Chapter 1 [Orientasi]

449 20 0
                                    

Bunyi ketukan high-heels mengalun lembut di tengah sunyi nya malam. Ketukan demi ketukan dari langkah tegas kaki jenjang itu mengalihkan fokus seorang wanita yang sebelumnya fokus pada ponsel nya.

"Udah nunggu lama?" Tanya wanita yang baru saja datang. Wanita itu dengan gaya anggun langsung duduk tepat di kursi depan teman nya.

"Lumayan," jawab wanita di depannya santai.

"Jadi ada apa nyuruh aku ke sini?" Lanjutnya bertanya.

"Kamu pasti ga lupa sama utang budi kamu ke aku kan, Alea?" Tanya nya balik. Wanita dengan dress hitam yang sedikit berkilau itu bertanya kembali pada temannya yang akrab disapa Alea.

"Mana mungkin aku lupa, kamu butuh apa dari aku Anya? Aku udah bilang sebelumnya kan, kalau aku bakal berusaha tebus utang budi aku ke kamu." Jawab Alea dengan senyum tipisnya. Ia beralih mengambil gelas berisi wine dan meneguk minuman haram berwarna merah keunguan itu.

"Jadi partner aku buat ngelakuin eksperimen 5.0.05, sanggup?" Anya- perempuan dengan balutan dress itu lagi-lagi bertanya. Tapi kali ini wajahnya mulai serius. Suasana fancy restaurant yang memang sudah sunyi semakin sunyi setelah pertanyaan itu meluncur dari mulut Anya.

Respon yang diberikan oleh Alea cukup datar. Wanita itu hanya memutar-mutar gelasnya sembari melihat lilin yang menjadi pemisah diantara keduanya. Sedetik kemudian, Alea berdehem singkat dan menatap Anya lekat.

"Eksperimen itu lanjutan dari eksperimen paman mu 'kan? Kamu gila?"

"Aku tau, dan aku masih sangat waras untuk itu. Kamu tau kan Al, paman aku udah berjuang susah payah buat besarin aku dulu. Disaat orang tua aku ga peduli bahkan buang aku bagai sampah, paman aku malah berusaha buat ngerawat aku sampai aku jadi kaya sekarang. Dia bahkan ngerawat aku sendiri, tanpa bantuan siapapun dan itu dari aku masih bayi! Dan sekarang, ga banyak yang bisa aku lakuin kecuali ini. Paman aku berharap banget eksperimen nya ini berhasil Al. Aku mohon, bantu aku ya?" Jelasnya panjang lebar yang diakhiri memohon. Wajah yang sedari tadi menunjukkan ketegasan itu mulai melunak dengan ekspresi memelas.

"Anya, paman mu itu udah tenang di syurga. Ngeliat kamu yang udah bisa tumbuh dewasa sekarang itu udah cukup bikin dia bahagia. Ga perlu kamu lakuin eksperimen gila itu." Ucap Alea memberi pengertian. Alea tau jelas eksperimen yang dimaksud oleh Anya, dan Alea juga tau jelas betapa besar risiko yang akan dialami oleh bahan percobaan Anya nanti.

"Bagi aku enggak Al, aku yakin banget paman masih berharap sama eksperimen itu buat berhasil. Bahkan diakhir hidup nya paman aku masih sempet buat ngasih buku yang dia susun sendiri soal eksperimen itu." Kekeh Anya pada pendiriannya.

Alea yang terus didesak lama-lama mulai luluh. Mau bagaimana pun juga Anya adalah teman baiknya semasa sekolah dulu. Belum lagi utang budi yang dimiliki nya. Jika bukan karna Anya dulu, mungkin Alea sudah tewas tertabrak oleh truk tronton besar yang melintas di dekat sekolah mereka dulu. Dari situlah Alea menaruh utang budi pada Anya karna setelah kejadian itu Anya harus dirawat di rumah sakit selama lebih dari seminggu karena cedera lengan.

