32. Rumor

23.2K 1.2K 33
                                    

Edisi malem jum'at...
Kemarin tembus target pembaca.

💐Happy reading💐

Sudah hampir tiga bulan setelah Aria memutuskan untuk menatap di Amerika, hubungan dengan sang Bunda semakin hari semakin renggang saja. Bukan karna Lei gengsi untuk menelfon atau mengirim pesan pada sang Bunda, ia sudah malas sekali karna Aria tidak pernah membalas atau mengangkat telfon darinya.

Selama pelajaran Lei tidak terlalu fokus dengan penjelasan guru yang mengajar, pikirannya kosong saat ini.

Bell istirahat telah berbunyi, seluruh murid di sekolah akan berkumpul di kantin. Bagi mereka ini adalah tempat favorit yang bisa melepas seluruh beban pelajaran dan pusing karna kegiatan pembelajaran yang dapat membuat kepala mereka pecah.

Seluruh murid memanfaatkan waktu satu jam itu dengan berbagai kegiatan, ada yang memilih diam di kelas, tidur, main bola, ke perpus, dll. Tak banyak juga yang milih kantin sama seperti Lei dan ketiga sahabatnya.

"Kayanya hari ini kantin ramai banget, ya" ucap Selen melihat sekitar yang terasa sangat ramai tidak seperti biasanya.

"Bener," jawab Sera.

Mereka membagi tugas, Lena dengan Lei membeli makanan dan minuman sedangkan Selen dan Sera mencari tempat kosong untuk mereka makan.

Makan sambil banyak bertukar cerita membuat rasa makanan itu menjadi lebih nikmat. "Lo jadian sama Bian, Lei?" Tukas Selen membuat Lei bakso yang baru saja masuk ke dalam mulut Lei keluar kembali.

"Uhuk... uhuk!" Dengan cepat Lena memberikan air untuk menetralisir tenggorokan Lei.

Seluruh pengunjung jelas mendengar pertanya Selen, suara Selen tidak kecil. Bisikan kecil mulai terdengar, gosip baru pun mulai bertebaran dan menyebar dengan cepat ke seluruh sekolah.

"Kira-kira dong kalo nanya!" Ucap Lei kesal.

"Jadi?"

"Jadi apaan dodol!" Ucap Lei meleparkan bakso yang telah jatuh pada Selen.

"Jadi lo jadian sama Bian?" Tukas Selen, gemas dengan sahabatnya yang tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Bener, Lei?" Tanya Sera.

Kantin yang awalnya ricuh karna rebutan makanan, kini berubah menjadi pertanyaan yang mengisi seluruh kantin.

"Bian dari Sma Lentera Bangsa 1?"

"Waktu itu gua juga pernah liat dia di jemput, di gerbang depan waktu sekolah udah sepi."

"Gila, kalau bener kebaikan apa yang dia lakuin sampai hidupnya seberuntung ini."

"Kalau gak salah dia juga pindahan dari sekolah Bian."

"Cocok si menurut gua, yang satu ganteng dan yang satu lagi cantik."

Kurang lebih seperti itulah pembicaraan seluruh kantin saat ini. Ada saja pembicaraan tentang Lei setiap harinya, seperti baru saja kemarin ia di terpa gosip kalau ia berpacaran dengan anak pemilik perusahaan Batu bara yang berada di kelas 12.

Lei manatap tajam pada Selen yang berada di depanya, ingim sekali ia mencabik cabik wajah sahabatnya saat ini juga. "Luh bisa gak kalo ngomong pelan pelan?" Ujar Lei dengan seluruh kesabaranya.

"Kalo pelan takut lo gak denger Lei, ini rame banget,"

"Lo pikir gua Budek!" Pekik Lei menarik telinga Selen.

"Sakit woi!" Pekik Selen mencoba melepaskan tangan Lei.

"Makanya gak usah nyabar gosip!" Ujar Lei melepas tanganya dari telinga Selen.

LEESHIAWhere stories live. Discover now