Chapter 3 [Komplikasi]

230 9 0
                                    

"Ini uang nya, 500 juta seperti janji ku. Ingat, lusa kamu udah harus datang ke lab aku bareng Alea. Aku cuma kasih kamu waktu sampe besok buat atur semua kebutuhan keluarga kamu. Paham?" Wanita dengan balutan baju casual itu berucap dengan sedikit tegas seolah memberi peringatan.

"I-iya kak, tenang aja." Sahut Zoe gelagapan. Jika boleh jujur, Zoe sebenarnya sedikit takut dengan tatapan Anya karena itu terlalu mendominasi dirinya. Meski begitu, Zoe mengerti bahwa Anya tidak ingin kerja kerasnya sia-sia kali ini.

"Alea bakal jemput kamu lusa, jadi bersiap. Aku ga mau sampe ada penundaan lagi." Peringat wanita itu sekali lagi sebelum akhirnya beranjak dari duduknya.

Melihat Anya yang beranjak dari tempat nya reflek membuat Zoe ikut berdiri mengikuti.

"Makasih kak, aku bakal pake uang ini sebaik mungkin." Ucap pemuda 21 tahun itu meyakinkan wanita di depannya.

"Aku ga peduli uang itu mau dipakai untuk apa. Yang jelas lusa kau sudah harus ada di lab ku, paham?"

Zoe mengangguk saja, tak mau mempersulit semuanya. Melihat respon Zoe membuat Anya sedikit lega. Wanita yang sedang menenteng tas keluaran baru merk Prada itu langsung pergi begitu saja tanpa mengucap apapun. Zoe yang melihat kepergian Anya hanya bisa mengelus dada karna wanita itu sangat sulit ditebak baginya.

***

Tepat di tanggal yang sudah ditentukan, Alea menjemput Zoe di rumahnya untuk dibawa ke lab milik Anya yang letaknya berada di pinggiran kota dimana tempatnya lumayan terpencil.

Saat sudah sampai di tempat tujuan, Alea dan Zoe langsung disambut hangat oleh Anya yang sudah menunggu lama kehadiran mereka berdua.

"Selamat datang, Zoe. Gimana perjalanan kamu ke sini? Ga ada halangan 'kan?" Pertanyaan penyambut itu langsung terdengar di telinga Zoe seolah menyambut hangat kedatangannya.

Zoe hanya memberikan senyuman tipis karena sedikit takut dengan tatapan Anya yang seolah-olah ingin memakannya hidup-hidup. Rambut halus tangan dan sekitar lehernya pun bergidik saat merasakan dinginnya ruangan yang mereka tempati sekarang.

Ruangan tertutup yang didesain seperti ruangan operasi itu memiliki alat-alat yang lumayan lengkap di dalamnya. Zoe yakin sekali Anya pasti dari keluarga orang yang berada karna pasti semua alat-alat yang tersusun rapi ini bernilai ratusan juta. Belum lagi uang yang diberikan padanya beberapa waktu lalu nominal nya sangat besar.

"Ga perlu tegang gitu Zoe. Ah iya, kita belum kenalan ya? Kenalin, aku Anya. Dulu aku sama Alea satu kelas, dan sekarang dia partner aku buat eksperimen ini." Sahut Anya ramah. Sangat terlihat bahwa Anya sekarang sedang antusias. Melihat Zoe sudah seperti melihat harta karun baginya.

Zoe menerima jabatan tangan yang diulurkan oleh Anya, ternyata tidak terlalu buruk. Zoe sepertinya hanya terlalu khawatir. Jika memfasilitasi semua ini saja Anya sanggup, pasti wanita itu juga akan sanggup mengubah nya menjadi normal kembali nanti.

Setelah jabat tangan ramah itu selesai, Anya langsung mempersilahkan Zoe untuk duduk di brankar yang sudah disediakan. Alea kemudian datang dari belakang dan sedikit mendorongnya untuk segera duduk agar ini semua bisa cepat diselesaikan.

"Duduk di sana dulu ya Zoe," titah Anya dan beralih berjalan ke salah satu lemari yang berada di ruangan operasi tersebut.

"Ayo! Ayo! Biar semuanya cepet selesai!" Ujar Alea yang datang dari belakang sembari mendorong pelan Zoe agar segera duduk di brankar.

"Kamu tenang aja ya Zoe, hari ini kamu cuma perlu disuntik sama pembersihan aja kok. Ini semua bakal cepet selesai kalau kamu ikuti semua prosedur yang udah kita rencanain." Tutur Anya yang sedang menggunakan sarung tangan. Alea sendiri mulai beralih menyiapkan  cairan infus yang akan dipakai oleh Zoe selama 6 hari ke depan. Dalam eksperimen ini, Zoe dilarang untuk makan makanan manusia dan hanya boleh bergantung pada cairan infus yang sudah ditambahi nutrisi di dalam nya.

