Chapter 4 [Komplikasi]

212 6 0
                                    

"Aku tau ini berat banget buat kamu, rasa khawatir pasti selalu muncul. Tapi percaya sama kita semua bakal baik-baik aja. Kamu bakal secepatnya dipulangin ke rumah, okey?" Lanjut Alea berusaha menenangkan Zoe kembali. Meski sejujurnya Alea juga mulai khawatir dengan eksperimen sialan ini, tapi sudah sangat terlambat untuk menghentikan semuanya.

"Kak Alea bakal selalu sama aku kan?" Tanya Zoe memastikan. Entah sadar atau tidak tangan laki-laki itu menggenggam tangan kiri Alea yang sedang menganggur.

"Iya Zoe, pasti." Jawab wanita dengan gaya rambut kuncir kuda itu.

Setelah kejadian itu keduanya mulai dekat karena memang hanya Alea yang dapat mengatasi kecemasan yang dimiliki oleh Zoe. Anya sendiri tidak mempermasalahkan hal itu sebab wanita itu hanya fokus untuk mendokumentasikan perubahan apa saja yang dialami oleh Zoe.

Di luar dugaan Anya, perubahan yang dialami ternyata lebih cepat dari yang ia hitung secara teori. Anya sama sekali tak mengira sedikit revisi dari panduan yang diberikan oleh paman nya membawa dampak yang pesat bagi Zoe.

Di hari kedua tubuh Zoe terlihat semakin memutih sedikit pucat dengan rambut dibagian lengan tangan dan kakinya berubah menjadi putih sepenuhnya. Rambut kepalanya juga hampir sepenuhnya memutih seperti seorang albino. Bahkan hidung Zoe mengalami perubahan warna menjadi sedikit merah muda seperti sedang pilek.

Di hari ketiga, Zoe bangun dari tidurnya dengan rintihan kesakitan yang berasal dari gigi depan nya. Saat di lihat, 2 gigi depan yang semula rapi dengan ukuran yang sama kini tumbuh dan sedikit maju layaknya gigi seekor kelinci. Anya yang melihat itu tentu senang bukan kepalang. Berbeda dengan Alea yang khawatir karna Zoe terus saja meringis kesakitan hingga matanya berkaca-kaca.

Di hari keempat, perubahan paling signifikan muncul. Zoe bangun tidur dengan keluhan ada sesuatu yang mengganjal dibagian belakangnya. Saat dicek sendiri, Zoe mengatakan bahwa ada ekor yang tumbuh di bagian belakangnya. Sontak hal itu disambut baik oleh Anya. Entah sudah berapa kali wanita itu melompat kegirangan. Di hari yang sama Anya mengecek bagian kepala Zoe apakah tumbuh sesuatu juga di sana. Setelah diraba-raba ternyata belum muncul apapun.

Meski begitu, dari hari ke tiga Zoe mulai menunjukkan tingkah aneh yang biasa dilakukan oleh hewan. Yang paling menonjol adalah cara duduk serta keinginan laki-laki itu untuk melompat-lompat mengejar cicak yang tak sengaja masuk. Alea sampai kualahan sendiri mengasuh Zoe karena lebih mirip sedang mengasuh balita. Zoe yang seharusnya tetap diam karena posisinya sedang menggunakan infus malah memaksa untuk melompat kesana kemari.

Di hari kelima, Zoe benar-benar berubah 180° dari kondisi normalnya. Meski masih tanggap saat berkomunikasi, tapi sekarang Zoe lebih suka menghabiskan waktu bermain bersama kelinci peliharaan Anya. Telinga kelincinya sudah terbentuk sempurna, begitupun dengan rambut yang memutih seutuhnya layaknya bulu kelinci yang masih bersih.

"Zoe udah sepenuhnya berubah, setelah ini langkah kamu gimana?" Tanya Alea disaat mereka berdua sedang menghabiskan waktu bersama di luar lab.

"Aku bakal biarin dia gitu sampai hari ke sepuluh atau dua belas mungkin? Aku belum yakin, tapi yang jelas aku masih menikmati hasil dari eksperimen itu. Paman pasti sudah tenang karena apa yang ingin dia ciptakan dulu sekarang benar-benar terwujud." Jawab Anya sembari menatap langit yang mulai redup karna tenggelamnya matahari.

"Aku rasa iya, dan aku harap ini yang terakhir." Ucap Alea penuh harap.

"Ayo balik ke lab, kita harus ngawasin penuh Zoe. Takut-takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di lab karena mengingat Zoe saat ini bukanlah manusia seutuhnya. Hasrat hewan yang dia punya bisa saja mengacaukan lab milik Anya.

Saat sudah kembali ke lab Anya, kedua wanita itu dibuat terkejut dengan kondisi lab yang setengah kacau dan posisi Zoe seperti meringkuk di ujung lab dekat lemari. Rambut dan pakaian laki-laki itu terlihat acak-acak an entah sehabis berbuat apa. Alea yang terlihat khawatir langsung saja berlari menghampiri Zoe. Tubuh yang semula agak kekar itu memang mulai menyusut sejak disuntik cairan oleh Anya.

Dengan wajah khawatir Alea menghampiri Zoe dan langsung mendekap erat tubuh ringkih itu. Alea juga langsung menenangkan tubuh yang terlihat bergetar seperti sedang ketakutan.

"Ssttt... tenang aja Zoe, kakak di sini. Tenang okey?" Bisik Alea menenangkan. Tangannya sibuk mengelus rambut dan punggung Zoe. Tubuh yang semula panik itu perlahan tenang seiring dengan elusan Alea yang membuat tubuh Zoe nyaman.

"Kakak? Badan Zoe panas, gatel juga. Zoe ga suka kak," rintih Zoe dengan bibir yang sedikit bergetar dan mata yang mulai berkaca-kaca. Alea yang melihat keadaan Zoe sekarang menjadi tak tega. Wanita itu lantas menatap ke arah Anya yang hanya terdiam mematung di posisi awal.

"Anya! Kenapa Zoe bisa ngerasa gini? Kamu bilang ga ada reaksi lain selain yang udah kamu sebut kamarin!" Kesal Alea pada temannya itu. Raut marah tergambar jelas pada wajah wanita 24 tahun itu.

"Alea, ini di luar kendali aku. Mungkin emang ada reaksi lanjutan. Setelah ini Zoe harus dikurung di kandang. Kalau ngga, bisa makin hancur lab aku." Tutur Anya menimpali. Ia tak mau disalahkan oleh Alea hanya karna ada reaksi tambahan. Sudah tau Zoe adalah bahan percobaan pertama nya, jadi mana mungkin ia bisa mengira penuh apa saja yang akan terjadi pada Zoe nanti.

"Kamu makin gila! Zoe itu tetep manusia Anya, dan kamu mau ngurung Zoe di kandang hewan? Gila!" Alea makin kesal saat tau Anya akan menempatkan Zoe ke kandang hewan. Kemana perginya rasa kemanusiaan wanita itu?

"Kamu lebih rela lab ku hancur? Zoe sekarang udah setengah hewan Alea! Harusnya kamu bisa sadar," kekeh Anya dengan pendiriannya. Wanita itu lantas menghampiri Zoe dan menyingkirkan Alea yang posisinya masih mendekap tubuh hasil eksperimennya tersebut.

"500 juta bukan uang yang sedikit buat sewa badan kamu!" Cerca Anya sembari mencengkram keras lengan Zoe. Dibuka nya lemari besar di sebelahnya dan lantas diambilnya kandang yang menyerupai kandang Anjing itu dari dalam lemari.

Alea hendak menghentikan pergerakan Anya tapi ia urungkan saat sebuah kalimat kembali terlontar dari mulut Anya.

"Sekali kamu coba buat halangi langkah aku, Zoe ga akan selamat." Ucap Anya mengancam. Alea yang mendengarnya hanya bisa terdiam dan melihat apa yang dilakukan temannya itu. Dalam hati sangat merasa iba pada kondisi Zoe.

Brugh

Seolah tanpa perasaan, Anya menyeret dan memasukkan Zoe ke dalam kandang anjing tersebut. Zoe yang ketakutan hanya bisa meringkuk di dalam nya berharap Alea bisa membebaskannya. Namun sayang, semua itu hanya angan belaka karena setelah pintu kandang di tutup, kunci dari kandang tersebut langsung dikantongi oleh Anya. Benar-benar tidak ada celah untuk melawan Anya sekarang.

"Tugas kamu itu bantu aku Al, bukan malah ngelawan aku. Biarin aku lakuin apa yang aku mau sampai eksperimen ini selesai, tugas kamu cuma bantu aku Rawat Zoe, bukan malah ngebela dia." Ujar Anya memperingatkan. Pandangan wanita itu seolah dipenuhi oleh aura negatif.

"Aku tinggal sebentar, kamu cukup jaga Zoe dan pastiin infusnya ga lepas." Lanjut Anya dan langsung pergi begitu saja.

***

Experimen Gila Milik Anya ✔️Where stories live. Discover now