Keitta

540 32 0
                                    

Keiita terlahir sebagai anak yang tampan dan kaya raya, sebab ayahnya seorang CEO perusahaan terkenal yang bercabang-cabang ke seluruh negara.

Hubungan Kei dengan ayahnya sangat baik, apa lagi sang ayah selalu memberi perhatian khusus, bukan tumbuh sebagai anak manja, malah ia menjadi seorang brandal sekolah.

Ia kehilangan sosok ibunya saat ia berusia 2 tahun. Anak kecil yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu itu, harus bernasib malang dan menyedihkan.

Namun sang ayah mampu bertransform menjadi sesosok ayah dan ibu, ia terus memberi perhatian pada anak tunggalnya itu.

Ia tak mempermasalahkan Kei seroang berandal dan bandel, sebab ayanhnya tau, kenakalan seperti itu wajar bagi usia remaja. Bahkan ayahnya dulu lebih parah.

Meski pekerjaan tuan Willson menumpuk, ia mati-matian meluangkan waktu untu anaknya itu, ia tak mau jika Kei merasa terlupakan, meski di rumah ada Bi Ijah yang di tegaskan untuk menjaga Keii.

Saat di meja makan tuan Willson berkata pada Keii, "sayang!" panggil ayahnya, "iya pah?" jawab Kei sambil menatap ayahnya yang memanggilnya.

"Papa mau bilang, gini, nilai kamu makin lama makin turun, papa takut kamu ga bisa lulus taun ini, jadi, kalo kamu gak keberatan papa akan cari tutor buat kamu!" ucap papanya.

Kei tersenyum sambil menaruh sendoknya, "boleh pa, kalo papa senang, Kei juga senang, apa lagi ini buat kebaikan Kei juga!" jawabnya lebut menghormati ayahnya itu.

"Baikk. Papa bakal cariin!"

Lalu mereka lanjut makan, dengan candaan ayahnya mengenai seorang gadis cantik yang selalu mendekatinya itu, serasa menghangatkan suasana.

"Papa apa sih, gak ada apa-apa, dia cuman ngejar aja, toh Kei Lari lah kalo di kejar!" tertawa berdua hingga terbahak-bahak.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan bi Ijah dari dapur, seketika mereka berlari ke dapur, "kenapa bik?" tanya tuan Willson.

"Ampun den, niku wonten tikus dennn!" (ampun denn, itu ada tikus) selingan jawa nih bi Ijah.

"Mana Bik?" tanya Keii, dan bi Ijak menunjuk ke bawah tempat cuci piring, benar saja tikus itu berdiam tak bergerak sebab kakinya terkena jepretan tikus.

"Panggil damkar!" pinta ayahnya.

Tiba-tiba Kei berteriak "BOMBA DATANGGGGG!" lengkap dengan panci sebagai helm, tutup panci sebagai tameng dan spatula sebagai senjata.

Ia berlari mendekati tikus itu, baru saja tikus itu menjerit "Citttt!" Kei kaget dan berlari kebelakang, "aduh, ini hewannya buas bangettt!" drama Keii.

"Teng-teng-teng!" tuan Willsen malah ikut-ikutan Kei, ia sama persis mengenakan apa yang di kenakan Kei, "bomba satu lagi datang," teriak ayahnya.

"Sippp dua lebih baik, ayoh pa, kita basmi hewan buas ini!" ayahnya pun mengangguk serius.

Canda tawa dan keceriaan itu terukir, meski tanpa sosok ibu Kei berhasil di buat bahagia oleh ayahnya, bukan perkara harta, melainkan tentang kasih sayang, ia tak takut kehilangan harta, namun ia takut akan kehilangan kasih sayang orang tua.

Bi Ijah hanya bengong melihat kelakuan keluarga yang harmonis itu, meski begitu ia tersenyum bahagai melihat keharmonisan keluarga itu.

Bi Ijah pun turut serta, "ini bibi kudu jadi apa nih?" tanya bi Ijah bingung. "Bebas bik, asal bisa ngalahin monster ini!" jawab Kei dan bi Ijah mengangguk.

Perempuan paruh baya itu merasa senang mendapatkan majikan seperti ini, meski rentan usianya di 60an, ia tetap aktif dan bersemangat.

Bahkan bi Ijah sudah di anggap sebagai nenek oleh Kei, juga ibu oleh Willson, kebetulan bi Ijah tak punya siapa-siapa lagi, tuan Willson menyuruhnya agar tinggal bersama mereka, tanpa ada rasa sungkan dan canggung.

