konsekuensi

274 68 2
                                    

ADA ADEGAAN TIDAAK PANTAS!

jeno langsung datang ke tempat dimana yeji memberi kabar, beruntung malam sudah tiba dan dia bisa 'beraktivitas' sesuai kemampuannya dengan  maksimal.

begitu ia sampai di lokasi, ia tidak melihat  keberadaan yeji disisi tubuh seorang pria yang berbanding telungkup di aspal. jalanan nampak kosong karena mereka berada di tempat yang tidak bsia diakses oleh  kendaraan banyak.

"apa yang lo lakukan?" jeno yang sudah memakai masker dan topi hitamnya berlutut melihat kondisi pria yang sudah meregang nyawa.

yeji berjalan keluar dari permukaan. melihat jeno dengan takut-takut, sebelum-sebelumnya,  ia memang tidak melakukan apapun selain melihat bagaimana jeno menunjukkan kekejamannya. tetapi kali ini,  dia sendiri dengan tangannya membuat seseorang tewas.

"gue pukul pakai ini" yeji mengangkat satu kantung kresek berwarna hitam yang isinya terdapat sebuah batu berukuran cukup besar. jeno bisa mengerti kenapa tidak ada darah yang berceceran. "lo pukul bagian mana?" ia bertanya  lagi.

yeji dengan datar menunjuk kepala bagian belakang. "dia mau ngelecehin gue,  gue lagi ngga mau dipaksa terus diikutin, yaudah, gue kesel,  gue pukul aja pakai ini" yeji membuat pengakuan.

jeno menggelengkan kepala, memakai sarung tangannya. ia kemudian memastikan ada darah atau bekas milik yeji yang tertinggal. yeji lagi lagi hanya menatap datar jeno yang tengah 'membereskan' ulahnya sambil bersandar di mobil. kedua tangannya terlipat di depan dada sementara matanya sesekali melihat apakah ada yang melihat kegiatan mereka atau tidak.

"cctv?" yeji berujar, menunjuk sebuah cctv yang ada di sudut jalan.

"udah gue hapus semua cctv yang menunjukkan kecurigaan kalau lo terlibat di dalamnya" jeno menjawab santai, ia kemudian membalikkan badan pria di depannya.

"dia?" jeno menatap yeji dengan alis terangkat ia bertanya kepada yeji ternyata  membunuh pria yang merupakan anak anggota dewan.

"dia ngikutin gue mulu, jeno. dia tau kaluau  gue jebak dia" yeji berujar santai. seolah melupakan apa yanng ia lakukan. "gue pukul dia. tapi gue ngga tau gimana cara ngilangin jejak nya. jadi gue tanya lo, sorry" ia berujar sambil melihat jeno.

jeno menghela napas. "ya udahlah mau gimana lagi" ia menjawab apa adanya. sebenarnya ia sih paling malas mengurus beginian, tapi nih anak kayanya butuh pelatihan lebih lanjut  dalam urusan beginian.

"bantu angkat nih cowo ke mobil"  jeno memberikan arahan kepada yeji. yeji berdecak, membantu membawa pria yang sudah tidak bernyawa  itu ke dalam bagasi mobil, menutupnya, sebelum kemudian membersihkan jika ada tanda-tanda yang ditinggalkan oleh yeji di jalanan.

memastikan bahwa suadah tidak ada benda-benda yang mampu menggiring pada bukti kematian, ia kemudian menjalankan mobilnya menuju kegelapan, menjahui tempat kejadian dengan membawa mobilnya.

"mampir makan sih" yeji berujar. jeno memutar matanya. "bukannya tadi lo udah makan?"

"gue laper lagi, tolong. ternyata ngelawan seseorang itu bikin cape" yeji berkomentar. jeno memutar mata mendengar alasan yang begitu bodoh diutarakan oleh yeji, tidak mau berdebat, ia kemudian memutar kemudi ke arah salah satu restoran, keduanya  memakan makan malam mereka di salah satu rumah makan dengan jeno yang melepas semua atribut kerja nya. ia memakai kaos polos dan celana hitam, nampak terlihat normal seperti pria pada umumnya, berbaur dengan beberapa orang  di tengah keramaian, tanpa tahu kalau ada satu jenazah yang ada di bagasi mobil mereka.

"kita mau kemana?"  yeji bertanya karena mobil jeno tidak kembali menuju rumah mereka.  jeno melirik spion, ia sudah menjalankan mobilnya cukup jauh dari keramaian hingga kini hanya ada satu dua pengendara selain dirinya yang melaju tanpa peduli apa tujuan mereka datang kesini.

DOUBLE TROUBLEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora