papa lo del? Duh pasti gara gara gue telpon ya makanya sampek merah merah kayak gitu, gue jadi merasa bersalah karena telpon lo tadi"

"Nggak papa lu, gue udah biasa kok mumpung udah pada dateng langsung kerjain ajalah biar bisa main lebih lama" Adel mengalihkan topik pembicaraan agar teman teman nya lupa dengan luka nya

Adel tahun ini masih 17 tahun dan beberapa bulan lagi akan naik ke kelas 12.

"Ini gimana sih cara ngitungnya? Kok gue jadi merasa jadi beban kayak gini ya, padahal gue pengen berusaha sendiri" Gerutu olla lalu melemparkan buku nya sembarangan

I LOVE YOU [End]√√Where stories live. Discover now