"Kamu bisa jamin eksperimen itu bakal berhasil dari awal sampai akhir kan? Bahkan kamu bisa jamin kalau ga akan ada korban jiwa di eksperimen ini sekalipun ini eksperimen ilegal?" Tanya Alea berharap Anya bisa lebih meyakinkannya lagi. Alea tau bahwa Anya mengajaknya bukan karna tak bisa menangani eksperimen ini sendiri, tapi juga karna butuh seseorang yang bisa Anya percaya untuk menjaga kerahasiaan eksperimen ini.

"Aku bisa, Al, aku bisa. Kamu tenang aja, buku itu udah direvisi berkali-kali dan aku juga yakin kalau buku itu udah nyaris sempurna. Hanya perlu percobaan untuk langkah awal pengaplikasian. Kalau eksperimen ini berhasil, aku yakin pandangan orang tentang perbedaan antara hewan dan manusia akan berubah. Ilmu sains dan lainnya juga akan semakin berkembang kalau aku bisa bawa era baru buat dunia luar. Percaya sama aku ya?"

Alea akhirnya mengangguk mantap. Meski dirinya belum sepenuhnya percaya pada Anya, tapi apa salahnya untuk mencoba? Lagi pula, Anya selalu berbuat baik padanya dulu, mungkin ini sudah waktunya untuk ia membalas perbuatan baik Anya dulu. Toh tugas yang diberikan Anya tidak akan susah 'kan?

"Jadi apa yang perlu aku lakuin pertama kali?" Tanya Alea tepat setelah seorang pelayan menghidangkan makanan pesanan mereka di atas meja.

Anya sempat tersenyum ramah kepada pelayan tersebut dan berujar terima kasih sebelum menjawab pertanyaan Alea. "Carikan aku manusia yang mau jadi kelinci percobaan buat eksperimen kali ini. Aku punya beberapa kriteria untuk itu. Tapi yang jelas, gender nya harus laki-laki dan umurnya ga boleh lebih dari 30 tahun. Kalau bisa, carikan yang masih di umur 20-22 tahun, dan pastikan mereka sangat bergantung dengan uang. Karna aku bakal kasih uang 500 juta buat kelinci percobaanku ini." Jawab Anya dengan rinci. Wanita itu kemudian mengangkat pisau serta garpu untuk memulai makan nya. Membicarakan hal berat seperti ini butuh tenaga bukan?

"Aku rasa aku tau siapa yang cocok untuk eksperimen mu ini." Ucap Alea dengan suara yang sedikit lirih, takut-takut jika ada orang lain yang mendengar obrolan keduanya.

"Siapa? Siapa? Apa aku mengenal dia juga?" Tanya Anya yang mulai penasaran. Bahkan daging steak bagian tanderloin itu tidak lagi menarik minatnya setelah dipotong kecil. Ia terlampau penasaran pada sosok yang dimaksud oleh Alea.

"Sebentar, aku cari fotonya." Alea langsung menyambar hp nya. Wanita itu total sibuk dengan gadget nya tersebut dengan jari nya yang lincah men-scroll layar handphone itu seolah mencari-cari sesuatu.

Dan- gotcha! Ketemu!

"Nih, dulu dia adik kelas kita dulu. Tau kan laki-laki yang sering dibully karna dulu miskin dan ga mampu makan di kantin? Dulu dia sempet terkenal seantero sekolah karna kasus itu kan? Bahkan guru ga ada yang bisa bela dia karna orang-orang yang ngebully dia pada buat para guru tutup mulut pake duit? Nah denger-denger dia sampe sekarang masih menderita soal ekonomi, aku bakal coba temui dia besok. Gimana?" Alis Alea nampak mengangkat seolah bertanya apakah ide nya bisa diterima oleh Anya atau tidak.

Anya pun mulai memperhatikan foto seorang siswa laki-laki dengan wajah sedikit pucat itu dengan pandangan seksama. Sedetik kemudian senyum mulai terulas di bibirnya dan beralih menatap Alea seolah memberi kode.

"Sasaran empuk."

"Yap, sasaran empuk. Jadi gimana, deal?"

"Deal!"

***

Experimen Gila Milik Anya ✔️Where stories live. Discover now