"Ehh! Jadi wonder woman? Atau power ranger?" bingung mendalami peran, akhirnya bi ijah hanya mengambil karug untuk menagkap tikus itu.

Lalu mereka bertiga rehat di sofa, "haduh, bomba butuh istirahat," ucap ayahnya, "sama bomba 2, bomba 1 capek! Lalu gimana bomba 3?"

"Aman-aman, cuman encok dikit." mereka pun tertawa.

Di balik ke nakalan dan kekerasan Kei, ia masih memiliki sifat random yang pekat pada dirinya, juga ayahnya yang selalu mendukung apa pun yang ia lakukan, kecuali kenakalan.

Malam itu ayahnya mendapatkan panggilan masuk, panggilan itu dari kantornya.

"Pak! Ini ada klien, barusan dateng!" 

"Hah? Malem-malem gini? " 

"Gak tau saya pak! Tiba-tiba dateng!" 

"Oh bentar, saya siap-siap, suruh nunggu!" 

"Oke-oke, hati-hati pak!" 

"Kenapa pa? Ada maslahah kantor?" tanya Kei.

"Gak, ini nih, ada klien dateng malem-malem gini! Papa kesana dulu," berdiri dan bersiap-siap.

"Kei ikut ya pa!" Kei menawarkan diri.

"Dirumah aja nememin bi Ijah!"

"Sekali-kali pah, buat nemenin papa aja, ya... Ya... Ya..." rayu Kei dan akhirnya ayah Kei mengizinkannya.

Mereka berdua siap-siap di kamar masing-masing, Kei mengenakan kaos oversize bagian depan masuk ke celana jeans hitam panjang.

Mereka pun bergegas ke kantor yang lumayan jauh untuk mereka tempuh, sambil menghangatkan suasana, Kei mengajak ngobrol ayahnya itu.

Singkatnya mereka sampai di kantor, Kei mengekori ayahnya sampai ke ruang rapat, 2 klien itu sudah lama menunggunya.

Sekertaris tuan Willson bernama Heri itu kesusahan untuk menenangkan ke tidak sabaran 2 klien itu.

Tibalah mereka di topik pembicaraan, sedari tadi Kei hanya keliling ruangan yang mewah itu, lalu duduk di sofa sambil memakan cemilan.

Meski ia seorang berandal, ia juga tahu kapan harus menjaga sopan santun, dan di mana harus bar-bar, sembari makan cemilan itu, Kei juga mendengarkan apa yang sedang di bicarakan mereka.

"Gini pak, saya merasa kecewa, atas kerja sama ini! Ucap klien itu.

"Mohon maaf sebelumnya, kurang puasnya di mana ya?" 

"Bapak tau? Game star light itu, itu gagal rilis pak, ada unsur copyright di dalamnya!" klien.

"Kok bisa?" 

"Ya bapak cari tahu sendiri!" klien itu tak mau tahu.

"Kami bayar mahal buat ini,  sekarang kami gak mautahu, anda harus ganti rugi!" sentak klien itu.

"Duh, kita coba lagi ya!" bujuk tuan willson.

"Gak!" sentak klien itu keras yang membuat ayah dan sekertarisnya itu bingung mau gimana lagi.

"Heh! Maksud kalian teriak-teriak gitu kenapa?" Kei yang tak terima ayahnya di bentak buka suara.

"Anak kecil diem aja, gak usah ikut campur!" klien itu juga menyentak Kei.

"Kalian gagal collab, itu pasti kesalahan anda sendiri," ucap Kei berdiri dan berjalan perlahan  di ruangan, sambil berkeliling ia berkata.

"Semua game punya hak cipta, copyright dan lain-lain, mungkin game yang kalian kembangkan, belum ada tanda CRnya," ucap Kei.

"Tau apa-" terpotong.

"Dan... Apa kalian sudah mencantumkan nama perusahaan papa saya?" dua klien itu diam dan gugup.

"Belum? Hah payah, game Star light itu bukan punya kalian, sebelum Star light rilis, ada game dari perusahaan ini bernama HonKhaido! Yang di kembangkan perusahaan ayah saya, mania_city!" jelas Kei dan Klien itu terpojok.

Akhirnya mereka mengakuinya, bahwa mereka tidak mencantumkan nama perusahan ayahnya itu. Dan akhirnya mereka pergi dengan rasa malu yang luar biasa, juga tuan Willson yang kagum dengan anaknya.

Yess to be continue →

My Tutor My Crush [BoyLove] -ENDWhere stories live. Discover now