"Selama 6 hari ke depan kamu cuma boleh minum air putih, dan kebutuhan makanan harian kamu cuma boleh dipenuhi sama infus ini. Jadi tolong kerja sama nya ya Zoe." Ujar Alea yang kini sudah menancapkan jarum infus ke tangan Zoe.

Ale terlihat fokus dan telaten dengan apa yang dikerjakannya, melihat bagaimana terampilnya Alea dalam melakukan tindak medis ini tentu tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang. Zoe mulai bertanya-tanya apakah Alea memang memiliki profesi di bidang ini?

"Ga usah terlalu fokus gitu Zoe, kamu pasti heran kan sama Alea kenapa bisa gitu? Alea emang anak dokter, cuma di ga mau aja ikut jadi dokter. Pas lagi sakit juga udah biasa buat masang infus sendiri." Jelas Anya saat melihat Zoe yang terlihat fokus memandangi Alea yang sedang memasangkan infus pada tangannya.

Alea terkekeh pelan mendengar penuturan temannya itu. Wanita itu kemudian beranjak dan kembali mengecek infus nya apakah ada masalah atau tidak. Setelah dirasa pas, Alea langsung mundur dan mempersilahkan Anya untuk melakukan tindakan berikutnya.

"Udah tuh, kamu lanjutin aja. Atau masih ada yang perlu aku lakuin?" Tanya Alea memastikan.

Pertanyaan singkat itu hanya dijawab gelengan oleh Anya. Wanita itu kemudian mulai mendekat ke arah Zoe dengan beberapa peralatan yang dibawanya.

"Aku bakal suntik kamu sekali, dan kamu tau kan tugasmu cuma nunggu? Setelah ini aku juga bakal potong rambut kamu lebih pendek, karna kalau eksperimen ini berhasil, telinga kelinci bakal muncul di atas kepala kamu. Mungkin ga akan terlalu besar, tapi rambut kamu akan sedikit menghalangi. Perubahan gigi kamu juga perlahan bakal muncul, mungkin juga akan agak sakit. Aku ga tau pasti, tapi bisa jadi kamu bakal numbuh ekor juga beserta rambut yang memutih atau berubah kecoklatan." Jelas Anya dan mulai mencari titik tepat ia akan menyuntikkan cairan tersebut.

"Itu kedengaran nya emang ga masuk akal Zoe, tapi eksperimen ini udah pernah dicoba ke orang utan sama paman nya Anya, dan itu berhasil. Sayang nya, racikan yang dibuat waktu itu belum sempurna, tapi kali ini udah direvisi dan akan dicoba langsung ke manusia. Jadi kamu tenang aja, semua nya bakal aman." Tambah Alea yang kini sibuk dengan kelinci peliharaan Anya.

"Kamu tau, kenapa paman aku milih buat pake DNA kelinci?" Tanya Anya sembari mulai menyuntikkan cairan berwarna keunguan tersebut.

Zoe hanya menggeleng untuk menanggapi, tangannya seketika nyeri saat jarum suntik itu mulai menyebarkan cairan di dalam nya. Ini bukan seperti menyuntikkan cairan antibiotik biasa, karena memang akan ada indikasi lain setelahnya.

"Karna istri paman ku suka kelinci. Paman ku itu orang nya bucin, makanya setelah bibi meninggal, paman jadi ingin melakukan eksperimen ini." Lanjut Anya lalu mencabut jarum suntiknya.

"Tuh udah, sekarang aku potong sebagian rambut kamu ya? Ga papa 'kan? Dikit aja kok." Izin Anya dengan lembut. Alea yang mendengar nada bicara Anya yang berubah-ubah hanya bisa terkekeh lirih.

"Aku pikir hanya eksperimen nya yang gila, ternyata ilmuan nya juga." Begitu kira-kira isi pikiran Alea yang tak habis pikir dengan sifat Anya layaknya seorang pengidap bipolar yang mudah sekali berubah sifat dalam satu waktu.

"Anya, biar aku aja yang lakuin. Kamu masih mau bikin laporan kan?" Tanya Alea menawarkan. Daripada hanya berdiam saja lebih baik dirinya melakukan sesuatu.

"Boleh deh, aku tinggal ke depan dulu ya?"

"Oke sip!"

Alea pun mulai mengambil alih pekerjaan yang tadinya akan dikerjakan oleh Anya. Wanita itu dengan telaten menggunting rambut Zoe agar memberikan space untuk tumbuhnya telinga baru nanti.

"Aku jadi takut deh kak," tutur Zoe mulai khawatir.

"Ini masih hari pertama Zoe, it's ok."

Experimen Gila Milik Anya ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang