Chapter 2 [Rangkaian Peristiwa]

252 13 0
                                    

Esoknya, Alea mulai mencari tahu informasi terbaru mengenai target nya ini. Meski sedikit sulit karna ternyata Zoe tidak memiliki akun sosial media, tapi akhirnya Alea bisa mencari tahu lewat orang-orang yang dulu dekat dengan laki-laki itu. Setelah mendapat kontak lengkap incarannya, Alea langsung saja mengajak pemuda itu untuk bertemu di salah satu Cafe yang lumayan dekat dengan lokasi rumah Zoe.

"Sebelumnya ada apa ya kak kok tiba-tiba nyuruh aku dateng ke sini? Aku ga ngerasa punya masalah sama kakak dulu pas SMA." Zoe berucap takut-takut pada Alea yang terlihat mengaduk-aduk minuman caramel machiato miliknya. Pemuda 21 tahun itu memang sudah mengenal Alea semasa SMA dulu. Alea yang merupakan salah satu anak emas sekolah karena kecerdasan nya tentu selalu menjadi pusat perhatian siapa saja, termasuk Zoe.

"Santai aja, Zoe. Aku di sini mau ngajak kerja sama kok, bukan ngajak ribut." Tutur Alea santai. Wanita itu lantas meminum minuman pesanannya dan tersenyum lembut setelahnya.

"Kamu butuh uang kan? Aku bisa kasih kamu 500 juta asal kamu mau jadi bahan percobaan temen aku. Tenang aja, aku bisa menjamin semuanya aman." Lanjutnya dengan wajah yang mulai serius. Ada nada berharap di dalamnya.

Dahi Zoe lantas mengerut bingung, apa maksudnya? Bahan percobaan? Mereka mau menjadikan manusia sebagai bahan percobaan?

"Percobaan gimana kak? Apa ga berbahaya jadiin manusia sebagai bahan percobaan?" Tanya Zoe bingung. Meski tergiur dengan uang yang dijanjikan oleh Alea, Zoe masih sayang dengan nyawa nya sendiri. Setau nya, menjadikan manusia sebagai bahan percobaan adalah hal yang diilegalkan karena memiliki risiko tinggi.

"Kamu tenang aja Zoe, aku bisa jamin semua nya baik-baik aja. Kamu cukup ikuti aturan aku dan temen aku, lalu semuanya beres." Jawab Alea kembali meyakinkan. Zoe adalah harapan satu-satunya sekarang. Karna akan sulit mencari manusia yang mau dijadikan bahan eksperimen jika bukan sedang dalam ekonomi yang kritis. Alea sendiri bukan tipe orang yang bisa mempercayai orang baru, oleh sebab itu dia memilih Zoe karena sudah tahu betul latar belakang keluarga Zoe.

"Emangnya itu eksperimen apa kak?"

Senyum Alea kembali terbit setelah pertanyaan baru yang dilontarkan Zoe. Ia kemudian memberikan sebuah note book dengan sampul kulit dan langsung dibuka oleh Zoe.

"Eksperimen 5.0.05, eksperimen itu udah lama diteliti sama salah satu ilmuan yang sekarang udah meninggal. Keponakan dari ilmuan itu temenku, dan dia mau ngelanjutin eksperimen dari pamannya. Tujuan dari eksperimen itu adalah menyuntikkan DNA hewan ke tubuh kamu dengan cara penyuntikan fisik, lalu setelahnya dipantau selama 6 hari. Apakah akan ada perubahan atau ngga. Kalau muncul perubahan fisik, eksperimen akan diteruskan sampai kamu bisa jadi manusia setengah hewan dengan sepenuhnya kesabaran manusia, tapi ada insting hewan di dalam diri kamu. Tapi kalau selama 6 hari ga ada perubahan apapun, kamu bakal langsung disuntikkan penawar dan nunggu lagi sampai 1 minggu untuk diagnosis lanjutan." Jelas Alea panjang lebar. Zoe mendengarkan dengan seksama apa yang Alea sampaikan sembari tangan dan matanya ikut fokus pada sketsa yang dibuat di note book tadi.

"Kalau tujuan eksperimen itu berhasil, apa aku bisa kembali jadi manusia normal lagi kak?" Tanya Zoe ragu.

Alea terdiam lumayan lama, ia kembali meneguk kopi miliknya dan menatap ke arah luar Cafe. Ramainya jalanan kota di sore hari sudah menjadi pemandangan yang umum dijumpai oleh masyarakat setempat. Alea sendiri dapat melihat jelas bagaimana sulitnya orang-orang di luar sana bekerja siang malam hanya untuk sesuap nasi, tapi teman nya malah membuang uang untuk eksperimen konyol ini.

"Penawar yang dibuat temenku belum dicoba sebenernya, tapi kamu tenang aja, dia pasti bakal berusaha buat balikin kamu jadi manusia normal lagi. Temen aku cuma butuh rekam digital keberhasilan eksperimen nya, dan aku yakin setelah itu semuanya bakal balik kaya semula. Kamu bisa kembali ke keluarga kamu, dan semuanya selesai. Aku mohon Zoe, cuma kamu harapan aku. Aku ga mau selalu terbayang utang budi aku ke Anya." Ujar Alea yang kini mulai memohon, muka nya pun mulai memelas karena ingin segera lepas dari Anya. Alea hanya tidak mau dianggap orang tidak tahu diri karena tak bisa membalas jasa Anya yang selama ini sudah baik.

"Kalau kakak dan temen kakak bisa menjamin itu, aku setuju. Tapi kak, uang 500 juta itu bisa aku ambil secepatnya kan? Aku butuh itu buat biaya operasi ibuku." Ucap Zoe final. Ia sudah memantapkan diri untuk mengorbankan dirinya sendiri. Toh juga ia sangat membutuhkan uang itu sekarang. Dengan uang itu ibunya pasti bisa kembali sehat dan ayahnya bisa membuka usaha keluarga nantinya.

"Beneran? Akhirnya! Makasih Zoe, makasih banyak. Aku bakal anter uangnya besok dan kamu bisa bicarain ini sama orang tua kamu. Kamu ga perlu jujur kok sama keluarga kamu. Bilang aja kamu ditawari pekerjaan di luar kota selama beberapa bulan dan uang bayarannya dibayar di awal bulan." Tawar Alea, mukanya mulai sumringah dan bersahabat.

Zoe yang melihat antusiasme Alea menjadi tak tega untuk menolak, jadi pemuda itu hanya mengangguk saja.

Setelah semuanya beres, Zoe kemudian pamit untuk pulang. Alea sudah menawari untuk mengantar Zoe namun lelaki itu dengan lembut menolak. Akhirnya Zoe meninggalkan tempat pertemuan mereka bersama Alea yang tersenyum tipis ke arahnya.

"Halo, Anya,"

"Gimana Al? Berhasil?"

"Berhasil. Siapin uangnya besok, kita harus cepet sebelum dia berubah pikiran."

"Bagus, nanti aku atur."

"Okey, sampe ketemu besok."

"Sampe ketemu besok, Al."

***

Experimen Gila Milik Anya ✔️Where stories live. Discover now